Mohon tunggu...
Tiara Budi Martanti
Tiara Budi Martanti Mohon Tunggu... -

apa yang disaksikan dari melihat, mendengar, dan merasa akan tertulis dalam bait kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Minke ku

17 November 2013   16:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:03 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemana kau ini kakanda Ah, kau bawa kemana hati ini berkelana Rasanya tersedu-sedu memikul rinduku Aku lari kesini, ku belok kesana Lalu putar balik arah Aduh, kau ini sukar juga disua Pangeran, apa kau tengah duduk gagah di singgasana sana Wibawa memayungi sesama Dipujai dayang dan di sambuti dewi hingga bunga desa Atau melenggang dengan turangga dibumi utara Menjelajahi ilmu untuk menembus jaman Ah, pasti kau lebih kenal dunia dan peradaban Dan dikenal kebesaranmu yang diagungkan semua Duhai kangmas Aku entah saja memujimu dengan apapun mauku Tak cukup juga satu atau dua nama lainmu Karena tentu aku tak tahu menahu dirimu Apalagi engkau di belah bumi lain itu Apa juga kau merinduiku sebagai jodohmu? Apalah  bagiku itu, tak penting Kau pasti hasta karyaNya yang indah Berbahu bidang dan tinggi tegap Dan nanti perluku berjinjit untuk mengenakan dasi kerja Lalu bicaramu tegas dan lugas tersirat lembut dan bijaksana Berbalut tutur dan sopan yang ketimuran Mengajar tata krama yang sarat Jawa Tentu berotak cerdas dan berkiblat Eropa Agar kau tak diprotes bunda seperti Minke Dagingnya Pribumi, namun darah Eropa yang mengaliri Aduh, janganlah jua Boleh saja kau berpawakan sepertinya Dengan lega apapun aku terima sepenuhmu Kau nanti akan menjulangkan keadilan dimana-mana seperti Minke Juga menyuarakan hatimu untuk membangun kaum marjinal Kegagahanmu laksana garuda tiada tanding Lalu aku? Tentu aku bukan Annelis Gadis pujaan Minke yang dinikahi atas keibaan Karena aku tak berbeledu hitam atau berparas bak Wilhelmia Namun aku tak kan mundur ataupun tergeletak sakit jika badai menyambar Meski ku tau kau kan melindungiku, tapi aku turut menjagaimu Kita adalah saling, saling apapun Kau akan jadi Minkeku yang bertanggungjawab atasku Dan aku jadi milikmu penuh atas hukum Islam nanti Aku tunggu jua...Minke ku foto: https://theunconsciousanxiety.wordpress.com/page/3/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun