Mohon tunggu...
Tiara Amelia
Tiara Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Jambi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Demokrasi di Indonesia

21 Oktober 2024   10:13 Diperbarui: 21 Oktober 2024   10:13 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamika Demokrasi di Indonesia:

Demokrasi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan penuh liku. Sejak proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, bangsa ini telah melalui berbagai fase pemerintahan, mulai dari demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, hingga masa pemerintahan Orde Baru yang otoriter. Pada era reformasi yang dimulai tahun 1998, Indonesia mulai membangun kembali sistem demokrasi yang lebih inklusif dan partisipatif. Namun, dinamika demokrasi di Indonesia tidak lepas dari berbagai tantangan, baik dari sisi politik, sosial, maupun ekonomi. Dalam esai ini, saya akan mencoba menganalisis dinamika demokrasi di Indonesia dari sudut pandang pribadi, mencakup capaian, tantangan, serta peluang untuk masa depan demokrasi di Indonesia.

Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 menandai awal dari era baru dalam sejarah politik Indonesia. Presiden Soeharto, yang telah berkuasa selama 32 tahun, dipaksa turun dari jabatannya, membuka jalan bagi peralihan kekuasaan yang lebih demokratis. Salah satu capaian terbesar era reformasi adalah penguatan institusi demokrasi seperti pemilu yang bebas dan adil, kebebasan pers, serta partisipasi publik yang lebih luas dalam proses politik. Pemilihan umum presiden secara langsung yang pertama kali diadakan pada tahun 2004, misalnya, menjadi tonggak penting dalam memperkuat legitimasi politik.

Selain itu, kebebasan pers yang lebih terbuka pasca-reformasi telah memungkinkan media berfungsi sebagai pengawas pemerintah, meskipun tak jarang pula media digunakan sebagai alat propaganda politik oleh kelompok-kelompok tertentu. Meskipun begitu, kebebasan pers tetap menjadi pilar penting dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di Indonesia.

Desentralisasi dan otonomi daerah, yang diimplementasikan setelah reformasi, juga memberikan ruang bagi daerah untuk mengelola urusan mereka sendiri. Ini adalah salah satu reformasi penting yang berhasil memperkuat demokrasi di tingkat lokal. Masyarakat di berbagai daerah memiliki akses lebih besar untuk mengawasi pemerintah daerah mereka dan memilih pemimpin daerah secara langsung. Namun, otonomi daerah ini juga membawa sejumlah tantangan, seperti meningkatnya korupsi di tingkat lokal.

Tantangan Demokrasi di Indonesia
Meskipun telah ada capaian yang signifikan, demokrasi di Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan yang cukup serius. Salah satu masalah terbesar adalah praktik politik uang dan korupsi yang masih merajalela. Dalam setiap pemilihan umum, praktik politik uang sering kali menjadi cara bagi para kandidat untuk meraih dukungan, terutama di daerah-daerah yang ekonominya masih lemah. Fenomena ini menunjukkan bahwa kesadaran politik masyarakat masih perlu ditingkatkan, serta sistem pengawasan pemilu harus diperkuat agar proses demokrasi berjalan lebih bersih.

Korupsi juga menjadi ancaman serius bagi demokrasi di Indonesia. Kelembagaan yang lemah serta lemahnya penegakan hukum sering kali membuat pejabat publik, baik di tingkat nasional maupun daerah, terlibat dalam skandal korupsi. Meski ada lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang telah menunjukkan kinerja yang baik dalam memberantas korupsi, upaya pelemahan KPK oleh berbagai kelompok politik menjadi tantangan tersendiri. Kontroversi terkait revisi Undang-Undang KPK pada tahun 2019 menjadi salah satu contoh nyata di mana lembaga antikorupsi ini dipreteli kekuasaannya, yang memunculkan protes luas dari masyarakat.

Selain itu, politik identitas menjadi isu yang semakin menonjol dalam beberapa tahun terakhir. Dinamika politik di Indonesia kini cenderung diwarnai oleh sentimen-sentimen berbasis agama, etnis, dan suku yang kerap kali dieksploitasi oleh elit politik untuk meraih dukungan. Kasus Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 menjadi contoh bagaimana politik identitas dapat memecah belah masyarakat dan menciptakan ketegangan sosial yang signifikan. Meskipun kebhinekaan menjadi semboyan nasional, politik identitas menunjukkan bahwa persatuan Indonesia sering kali rapuh ketika berhadapan dengan kepentingan politik jangka pendek.

Di sisi lain, tantangan demokrasi di Indonesia juga terlihat dari lemahnya partisipasi politik masyarakat di luar periode pemilihan umum. Masyarakat Indonesia cenderung berpartisipasi aktif hanya pada saat pemilu, sementara pengawasan dan keterlibatan mereka dalam proses pengambilan keputusan publik masih sangat terbatas. Demokrasi sejatinya tidak hanya diukur dari pelaksanaan pemilu, tetapi juga dari partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan yang berkelanjutan.

Peluang Demokrasi di Masa Depan
Meski menghadapi berbagai tantangan, ada banyak peluang untuk memperkuat demokrasi di Indonesia. Salah satunya adalah dengan memaksimalkan potensi teknologi digital dan media sosial dalam memperkuat partisipasi publik. Media sosial telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk menggalang dukungan publik, seperti yang terlihat dalam berbagai gerakan sosial yang terjadi di Indonesia. Jika digunakan dengan bijak, teknologi ini dapat menjadi alat penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses politik dan kebijakan.

Pendidikan politik juga sangat penting untuk masa depan demokrasi Indonesia. Upaya untuk meningkatkan literasi politik di kalangan masyarakat, terutama generasi muda, harus ditingkatkan. Generasi muda adalah kelompok yang paling aktif menggunakan teknologi, dan mereka juga memiliki potensi besar untuk memengaruhi arah kebijakan publik di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan politik yang menyeluruh dapat membantu masyarakat lebih memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, serta mendorong mereka untuk terlibat aktif dalam proses politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun