Apa yang kamu pikirkan ketika pertama kali mendengar istilah "Circle"?
Tentu saja circle berarti lingkaran. Orang yang pertama kali belajar bahasa inggris tentu saja paham artinya.Â
Bukan pengertian secara harfiah yang kita maksud. Pada konteks masyarakat, "lingkaran" memiliki makna lain selain menjadi sebuah istilah bangun datar. Seperti yang tertulis pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah satu pengertian lingkaran yakni lingkungan atau wilayah. Â Lingkaran kehidupan, lingkaran dunia, lingkaran setan, dan tentu saja lingkaran pertemanan.Â
Teman
Rekan
Sahabat
atau apapun yang berada di sekitar kita, disebut "lingkaran"
Berdiskusi perihal lingkaran pertemanan, banyak penelitian yang membahasnya, baik dari segi pendidikan, sosiologi, ataupun psikologi.
Tapi kita tidak membicarakan hal itu, tapi lebih sederhana terkait beberapa fenomena konten di media sosial.
Tanpa menyebutkan nama akun dan siapa yang membuat konten, pernahkah kalian melihat suatu konten berisi beberapa orang dengan diselingi kalimat,
"Tidak perlu masuk ke dalam circle apapun, cukup kita saja yang bersama satu sama lain"
Tampak sebuah konten biasa, dengan berbagai komentar para warganet yang setuju dengan kalimat mereka.
Akan tetapi, jika menelisik pendapat dari Rachim, dkk (2023), bahwa pola lingkaran pertemanan terbentuk karena adanya kemiripan karakter antar satu individu dengan individu yang lain. Bukankah mereka yang mengaku berkumpul bersama tanpa masuk "circle" itu termasuk "circle"?
Loh kok begitu? kan mereka benar-benar tidak masuk "circle"?
Jika yang dimaksud "circle" besar atau kelompok/perkumpulan manusia yang sudah jadi, tentu saja mereka tidak akan bisa masuk ke dalam kelompok itu. Tetapi jika orang-orang yang "tidak masuk circle", tapi kemudian bertemu dan berkumpul juga, mereka sudah membuat sebuah "cirlce" baru.
Ingat, "cirlce" dalam bahasa Indonesia berupa "lingkaran" yang memiliki arti luas. Lingkaran pertemanan merupakan pembentukan interaksi komunikasi antar individu, dimana akan memicu rasa saling menghargai, bertukar pemikiran, dan berkomunikasi (Novita, dkk: 2023). Sebagai makhluk sosial, manusia minimal memiliki rasa keinginan berkomunikasi meskipun hanya sekadar tegur sapa demi kebutuhan diri.
Fenomena ini mengingatkan jaman-jaman dimana istilah "geng" masih merajalela sebelum tergantikan oleh istilah "cirlce" atau lingkaran pertemanan. Saya ingat dulu pernah dalam satu kelas ada banyak nama geng. Mulai penyebutan nama geng untuk sebuah kelas utuh, sampai nama geng antar kelompok di kelas itu. Bahkan saya sendiri masuk dalam istilah geng girlband karena kelompok itu berisi mahasiswi pecinta drama korea. Begitu juga kelompok yang berisi anak-anak yang tinggal dalam kost yang sama, juga memiliki nama geng tersendiri.
Dari kisah singkat itu, tampak bahwa tidak ada satu manusia yang tidak memiliki lingkaran pertemanan. Katakanlah di lingkungan tempat tinggalnya tidak tergabung pada sebuah kelompok apapun, tapi pasti di tempat lain akan menemukan individu atau kelompok yang cocok dengan dirinya.
Oleh karena itu, lingkaran pertemanan bukan eksklusif hanya dimiliki oleh kalangan tertentu. Setiap hubungan dapat dikatakan lingkaran, apapun hubungan itu, baik dengan antar manusia, hewan, tumbuhan, atau hal lain yang merupakan ciptaan dari Yang Maha Kuasa.Â
Jangan bersedih ketika merasa di lingkungan sekitar tidak menemukan lingkaran yang cocok. Gebraklah tembok penghalang kalian dan pergi mencari yang lain. Karena pasti akan ada sebuah lingkaran yang dapat menerima kalian apa adanya.Â
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H