Kampung markisa yang terletak di Blunyahrejo, Kel. Karangwaru, Kec. Tegalrejo, D.I. Yogyakarta memiliki pertanian yang dapat dibilang terkelola dengan baik. Pada awalnya kampung ini dipenuhi dengan hutan belantara dan sampah yang berserakan serta keberadaan hewan – hewan liar disekitarnya.Â
Namun seiring dengan berjalannya waktu kelompok tani yang sengaja dibentuk mengubahnya menjadi tempat wisata yang asri dengan penerapan model pertanian kota, perikanan, pengolahan sampah kering, dan UKM dengan fokus utama bidang pertanian.
Hal tersebut tentunya berkaitan dengan pembangunan pertanian desa. Dalam artian modern, pembangunan menyiratkan suatu kesengajaan dalam perubahan sosial di dalam masyarakat (Bjorn Hettne, 2008).Â
Secara lebih rinci pembangunan diartikan sebagai perubahan yang terjadi di suatu daerah mencakup struktur sosial, sikap, institusi serta pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan sosial, dan pemberantasan kemiskinan (Todaro dan Smith, 2003).Â
Sehingga pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai perubahan dalam masyarakat yang dilakukan dengan unsur kesengajaan dalam memajukan aspek – aspek pertanian yang bertujuan agar tercapainya kesejahteraan.
Adanya pembangunan ini juga berdampak pada perubahan sosial dalam masyarakatnya. Perubahan sosial adalah suatu proses yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi dalam masyarakat (Rogers. Et.al, 1988).Â
Pada awalnya, kampung ini dikenal dengan kenakalan remaja, penggunaan obat – obatan terlarang, Pendidikan masyarakatnya yang rendah serta tingkat kepemilikan kartu pra-sejahtera yang tinggi.Â
Disamping itu pekerjaan yang dimiliki masyarakatnya tidak tetap membuat perekonomian berada pada tingkat menengah – bawah. Oleh karenanya, masyarakat kampung berembuk untuk mencari jalan keluar agar stigma yang menempel pada kampung dapat hilang.
Terjadinya perubahan dan pembangunan di kampung ini memang dikehendaki oleh masyarakat yang berdomisili disana. Melalui pembangunan yang telah disebutkan sebelumnya, kegiatan – kegiatan pertanian dilakukan agar masyarakatnya bisa mendapat penghasilan sendiri serta meningkatkan ekonomi wilayah.Â
Tidak hanya itu, masyarakat juga diharapkan dapat mengerti mengenai pertanian tidak hanya penanamannya saja melainkan juga bagaimana cara pembibitan, pemeliharaan, pengendalian OPT dan lain sebagainya serta dapat mengisi waktunya dengan bermanfaat.
Jika diperhatikan, system pertanian dan perikanan yang ada masih dilakukan dengan cara manual. Penyiraman menggunakan gembor, pembuangan air kolam dengan pipa mekanik, serta pemanenan dengan gunting. Namun sudah ada green house yang digunakan sebagai tempat pembibitan dan alat penggiling kompos.
Disamping itu, komunikasi juga berperan aktif dalam pembangunan yang terjadi di kampung ini. Bapak Riadianto selaku coordinator kampung markisa menyatakan bahwa pembangunan yang ada tidak lepas dari peran pemerintah melalui dinas pertanian dalam membimbing kegiatan pertanian yang dilakukan.
 Mulai dari penyediaan biaya hingga penyuluhan terhadap masyarakat kampung markisa. Bapak Riadianto juga menyatakan bahwa mereka bersedia memberikan dan menerima pengetahuan baru mengenai pertanian yang ada.
Source: https://youtu.be/Cn0zoLM_oT8 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H