Mohon tunggu...
Tiara Ispandrini
Tiara Ispandrini Mohon Tunggu... Penulis - IRT Yang Nyambi Jadi Content Writer

content writer, ghost writer, editor, penerjemah lepas. Email @autumnvillagetiara@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Beton, Nostalgia yang Tak Terlupa

5 November 2020   00:52 Diperbarui: 5 November 2020   00:56 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliner. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Rembolle


Halo, apa kabar kamu hari ini? Semoga semua berjalan sesuai dengan rencana, ya. Kali ini saya ingin mengajakmu bernostalgia. Khususnya kenangan-kenangan masa kecil yang sekarang terasa menyenangkan.

Beberapa orang telah mengikuti kemajuan zaman. Tak terasa, semua berjalan sebegitu cepatnya. Arus informasi yang silih berganti, memberikan efek tersendiri bagi penggunanya. Terlebih, jika berbicara terkait gadget hingga semacamnya.

Wah, jadi kebayang kan? Bagaimana dulu zaman pra teknologi menghampiri. Nah, buat kamu yang ingin bernostalgia ke masa lalu. Ikutin cerita saya disini ya. Siapa tahu, kita seumuran. Hehehe..

***
Kenangan masa kecil tentu tak serta-merta memberikan aksen bahagia. Ada banyak faktor yang mungkin saja mempengaruhinya. Kenangan ini juga berpendar, kembali teringat kala saya tanpa sengaja mengalami hal tak terduga.

Seperti, dalam perjalanan menuju tempat kerja, gerimis telah menyapa. Payung mungil yang tersedia cukup memberi perlindungan. Agar pakaian kerja tetap kering saat sampai di ruangan nantinya. Maklum, ruangan ber-AC membuat udara lebih sejuk ketimbang di luar.

Apa jadinya jika pakaian kerja basah dan terpapar AC, bisa masuk angin, kan?

Saat kaki melangkah, tapak demi tapak. Saya melihat barisan pedagang kaki lima menjajakan dagangannya. Kepulan asap dari bahan makanan yang dimasak, turut menguarkan aroma yang menggugah selera. Kebetulan kosan dekat dengan lokasi PT tempat saya bekerja.

Ada banyak menu yang bisa saya pilih setiap harinya. Ada soto, masakan padang, aneka seafood, bakso hingga mi ayam. Ada aroma yang membuat saya begitu kangen rumah. Kangen masa kecil hingga penasaran untuk bergegas sarapan di kedai kecil ini. Kira-kira masakan apa itu?

Gudeg, sayur nangka atau gori jika kota domisili saya menyebutnya. Sayur satu ini memiliki citarasa yang nempel di lidah. Paduan buah nangka muda dengan bumbu rempah lengkap kuah santan yang gurih - manis. Mampu mendongkrak nafsu makan siapa saja.

Makanan ini makin istimewa ketika cocolan sambal terasi ikut meramaikan piring santapan. Saya makin suka saat menambahkan lauk berjenis tahu bacem. Karena akan mengikat rasa jadi lebih mantap.

Namun, nostalgia ini bukan soal sayur nangka ya, sobat. Setidaknya buah ini mengingatkan saya akan aroma masalalu yang menyenangkan. Ya, pernah lihat biji nangka yang sudah tua?

Di daerah tempat saya tinggal, biji nangka ini bernama "beton". Tapi, bukan beton (konstruksi bangunan) yang itu ya? Tekstur biji nangka ini memang sedikit keras. Namun, saat telah melalui proses perebusan, akan menjadi empuk ketika dimakan.

Cara merebusnyapun cukup mudah, hanya perlu ditambah garam saja secukupnya. Bubuhan garam ini akan memberikan efek gurih nikmat ketika beton disantap.

Yang paling membekas di ingatan ialah, suasana akan riuh saat beton disajikan dalam pinggan sejenis plastik dengan lubang disekelilingnya. Saya dan orang-orang desa kebanyakan menyebutnya "cething". Selain beton gampang tiris, penggunaan alat ini sudah ihwal hingga kini. Khususnya di tempat saya tinggal.

Baik dalam acara pernikahan, khitan, hingga momentum lainnya. Dan, kami sering mendapatkan wadah ini saat acara-acara tersebut berlangsung. Utamanya, jika ada kenduri.

Kembali pada keriuhan saat asap mengepul dari beton yang telah tersaji. Biasanya kami (anggota keluarga) akan duduk melingkar beralas tikar. Ayah-ibu, kakak dan adik mengambil posisi nayam Sembari mengambil butiran-butiran biji nangka yang gurihnya sudah meraba.

Gigitan demi gigitan terasa lebih seru, karena diiringi gurauan-gurauan dari aktivitas seharian yang kami alami. Biji nangka ini memiliki selaput tipis layaknya kulit ari, namun bentuknya sedikit kaku. Jika selaput ini terkelupas, maka biji didalamnya bisa langsung disantap.

Rasanya empuk, mantul. Apalagi saat hari hujan. Suasana ini akan terasa begitu hangat. Bersama keluarga tercinta, kenangan masa kecil memang tak akan pernah terlupa.

Beton ini juga enak sebagai teman minum teh atau kopi, lho. Bahkan kandungan gizinya bisa memperlancar sistem saluran pencernaan. Sudah pernah coba kuliner unik ini?

Nah, apa makanan nostalgia yang unik kawan-kawan semua punya? ☺

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun