Mohon tunggu...
Pendidikan

Pengaruh Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Indonesia Terhadap Kesehatan Mental

5 Mei 2019   15:59 Diperbarui: 7 Mei 2019   11:18 7143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ABSTRAK

Keberadaan media sosial yang berkembang dengan pesat telah membuat sebagian besar remaja tidak dapat terlepas dalam menggunakan media sosial pada kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengetahui faktor yang membuat remaja menjadi kecanduan terhadap media sosial, dampak kecanduan terhadap kesehatan mental, serta solusi untuk mengatasi dampak tersebut. 

Dengan menggunakan metode deskriptif analitis dan teknik pengumpulan data kuesioner, penulis dapat mengetahui bahwa terdapat faktor yang menjadikan remaja memiliki rasa kecanduan, salah satunya terdapat sindrom Fear of Missing Out (FoMo). Dengan adanya kecanduan dapat membuat kesehatan mental terganggu seperti stres, tidak percaya diri, cemas, dan iri. Dampak ini dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satu yang paling efektif adalah dengan menggunakan media sosial secara bijaksana.

Kata kunci : Media sosial, kecanduan, kesehatan mental

ABSTRACT

The existence of rapidly developing social media makes the majority of teenagers cannot be separated from social media in their daily lives. Based on this, the author wants to find out the factors that make teenagers become addicted to social media, addiction to mental health, and also solutions to overcome these problems. By using descriptive analysis methods and questionnaire data collection techniques, the author can find out what is meant by the facts that make adolescents have addiction, one of which is Fear of Missing out (FoMo). With addiction can make mental avoid stress, not confident, anxious, and jealous. This impact can be overcome in various ways, one of the most effective is to use social media wisely.

Keyword: Social media, addiction, mental health

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, teknologi telah berkembang dengan pesat. Hal itu dibuktikan dengan adanya kemudahan mengakses internet untuk terhubung dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia tanpa harus bertatap muka secara langsung, hanya menggunakan berbagai media soaial yang ada, seperti facebook, instagram, twitter, path, dan lain-lain. Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dengan menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif dan merupakan salah satu perkembangan teknologi yang memiliki andil besar dalam memberikan kemudahan bagi keberlangsungan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite yang dirilis pada Januari 2019, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Sebagian besar dari pengguna tersebut adalah remaja. Media sosial bagi para remaja merupakan hal yang penting tidak hanya sebagai tempat memperoleh informasi yang mernarik tetapi juga sudah menjadi gaya hidup. Banyak pelajar yang tidak ingin dianggap ketinggaan zaman karena tidak memiliki akun media sosial.

Kemunculan media sosial memang masih menuai pro dan kontra hingga saat ini. Di satu sisi banyak yang merasa diuntungkan, di sisi lain media sosial dianggap memengaruhi kehidupan sosial secara nyata dan kesehatan mental. Media sosial bisa membuat yang semula kawan jadi lawan, cinta jadi prasangka, bahagia jadi sengsara dan emosi lainnya yang di luar nalar logika. Adanya media sosial menjadikan khususnya remaja memiliki sifat terlalu terbuka akan dirinnya dihadapan orang lain, bahkan dengan orang yang belum dikenalnya. Hal itu sangat didukung dengan kemunculan smartphone yang menyediakan kebebasan bersosial media dan provider yang menyediakan layanan sosial media dengan harga yang murah. Dengan begitu remaja dapat melupakan batasan-batasan pergaulan yang seharusnya mereka ketahui. Media sosial juga dapat membawa kita ke suatu pola budaya yang akan merubah pola pikir yang pada akhirnya dapat membuat seseorang menjadi kecanduan terhadap media sosial.

2. Rumusan Masalah

a. Faktor apa yang membuat remaja kecanduan dalam menggunakan media sosial ?

b. Sejauh mana dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja ?

c. Bagaimana cara mengatasi dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja ?

3. Tujuan Penelitian

a. Mengidentifikasi faktor yang membuat remaja kecanduan dalam menggunakan media sosial.

b. Mengidentifikasi sejauh mana dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

c. Mengidentifikasi dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

4. Manfaat Penelitian

a. Untuk penulis

i. Mengetahui faktor yang membuat remaja kecanduan dalam menggunakan media sosial.

ii. Mengetahui dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

iii. Mengetahui dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

b. Untuk pembaca

i. Mengetahui faktor yang membuat remaja ketergantungan dalam menggunakan media sosial.

ii. Mengetahui dampak ketergantungan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

iii. Mengetahui dampak ketergantungan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

c. Untuk remaja

i. Mengetahui faktor yang membuat remaja ketergantungan dalam menggunakan media sosial

ii. Mengurangi dampak ketergantungan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

iii. Menerapkan solusi untuk mengatasi dampak penggunan media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

 METODE

Dalam proses pembuatan artikel ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis untuk mendapatkan data. Adapun pengertian dari metode deskriptif analitis menurut (Sugiono: 2009; 29) adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab yang berhubungan dengan judul penelitian. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner campuran berupa perpaduan antara bentuk kuesioner terbuka dan tertutup.

Untuk mendapatkan data, penulis menggunakan sampel karena terdapat keterbatasan untuk menjangkau seluruh populasi berupa remaja yang ada di seluruh Indonesia. Sampel yang diambil adalah remaja yang berada di SMPN 36 BANDUNG dengan rentang usia 12-15 tahun dengan tujuan memperoleh data yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Instrumen yang digunakan berupa kertas kuesioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Faktor yang membuat remaja kecanduan dalam menggunakan media sosial

Berdasarkan penelitian yang saya lakukan dengan membagikan kuesioner kepada sampel remaja di SMPN 36 BANDUNG, mereka cenderung menggunakan media sosial saat ada waktu luang, merasa tidak ada kerjaan, atau sekadar menunggu sesuatu. Terlebih dari itu hampir 70% dari mereka menggunakan media sosial secara berlebihan, mereka bisa menghabiskan berjam-jam hanya untuk memantau media sosial mulai dari instagram, pindah ke twitter, buka snapchat, dan lainnya. Hal tersebut tentunya dapat mengganggu waktu belajar sehingga mereka cenderung tidak bisa membagi waktu dengan baik. Banyak remaja yang terlarut dalam media sosial sehingga menjauhkan yang dekat, mendekatan yang jauh memang benar adanya padahal tujuan awal keberadaan media sosial adalah untuk membuat manusia bersosial, kini media sosial telah bermetamorfosis menjadi media asosial.. Aktivitas tersebut telah menjadi kebiasaan baru di era milenial saat ini. Kebiasaan baru ini menyebabkan munculnya rasa kehilangan ketika gawai lupa dibawa kemana-mana. Seseorang cenderung akan merasa aneh karena tidak bisa berselancar di media sosial tanpa gawai, seolah-olah gawai lebih berarti dari segalanya.

Media sosial memang terbukti menyebabkan kecanduan. Kegiatan ketika seseorang segera membuka media sosial di smartphone adalah proses kecanduan tahap awal. Tahap selanjutnya ketika seseorang merasa cemas menunggu balasan pesan atau harapan ada pesan atas status yang kita buat di media sosial sehingga jika mendengar nada dering pesan yang diharapkan, dapat menimbulkan perasaan lega. Menurut sebuah survei, sejak kemunculannya media sosial telah membuat orang mengecek ponselnya rata-rata 28 kali. Kecanduan media sosial, kecintaan yang teramat berlebihan kepada medsos dapat melupakan prioritas seseorang kepada lingkungan sekitar. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kecanduan media sosial pada remaja yaitu sebagai berikut :

a. Ajang mencari perhatian

Kemunculan media sosial telah memberikan kebebasan kepada setiap penggunanya. Sudah menjadi suatu fakta bahwa remaja di Indonesia gemar memposting segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya di berbagai produk media sosial yang ada seperti instagram. Telah banyak orang yang merasakan keresahan dalam hidup, lalu meluapkannya di media sosial. Pada kenyataannya banyak remaja yang membuat status ketika ia sedang sedih, hal itu dilakukan semata-mata untuk mencari perhatian dari orang lain yang melihat statusnya. Rasanya seluruh dunia harus tahu apa yang ia alami dan lakukan.

b. Memicu perasaan senang

Media sosial dapat memberi kemudahan dalam berbelanja dan menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Bagi seseorang yang sedang membutuhkan sesuatu namun tidak sempat untuk membelinya di toko offline, peran media sosial sangatlah berarti dan dapat menimbulkan rasa senang. Melihat status atau postingan orang lain yang sedang bahagia juga dapat membuat pengguna media sosial merasakan hal yang sama. Dengan adanya media sosial juga dapat memudahkan remaja dalam mencari informasi mengenai idolanya dengan mudah.

c. Rasa ingin tahu yang tinggi

Dengan adanya kemudahan dalam mengakses informasi, membuat remaja selalu ingin tahu sesuatu yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia sehingga mereka selalu menghabiskan waktu untuk memainkan media sosial.

d. Keinginan untuk menjadi populer

Dengan pertumbuhan media sosial yang terbilang progresif di Indonesia, bahkan disebut sebagai salah satu pasar paling potensial di Asia, membuat banyak orang memanfaatkan berbagai platform online untuk menjadi terkenal karena pada dasarnya setiap orang ingin diakui dan hal itu bisa memberi kepuasan psikologi. Keinginan untuk eksis atau populer diterjemahkan sebagai salah satu motivasi seseorang untuk beraktivitas di media sosial. Sebuah penelitian bahkan menyatakan bahwa kebutuhan untuk populer adalah prediktor terkuat yang mendorong orang untuk selalu bermedia sosial. Dengan menjadi seseorang yang terkenal, mereka merasa akan lebih diakui oleh orang disekitarnya.

e. Tempat untuk mengetahui tren masa kini

Dalam media sosial terdapat berbagai macam informasi mengenai gaya hidup masa kini yang berhubungan dengan mode, makanan, dan hal yang menarik untuk diperbincangkan. Pengguna media sosial khusunya remaja selalu ingin mengikuti perkembangan tren masa kini agar tidak ketinggalan zaman. Hal ini lah yang membuat remaja sering menggunakan media sosial.

f. Adanya sindrom Fear of Missng Out

Fear of Missing Out atau FoMo adalah suatu fenomena yang erat kaitannya dengan gen milenial. FoMo merupakan sebuah fenomena kecemasan yang dirasakan oleh seseorang. Kecemasan yang dialami terkait perasaan takut kehilangan atau tertinggal sesuatu oleh keseruan yang kejadian di luar sana. Para peneliti menyatakan, semakin banyak seseorang menghabiskan waktu pada media sosial, semakin besar kemungkinanmu mengalami masalah kesehatan mental. FoMo turut menjadi salah satu alasan untuk menghabiskan waktu di media sosial.

Seseorang yang sudah dilanda FoMo akan merasa menyesal jika ia terlambat atau bahkan tidak ikut dalam sebuah keseruan yang terjadi dan merasa bahwa mendapatkan informasi terkait pengalaman atau aktivitas orang lain adalah sebuah kebutuhan. Jika sudah seperti ini, membuka smartphone dan terhubung dengan dunia maya menjadi kebutuhan yang sangat penting.

2. Dampak kecanduan media sosial terhadap kesehatan mental remaja

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan. Hal ini bisa memberikan efek buruk bagi kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi dimana individu terbebas dari segala bentuk gejala-gejala gangguan mental. Individu yang sehat secara mental dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya saat menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah yang akan ditemui sepanjang hidup seseorang dengan menggunakan kemampuan pengolahan stress. Melihat foto atau video yang diunggah oleh seseorang, secara tidak langsung dapat memengaruhi diri kita. Pengaruh tersebut berkenaan dengan harga diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Ketika seseorang membandingkan suatu unggahan terhadap keadaan dirinya sendiri, dapat menimbulkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan mental. Persoalan nyata yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental yang sering muncul dari media sosial antara lain:

a. Tidak percaya diri

Saat menghabiskan banyak waktu di sosial media, seseorang biasanya akan memperhatikan beragam unggahan foto hingga kabar terbaru dari teman-teman yang mereka ikuti. Melihat unggahan foto-foto yang indah tentang kehidupan pribadi orang lain di sosial media terkadang akan memunculkan rasa tidak percaya diri dan menganggap jika diri sendiri tidak lebih baik dari orang lain.

b. Stres

Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik secara emosi maupun mental. Semakin sering seseorang menggunakan media sosial, semakin menjauhkan kebahagiaan. Hal ini terjadi karena media sosial dapat memberikan seseorang efek tidak puas dalam kehidupan nyata yang sedang dijalaninya karena semakin ke sini, media sosial semakin menjadi ajang untuk pamer. Tak jarang, seorang yang kena efek media sosial jadi sering membandingkan hidupnya dengan hidup orang lain

c. Cemas

Kecemasan yang disebabkan media sosial ditandai dengan perasaan gelisah, khawatir, susah tidur dan berkonsentras karena selalu terbayang-bayang dengan apa yang telah dilihatnya.

d. Iri hati

Terlalu sering melihat kebahagian orang lain dapat menimbulkan rasa rendah diri sekaligus iri hati. Hal ini tentunya tidak baik bagi perkembangan remaja.

3. Cara mengatasi dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja

Menggunakan media sosial haruslah diimbangi dengan kebijaksanaan dan kecerdasan. Harus bisa memilah apa saja yang sekiranya kita butuhkan di media sosial sehingga saat melihat media sosial, justru kita akan merasa terinspirasi dan bahagia. Tak akan ada gunanya memiliki media sosial jika pada akhirnya kita hanya merasakan depresi, kecemasan, hingga rasa iri hati dan obsesi berlebihan karena akan buruk bagi kesehatan mental kita.

Perkembangan teknologi di era globalisasi memiliki pengaruh yang besar terhadap hidup masyarakat dunia dalam berbagai aspek. Pengaruh tersebut salah satunya berdampak pada perubahan kebiasaan manusia. Duduk berjam-jam, bahkan seharian, menelusuri lini masa media sosial sudah menjadi sesuatu yang lumrah di zaman sekarang. Namun, berdasarkan penelitian, kebiasaan ini bukan kebiasaan yang baik. Terdapat beberapa cara untuk mengatasi kecanduan media sosial khususnya bagi remaja sebagai berikut :

a. Offline sejenak dari media sosial

Alihkan penggunaan media sosial dengan memperbanyak sosialisasi di kehidupan nyata, seperti dengan keluarga atau teman yang mendukung dan peduli denganmu.

b. Buat batasan yang tegas untuk penggunaan media sosial

Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan alarm atau stopwatch untuk mengontrol penggunaan media sosial setiap harinya. Menurut para ahli, ketika seseorang sudah terbiasa membatasi waktu yang digunakan di media sosial, akan membuat kita bisa mengatur diri sendiri untuk tidak ketergantungan terhadap platform tersebut.

c. Cari kegiatan yang lebih bermanfaat

Semakin sibuk seseorang menghabiskan waktu di kegiatan lainnya seperti berolahraga, kumpul bersama keluarga atau teman-teman, maka semakin tak ada waktu untuk terpaku pada media sosial. Hal tersebut akan efektif untuk mengurangi intensitas berselancar di media sosial.

d. Gunakan secara bijak

Sebelum melakukan sesuatu di media sosial ada baiknya dipikirkan terlebih dahulu karena menggunakan media sosia dengan bijak akan mendatangkan berbagai macam manfaat.

e. Matikan notifikasi

Dengan mematikan notifikasi, seseorang akan lebih fokus dalam melakukan sesuatu yang sedang dikerjakan.

SIMPULAN

Kemunculan media sosial dapat mempermudah kehidupan manusia, hampir semua kebutuhan manusia dapat diselesaikan, mulai dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari, bersosialisasi, mencari informasi sampai kepada pemenuhan kebutuhan hiburan. Namun dibalik manfaat tersebut terdapat dampak negatif khususnya bagi remaja yang merupakan pengguna media sosial yang mendominasi di Indonesia. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan. Ternyata terdapat hubungan antara kecanduan media sosial remaja dan kesehatan mental. Semakin sering seseorang berselancar di media sosial, akan semakin memperbesar kemungkinan adanya gangguan kesehatan mental, seperti tidak percaya diri, stres, cemas, dan iri. Berselancar di media sosial secara berlebihan telah menjadi suatu budaya baru bagi remaja Indonesia, adanya sindrom Fear of Missng Out menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mereka rela mengabisakan waktu berjam-jam di media sosial. Menggunakan media sosial dengan bijak dapat mengurangi dampak keanduan bagi remaja. Mereka harus bisa memilih apa saja yang sekiranya dibutuhkan di media sosial sehingga saat melihat media sosial, justru akan merasa terinspirasi dan bahagia. Tak akan ada gunanya memiliki media sosial jika pada akhirnya kita hanya merasakan depresi, kecemasan, hingga rasa iri hati dan obsesi berlebihan karena akan buruk bagi kesehatan mental.

                                                                                                                                                   DAFTAR PUSTAKA

Hootsuite. 2019. Berapa Pengguna Media Sosial Indonesia ? di https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/02/08/berapa-pengguna-media-sosial-indonesia

Utsman. 2015. Pengertian pakar di http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-kesehatan-mental.html

Halodoc. 2018. 6 Cara Mengatasi Kecanduan Media Sosial 

Rama. 2016. Media Sosial Sebagai Sarana Mencerdaskan Masyarakat

Siti. 2016. Pengertian Dari Metode Deskriptif Analitis Menurut Sugiono

Wahyunanda. 2018. Riset Ungkap Pola Pemakaian Medsos Orang Indo

Groovy. 2019. FOMO, Fenomena Takut Tertinggal di Kalangan Milenial

                                                                                                                                

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun