Mohon tunggu...
Tiara Dewi
Tiara Dewi Mohon Tunggu... Ahli Gizi - kedutaan besar

Telkom University

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Design Thinking: Panduan Lengkap dan Tahapan Prosesnya

22 Januari 2025   12:05 Diperbarui: 22 Januari 2025   12:18 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sebuah pagi yang cerah di sebuah ruang kerja yang penuh dengan percakapan hangat dan secangkir kopi yang mengepul, seorang desainer memulai perjalanan panjangnya. Bukan perjalanan fisik, melainkan perjalanan menembus hati dan pikiran manusia, mencoba memahami apa yang mereka butuhkan, rasakan, dan inginkan. Itulah awal dari proses design thinking sebuah pendekatan yang lebih mirip seni memahami manusia dibandingkan sekadar teori menciptakan produk.

Design thinking, seperti sebuah simfoni, melibatkan harmoni dari berbagai tahap yang semuanya mengarah pada satu tujuan: menciptakan solusi yang bermakna dan berpusat pada manusia. Dimulai dari memetik senar empati hingga memainkan crescendo ide, setiap langkah adalah penegasan bahwa solusi besar lahir dari pemahaman yang mendalam.

Empathize: Memulai dengan Empati

Langkah pertama dalam design thinking adalah empathize, di mana seorang desainer membuka jendela hatinya untuk melihat dunia melalui mata orang lain. Bayangkan seorang ibu muda di pedalaman desa yang kesulitan mendapatkan akses air bersih atau seorang pelajar di perkotaan yang kebingungan memilih jalur karier. Di sinilah seorang desainer menempatkan dirinya dalam sepatu mereka, mencoba merasakan setiap denyut tantangan dan impian mereka.

Di kutip dari Telkom University, Empati bukan hanya tentang mendengar; ini adalah seni mendalami. Dengan melakukan wawancara, observasi, atau bahkan ikut serta dalam kehidupan target pengguna, seorang desainer belajar memahami cerita tersembunyi di balik tatapan mata mereka. "Mengapa ibu itu begitu cemas setiap pagi?" atau "Apa yang membuat pelajar itu merasa tak percaya diri?" Pertanyaan-pertanyaan ini, meskipun sederhana, membuka pintu bagi penemuan yang mendalam.

Dalam dunia yang serba cepat, tahapan ini adalah upaya untuk melambat dan benar-benar hadir. Memahami bahwa masalah yang mereka hadapi bukan hanya soal teknis, melainkan sering kali menyentuh ranah emosional.

Define: Merumuskan Masalah dengan Jiwa Manusia

Seperti seorang pelukis yang melihat kanvas kosong, tahap define adalah upaya menyusun potongan-potongan puzzle yang didapatkan dari tahap sebelumnya. Data mentah dari empati disusun, diolah, dan diperas menjadi sebuah esensi: pernyataan masalah.

Namun, pernyataan ini bukan sembarang kalimat. Ini adalah frasa yang hidup, bernafas, dan berbicara kepada desainer seolah-olah ia adalah manusia yang memohon solusi. Misalnya, "Bagaimana cara menciptakan sumber air yang mudah diakses bagi ibu-ibu di desa terpencil?" atau "Bagaimana menciptakan platform belajar yang membantu siswa memilih karier sesuai bakat mereka?"

Tahap ini bukan hanya soal mendefinisikan masalah tetapi juga menyulut api dalam diri tim desain untuk menghadirkan solusi yang tepat sasaran.

Ideate: Menjelajahi Samudra Ide

Kini, panggung telah disiapkan, dan para desainer berdiri di atasnya, siap untuk menghasilkan ide-ide. Tahap ideate ini adalah momen paling kreatif dalam proses design thinking. Tidak ada batasan, tidak ada ide yang terlalu aneh atau terlalu gila.

Dalam sebuah ruangan, seseorang mungkin menyarankan ide yang terlihat mustahil, sementara yang lain mencoba merangkai solusi yang lebih realistis. Tetapi di sinilah letak keindahannya: di tengah ratusan ide liar, sering kali muncul kilasan pemikiran yang menjadi permata tersembunyi.

Metode seperti brainstorming, brainwriting, atau bahkan teknik-teknik unik seperti Worst Possible Idea menjadi alat untuk menyaring imajinasi menjadi inovasi. Tahap ini adalah bukti bahwa kreativitas manusia tidak memiliki batas.

Prototype: Dari Imajinasi ke Wujud Nyata

Ide-ide besar tidak boleh berhenti sebagai wacana; mereka harus diwujudkan. Inilah tujuan tahap prototype. Para desainer mulai menciptakan model sederhana atau purwarupa dari ide-ide mereka.

Bayangkan selembar karton yang dilipat menjadi model jembatan, aplikasi digital yang dirancang sederhana, atau alat kecil yang bisa diuji. Prototipe ini bukan untuk kesempurnaan tetapi untuk pengujian. Apakah ini benar-benar bekerja? Apakah ini benar-benar membantu?

Tahapan ini adalah langkah pertama untuk menjembatani dunia imajinasi dan kenyataan. Desainer mulai melihat apakah solusi mereka mampu menjawab masalah yang telah dirumuskan.

Test: Menyelaraskan Kembali Melalui Uji Coba

Akhirnya, tibalah tahap test, di mana solusi diuji di dunia nyata. Produk atau layanan diuji oleh pengguna, dan tanggapan mereka menjadi masukan berharga.

Namun, testing bukan akhir dari segalanya. Pada kenyataannya, hasil dari tes sering kali membawa desainer kembali ke tahap sebelumnya. Mungkin ada sesuatu yang harus didefinisikan ulang, prototipe yang perlu diperbaiki, atau bahkan ide yang harus diganti.

Testing adalah pengingat bahwa desain adalah proses yang berulang, bukan linier. Tujuan akhirnya adalah menciptakan sesuatu yang benar-benar relevan, berguna, dan bermakna bagi pengguna.

Sebuah Simfoni yang Tak Pernah Berakhir

Design thinking adalah seperti orkestra yang setiap instrumennya memainkan peran unik namun saling melengkapi. Empathize, define, ideate, prototype, dan test adalah nada-nada yang menyatu dalam harmoni yang indah.

Namun, lebih dari sekadar metode, design thinking adalah filosofi. Ini adalah cara pandang yang percaya bahwa solusi terbaik lahir dari pemahaman mendalam akan manusia dan dunianya.

Di setiap perjalanan design thinking, ada pelajaran tentang empati, kreativitas, dan ketekunan. Dan seperti seorang desainer yang menyeka keringat di akhir hari kerjanya, selalu ada rasa puas mengetahui bahwa apa yang mereka ciptakan bukan sekadar produk, tetapi sebuah jembatan yang menghubungkan hati manusia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun