Mohon tunggu...
Tiara Febrianti
Tiara Febrianti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UIN GUSDUR Pekalongan

Mengisi penelitian daerah sekitar kota Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Agama Tidak Menjadi Hambatan Keharmonisan Masyarakat Desa Karangsari

1 Oktober 2023   07:00 Diperbarui: 1 Oktober 2023   07:31 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karanganyar -- Pada kesempatan penelitian tentang moderasi beragamPerbedaan Agama Tidak Menjadi Hambatan Keharmonisan Masyarakat KarangsariPerbedaan Agama Bukan Hambatan Keharmonisana penduduk Kabupaten Pekalongan khususnya bagian Desa Karangsari, Kecamatan Karanganyar. Mengungkapkan beberapa fakta yang tidak hanya tentang perbedaan agama, tapi dengan toleransinya yang melibatkan penduduk sekitar menjadi poin plus dalam membangun keharmonisan antar masyarakat.

Pada desa ini terdapat beberapa agama, kebanyakan beragama Islam, ada yang beragama Kristen, dan Kejawen. "Kalo di Rt.02, bu Robi aslinya islam, tapi suaminya kristen, jadi dia pindah agama dan sepeninggal suaminya, dia balik ke Islam. Anak perempuannya agama kristen nikah sama yang beragama islam, dan pindah agama ikut istrinya." Ujar Bu Yohana selaku Ibu ketua Rt.02.

Desa Karangsari Rt.01/Rw.04 terdapat satu keluarga beragama kristen, satu keluarga kejawen (kepercayaan jawa), sedangkan kebanyakan penduduk sana beragama Islam. "Keluarga Pak Dodo, agamanya Kristen, tapi dia aslinya Islam dan nikah sama perempuan yang sekeluarganya Kristen, jadi dia pindah agama ke Kristen, ntah secara negara saja atau memang menjadi keyakinannya" Tutur Bu Yohana.

Menurut penuturan Ibu Yohana, Pak Dodo terkadang masih mengikuti pengajian dan bahkan ikut sholat jumat. Namun itu tidak menjadi permasalahan penduduk sekitar. "Saat gotong royong, atau acara kemerdekaan kemaren juga sama-sama membantu, istrinya juga masih rutin mengikuti arisan ibu-ibu tiap minggu," Dalam permasalahan ini, penduduk Desa Karangsari sangat bertoleransi dengan sesama tanpa melibatkan perbedaan yang signifikan. Untuk penduduk Desa Karangsari yang Non-Islam terdapat fasilitas gereja, ada dua gereja (Kristen Katolik, dan Kristen Protestan). Letaknya juga tidak jauh dari penduduk, hal ini memudahkan masyarakat yang beragama non-Islam untuk beribadah.

Ibu Ot (yang biasa dipanggil Nyak Ot) satu keluarganya kejawen namun dari KTPnya Islam, suaminya yang biasa dipanggil babah merupakan sesepuh di Desa Karangsari. Babah seorang kejawen yang dikenal masyarakat Desa Karangsari untuk menerawangkan dan memperhitungkan primbon jawa untuk kepentingan bersama maupun pribadi, hal ini menjadikan kepercayaan dari Babah yang mana seorang kejawen masih berguna dan masyarakat sekitar masih menghargainya.

Perbedaan agama bagi penduduk Desa Karangsari tidak terlalu menjadi penghalang yang pesat, hal ini dibuktikan dengan kerukunannya saat gotong royong dan acara-acara lainnya. Namun dari beberapa hal perayaan tiap agama, keluarga yang berbeda akan merayakannya masing-masing tanpa mengganggu dan tidak mencampuri agamanya lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun