Mohon tunggu...
tiara ayu pangestuti
tiara ayu pangestuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

jika di hari libur saya lebih suka menghabiskan waktu untuk bersepeda dan badminton

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Haruskah Laki-laki yang Bekerja dan Perempuan yang Mengurus Rumah?

6 April 2024   06:41 Diperbarui: 6 April 2024   06:51 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan bahwa laki-laki harus bekerja dan perempuan mengurus rumah berasal dari norma-norma sosial dan budaya yang telah lama ada. Tradisi ini banyak didasarkan pada peran gender yang kaku dan pandangan tradisional tentang keluarga. Namun, masyarakat kini semakin menyadari pentingnya kesetaraan gender dan banyak yang mendukung ide bahwa baik laki-laki maupun perempuan bisa memilih peran mereka sendiri di dalam rumah tangga maupun di tempat kerja. Pilihan untuk bekerja atau mengurus rumah seharusnya didasarkan pada kesepakatan bersama, preferensi pribadi, dan situasi ekonomi keluarga, bukan hanya gender.

Alasan di balik pandangan bahwa laki-laki harus bekerja sering kali bersumber dari konstruksi sosial dan budaya yang telah ada selama berabad-abad, mencerminkan nilai-nilai, ekspektasi, dan struktur masyarakat pada waktu tertentu. Berikut adalah beberapa alasan umum yang sering dikemukakan:

1. Peran Tradisional: Dalam banyak budaya, laki-laki tradisional dilihat sebagai "pemberi nafkah" keluarga, sementara perempuan dianggap sebagai pengurus rumah tangga dan anak-anak. Peran ini didasarkan pada pandangan historis dan sering kali diperkuat oleh nilai-nilai agama dan sosial.

2. Ekspektasi Sosial: Ekspektasi bahwa laki-laki harus bekerja sering kali ditanamkan sejak dini melalui pendidikan dan sosialisasi, mempengaruhi cara individu memandang tanggung jawab dan identitas mereka sebagai laki-laki.

3. Struktur Ekonomi: Sistem ekonomi dan pasar kerja tradisional mungkin lebih mendukung laki-laki dalam peran tertentu, terutama dalam industri dan pekerjaan yang dianggap memerlukan kekuatan fisik atau yang historis didominasi oleh laki-laki.

4. Pendapatan dan Karier: Ada anggapan bahwa laki-laki perlu mencari pendapatan yang lebih tinggi untuk mendukung keluarga, mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam tenaga kerja bahkan jika itu berarti mengorbankan waktu dengan keluarga atau pengembangan pribadi lainnya.

5. Identitas dan Harga Diri: Pekerjaan sering kali dianggap sebagai sumber utama identitas dan harga diri bagi banyak laki-laki, dengan pekerjaan yang dianggap menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi peran tradisional sebagai pemberi nafkah.

Pandangan bahwa perempuan harus mengurus rumah juga bersumber dari norma-norma sosial dan budaya yang telah berkembang selama berabad-abad, mirip dengan alasan mengapa laki-laki diharapkan bekerja. Berikut beberapa alasan yang sering dikemukakan untuk menjelaskan mengapa perempuan dianggap sebagai pengurus rumah:

1. Peran Gender Tradisional: Dalam banyak masyarakat, peran gender telah ditetapkan secara historis, dengan perempuan diberi tanggung jawab utama untuk mengurus rumah dan keluarga. Ini sering didasarkan pada anggapan bahwa perempuan secara alami lebih cocok untuk pekerjaan rumah dan pengasuhan anak.

2. Ekspektasi Sosial dan Budaya: Norma sosial dan budaya sering memperkuat gagasan bahwa perempuan harus mengurus rumah. Ini diperkuat melalui pendidikan, media, dan tradisi yang menggambarkan pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga sebagai tanggung jawab utama perempuan.

3. Biologi dan Peran Reproduksi: Beberapa argumen mengacu pada biologi perempuan, khususnya kemampuan untuk melahirkan, sebagai dasar alami untuk mengapa perempuan sering diharapkan mengambil peran pengasuh utama dalam keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun