Manusia merupakan satu-satunya makhluk hidup yang berakal budi. Akal budi menuntun manusia untuk berpikir dan berefleksi menuju pengetahuan yang benar dan kesejatian integritas diri. Akal budi juga membuat manusia menjadi bijak sana. Karena itulah, manusia diberi gelar homo sapiens (makhluk yang bijak).
Perkembangan akal budi dipengaruhi oleh dinamika kemajuan peradaban zaman dan mediasi yang mendukung seperti (fenomena) alam dan interaksi dengan manusia lain. Di dalam interaksi ini ada saling transfer ilmu dan pengalaman hidup.
Dalam bahasa sehari-hari, kegiatan ini disebut sebagai proses belajar-mengajar. Di dalam proses ini, ada yang bertindak sebagai guru dan ada murid. Guru mengajar/mendidik, sementara murid belajar atau diajar/dididik.
Guru memegang peranan sentral dalam mengajari atau mengarahkan murid seutuhnya untuk mengerti akan siklus kehidupan ini, kemudian berpikir kritis terhadap permasalahan di dalamnya, dan pada akhirnya mengambil keputusan yang tepat agar dapat mempertahankan eksistensi dirinya.
Kalau salah didik, guru malah menciptakan peradaban manusia yang kacau dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Bukan lagi pengetahuan yang benar atau kesejatian integritas diri yang didapat, tetapi kesesatan. Lantas apa yang harus diperhatikan oleh para guru?
Guru harus sadar bahwa di genggaman tangannya roda kreasi (creatio) atau penciptaan peradaban manusia yang maju berada. Untuk itu, guru mesti hadir sebagai seorang figur atau sosok yang didaktis.
Dikatakan sebagai sosok didaktis, karena guru identik dengan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan. Ketiga hal ini menjadi fundasi penting yang harus diperhatikan oleh para guru dalam mengembangkan integritas diri murid; dengan pendidikan sebagai sentralnya.
Sebagai seorang pendidik, guru memiliki tugas yang begitu ekstra. Ia diwajibkan untuk mampu bergaul dengan semua anak muridnya. Guru juga bertanggung jawab untuk mentransformasikan berbagai nilai kehidupan yang kompleks kepada para murid.
Di samping itu, guru memiliki peranan dalam mengarahkan para murid menjadi manusia yang memiliki akhlak yang baik, pikiran yang cerdas, dan soft skill yang mumpuni. Hingga pada akhirnya, para murid mampu mencapai kebahagiaan, kemandirian, dan kemerdekaan diri, serta bertanggung jawab atas hidupnya.