Mohon tunggu...
Tiara Sahira
Tiara Sahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Indonesia

Saya berkuliah di program studi Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Apakah Standar Kecantikan di Indonesia Harus Berkulit Putih?

30 November 2022   11:38 Diperbarui: 30 November 2022   11:43 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cantik merupakan hal yang diharapkan semua wanita. Kecantikan sudah menjadi bagian dan tuntutan dari setiap individu yang harus terpenuhi. Beban dan tekanan yang ada untuk bisa bersaing atau penyesuaian dengan kemajuan standar kecantikan nyatanya tidak bisa dilepaskan, kemudian timbul solusi tersendiri bagi individu yang mengalami tekanan dengan berbagai cara. Individu dituntut untuk memberikan yang terbaik dalam hal fisik ataupun kecantikan.

Tak bisa dipungkiri standar kecantikan menurut wanita Indonesia adalah wanita yang memiliki kulit putih mulus tanpa jerawat. Namun nyatanya tidak semua wanita Indonesia yang memiliki kulit putih. Hal tersebut  dapat dilihat pada skala Fitzpatrick yang menunjukkan enam jenis reaksi kulit terhadap sinar ultra violet, warna kulit masyarakat Indonesia berada di tipe III yaitu cokelat muda dan tengah. tipe IV yaitu tidak putih dan tidak juga hitam. Tetapi beige dengan undertown keemasan. Warna kulit putih yang diinginkan wanita Indonesia umunya dimiliki oleh ras Asia Timur dan Kaukasian yang berada pada tipe I dan II.

Untuk mendapatkan kulit putih dan mulus banyak wanita Indonesia yang berbondong-bondong datang ke klinik kecantikan untuk merawat tubuhnya hingga membayar berjuta-juta. Dengan mengorbankan waktu dan materi yang terkadang di luar kemampuan dirinya untuk mencoba segala bentuk treatment. Wanita juga rela mengeluarkan biaya yang cukup besar hanya untuk membeli skincare yang menjanjikan mereka mendapatkan kulit putih dan mulus dalam waktu yang singkat. Tidak hanya itu, ada beberapa wanita memakai krim pemutih mengandung merkuri yang tidak ada izin edar oleh BPOM. Krim pemutih yang megandung merkuri tersebut dipakai oleh masyarakat Indonesia hanya untuk mendapatkan kulit putih yang didambanya tanpa memikirkan bahaya dari kandungan merkuri tersebut. Pemakaian krim pemutih mengandung merkuri akan langsung terlihat perubahannya hanya dengan sekali pemakaian saja. Salah satu hal yang mendorong perilaku tersebut adalah ketidakmampuan individu untuk menghargai tubuh yang terdapat di dirinya.

Minimnya edukasi tentang beragam standar kecantikan membuat banyak masyarakat Indonesia masih tejebak dengan bayang-bayang bahwa cantik itu harus berkulit putih dan mulus. Fadly sahab selaku founder  dari ZAP menyatakan pendapat bahwa salah satu keinginan wanita Indonesia untuk memiliki kulit putih adalah pengaruh dari peer pressure. Peer pressure adalah tekanan dari orang terdekat kita yang secara tidak langsung mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan. Menurut mereka mempunyai kulit putih dan mulus dapat meningkatkan harga diri mereka dan mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Berbicara tentang standar kecantikan, hal  tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor budaya yang sudah turun-menurun dalam kurun waktu yang lama sehingga sudah menjadi tradisi atau ciri khas suatu kebudayaan. Selain faktor budaya standar kecantikan yang tercipta, banyak yang disebabkan oleh konstruksi sosial hingga komersialisme. Pengaruh media, iklan dan industri kosmetik juga sangat berdampak besar terhadap standar kecantikan. Menurut pendapat Psikolog Kasandra Putranto, standar kecantikan yang tersebar di berbagai platform media membuat wanita mempunyai keinginan yang besar untuk memiliki apa yang mereka lihat dan merasa tidak puas dengan warna kulit mereka sendiri. "keinginan yang tidak realistis ini dapat menyusahkan dan membahayakan diri mereka sendiri, berusaha untuk memenuhi keinginan dan mengikuti standar kecantikan bisa menyebabkan gangguan psikologis. Beberapa studi memperlihatkan bahwa keinginan yang tidak realistis seperti itu dapat menyebabkan depresi, penurunan harga diri, gangguan makan  dan lain sebagainya. "Gadis-gadis dari usia yang sangat dini menjadi sasaran gambar kesempurnaan dan eksposur mereka meluar hingga dewasa," papar Kasandra. Dengan adanya standar kecantikan seseorang akan menjadi semakin gampang mencari kekurangan fisik mereka sendiri maupun orang lain. Adanya standar kecantikan juga berdampak untuk seseorang menganggap dirinya dan orang lain rendah.

Menjadi terlihat cantik adalah cita-cita setiap wanita, hal tersebut adalah hal yang normal. Namun tidak perlu berlebihan apalagi sampai merasa kecewa dengan diri sendiri akibat mengikuti standar kecantikan. Jika keinginan untuk memenuhi standar cantik tersebut menjadikan seseorang membahayakan dirinya sendiri dan mengakibatkan gangguan mental dengan melakukan segala cara, hal tersebut sangat jauh dari kata baik. Wanita harus mengetahui bahwa kecantikan tidak hanya dinilai orang dari fisik saja, tetapi juga dari dalam diri individu yang disebut juga dengan inner beauty. Sementara itu psikolog Kasandra putranto mendefinisikan kecantikan sebagai perpaduan komplet antara objek, sikap dan perilaku serta rasa suka cita yang muncul dari dalam. Hal tersebut menjadi daya tarik fisik yang memesona indera manusia. Khususnya yang berhubungan dengan indera penglihatan, kecerdasan, perilaku, dan moral yang baik. Memiliki kecerdasan, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, memiliki perilaku yang positif, kesopanan, kharisma, integritas yang baik  akan mengangkat derajat seorang wanita sehingga dipandang memesona dan dapat mengikat perhatian orang. Hal tersebut yang seharusnya menjadikan wanita lebih dihargai bukan dilihat dari wanita tersebut memiliki kulit putih dan mulus. Berkulit putih ataupun tidak itu merupakan hal yang tidak perlu diperhatikan, karna cantik itu relatif. Yang terpenting sifat-sifat positif yang melekat didalam diri kita.

Untuk bisa menerima diri kita seutuhnya  dan tidak berpatok dengan standar kecantikan yang ada, hal yang harus dilakukan pertama adalah dengan mensyukuri atau menerima atas apa yang telah sang Pencipta berikan kepada kita. Karena mensyukuri dan menerima terhadap apa yang telah diberikan oleh sang Pencipta lebih baik dibanding harus mengganti atau memermak sesuatu yang telah diberikan kepada kita yang justru akan sangat membahayakan bagi kesehatan kita sendiri dan dengan segala risiko besar lainnya. Selain itu kita juga harus berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain, karena setiap individu itu berbeda-beda. Jika kita membandingkan diri dengan orang lain itu sangat berdampak negatif pada pada diri kita. Kita harus menerima bahwa setiap orang itu mempunyai keunikan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jangan terlalu fokus pada dunia maya yang nyatanya tidak selalu sama dengan dunia nyata. Kita harus ingat bahwa kecantikan tidak hanya dinilai orang dari fisik saja, tetapi yang paling penting sifat yang melekat dari dalam diri kita. Kita harus memperbaiki hal-hal yang ada dalam diri kita seperti pikiran yang positif, hati yang bersih, tutur kata yang sopan, memiliki sifat empati yang tinggi dan lain sebagainya. Hal tersebut dinilai lebih penting dan kita akan lebih di hargai oleh banyak orang ketimbang kita hanya fokus memperbaiki fisik saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun