Malam minggu, 16 Oktober 2021
Malam ini, saya telah tuntas membaca satu buku menarik yang berisi panduan bagaimana kita melakukan discernment sebelum mengambil keputusan atas pilihan dalam hidup ini.
Buku ini punya identitas berikut:
Judul        : Discernment: Panduan Mengambil Keputusan
Penulis      : Paul Suparno
Penerbit     : Kanisius
Kota terbit   : Yogyakarta
Tahun terbit : 2009
Jumlah halaman   : 112+cover luar
Isi bukunya kira-kira demikian dan semoga bermanfaat bagi kita.
***
Di dalam hidup ini, manusia selalu dihadapkan pada beragam pilihan. Dan, manusia harus memberikan keputusan mau pilih yang mana dari antara pilihan yang banyak tersebut.
Manusia harus punya kapasitas untuk menjatuhkan keputusan. Keputusan pada perkara kecil, risikonya tentu kecil. Sebaliknya, keputusan pada perkara besar, risikonya besar.
Tentu, seseorang akan kesulitan dalam menentukan pilihan dalam hidupnya. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, semisal agama, tingkat pendidikan, lingkungan, atau keluarga. Inilah yang disebut dengan faktor eksternal.
Sementara faktor internal dapat dilihat dari kualitas kebebasan-nya. Orang yang bebas akan sungguh-sungguh membuat pilihan tanpa banyak tekanan dari orang lain dan dapat mempertanggungjawabkan pilihan yang diambilnya. Ia mementingkan nilai yang hendak disasar dan tendensinya adalah kebahagiaan dalam hidup. Sebaliknya, orang yang tidak bebas akan banyak dipengaruhi oleh pihak luar dalam mengambil putusan.
Istilah discernment
Berasal dari kata Latin yaitu discernere yang artinya memisahkan dan atau membedakan dengan cermat satu objek dengan objek lain. Maka, diperlukan ketelitian dalam memilah baik buruk, kualitas, dan kondisi pilihan yang hendak diambil.
Discernment dibagi dalam dua jenis, yaitu pribadi dan komunal. Perbedaan antara kedua discernment ini terletak pada subjek yang bersangkutan. Discernment pribadi terjadi saat keputusan diambil oleh seseorang. Discernment komunal terjadi bila pengambilan keputusan dilakukan oleh banyak orang.
Proses pengambilan keputusan ditentukan oleh dua hal, yaitu pembedaan roh (discretion spirituum) dan pemilahan keputusan itu sendiri.
Sebelum mengambil keputusan, seseorang perlu memilah mana gerak roh baik dan jahat, serta memilih roh yang baik karena berasal dari Tuhan sendiri. Untuk itu, sebelum melakukan pemilihan, terlebih dahulu seseorang berpikir dengan matang dan menimbang dengan baik.
Unsur penting dalam discernment
Menurut Wolff (2003), ada empat unsur penting dalam mengadakan pemilahan sebelum mengambil keputusan, yaitu pikiran, hati, nilai, dan waktu.
Pikiran digunakan untuk mencari dan memikirkan segala hal secara mendalam dan objektif. Untuk itu, seseorang perlu mengumpulkan informasi yang akurat, membandingkan dengan sudut pandang beberapa ilmu, dan bertanya kepada orang yang mengerti tentang informasi yang dianalisis.
Pikiran bisa saja bertentangan dengan isi hati seseorang. Untuk itu, perlu diketahui 3 lapis perasaan hati (Wolff) agar dapat memutuskan dengan baik. Pertama, perasaan lapis luar yang mudah tergerak dan berubah. Kedua, lapisan terdalam yang merupakan inti jiwa, kebahagiaan, dan kebenaran terdalam. Ketiga, lapisan tengah yang kadang kontras dengan lapisan atas.
Unsur ketiga adalah nilai. Dalam discernment, seseorang harus memperhatikan nilai-nilai yang kompleks. Seperti nilai kebahagiaan hidup, adat, institusi, dan lingkungan sekitar.
Unsur yang terakhir adalah waktu. Untuk mengadakan pemilihan, dibutuhkan waktu yang lebih lama dan cukup.
Sikap yang perlu dalam discernment
Bahan pemilihan. Bahan perlu dirumuskan dengan jelas dan tegas, baik atau paling tidak netral! Artinya, pilihan tidak kabur karena akan menghamburkan waktu dan membuat seseorang dilema. Juga, pilihan harus terarah kepada kebaikan bukan kejahatan moral.
Sikap indifferent, seimbang, atau bebas. Sikap indifferent berarti sikap tidak menyukai atau membenci sesuatu lebih dari yang lain (netral). Boleh juga dikatakan, bahwa dalam memilih, perlu bersikap seimbang agar kemudian, seseorang dapat dengan bebas memilih satu dari beberapa pilihan yang sedang dipertimbangkan.
Namun, sering terjadi seseorang tidak seimbang dalam proses pemilihan. Hal ini terjadi karena emosi yang tidak teratur, desakan atau tekanan psikologi dari luar, suasana batin yang keruh dan penuh kedosaan, dan rasa takut.
Semangat lepas bebas. Sikap ini menandakan seseorang tidak terikat pada pilihan-pilihan yang tengah dipertimbangkan. Sehingga, kalau tidak cocok, ia dapat meninggalkan atau tidak memilih pilihan tersebut.
Kemampuan membedakan roh. Kemampuan ini ditandai dengan kepekaan hati untuk sanggup mencari dan mengenal roh yang baik dari roh yang jahat. Dengan ini, seseorang tidak keliru atau tertipu dalam mengenal roh.
Kesadaran dan sensibilitas. Umumnya, manusia akan menggunakan otak dan pikiran dalam memilah. Untuk itu, diperlukan kesadaran yang tinggi agar keputusan atas satu pilihan lebih objektif. Akan tetapi, kekuatan pikiran perlu diseimbangkan dengan sensibilitas hati atau afeksi yang peka.
Cinta dan rahmat Tuhan. Pilihan yang hendak diputuskan selalu terarah kepada kehendak Tuhan. Untuk itu, diperlukan kesadaran untuk mengenali cinta dan rahmat Tuhan yang tersembunyi dalam setiap pilihan. Yang dapat sampai pada langkah ini adalah mereka yang dekat dengan Tuhan.
Proses discernment pribadi
Discernment pribadi dalam situasi biasa. Dapat dilakukan dengan cara tenang, ingat tujuan hidup, mendalami bahan pemilahan, mohon penerangan dari Tuhan, mengolah unsur objektif dalam pilihan, melihat alternatif terbaik, berdoa (hati) bukan hanya satu kali, dan mengulangi metode ini sampai suara hati menuntun kepada pilihan yang terbaik.
Discernment pribadi dalam konsolasi tinggi. Ada orang yang dengan jelas mendapat petunjuk dari Tuhan dan mendapatkan konsolasi (hiburan rohani) besar dari Tuhan di dalam batinnya. Hal ini didapat dengan cara berdoa dan dekat dengan Tuhan.
Discernment dengan membayangkan diri sebagai penasihat. Tidak asing lagi cara ini. Seseorang memposisikan diri sebagai penasihat rohani bagi orang lain. Nasihat yang diberikan tentu yang terbaik bagi diri orang lain.
Discernment dengan membayangkan diri akan meninggal. Membayangkan diri berada di depan Tuhan dan sebentar lagi akan meninggal.
Proses sesudah pemilihan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mempertanggungjawabkan pilihan. Selain itu, yang memilih harus siap akan dua kemungkinan, yaitu pilihan berkembang menjadi semakin baik atau berjalan dengan tidak mulus alias gagal. Maka, hati-hati, karena akan banyak godaan muncul.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam discernment bersama
Kemampuan discernment pribadi; kesadaran bahwa proses tidak mudah dan lama; setiap anggota dapat diberikan visi misi, interest, tujuan hidup, proyek, keyakinan, dan kesepakatan dasar yang sama, anggota harus terbuka terhadap variasi cara, jalan, dan sarana; keterbukaan dalam komunikasi kepada yang lain; berdoa dan berelasi dengan Tuhan; minta bantuan pada narasumber; dan terbuka satu sama lain akan persoalan yang hendak dicermati bersama.
Proses discernment bersama
Saat melakukan discernment bersama, setiap anggota mesti berdoa mohon bantuan Roh Kudus, saling mengungkapkan bahan pemilahan, refleksi masing-masing, sharing unsur yang mendukung dan tidak, berdoa kepada Tuhan, sharing pengalaman doa, ambil keputusan, dan bersyukur pada Tuhan.
Contoh kisah Kitab Suci yang dapat menjadi referensi adalah pemilihan Matias pengganti Yudas (Kis 1:15-26) dan persoalan tentang sunat atau tidak ketika ingin menjadi pengikut Yesus Kristus (Kis 15:1-21).
Hal-hal lain yang mempengaruhi pemilihan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemilihan, antara lain tingkat kedewasaan seseorang. Orang dewasa dapat berpikir lebih tenang, berani, kritis, seimbang, merumuskan pilihan, dan mempertanggungjawabkan pilihannya sendiri.
Pendidikan juga punya pengaruh. Orang dengan pendidikan tinggi dan maju akan lebih matang dalam mengambil keputusan. Sementara orang yang punya pendidikan rendah akan kesulitan dan lama mengambil keputusan.
Ternyata, kompleksitas persoalan juga perlu diperhatikan. Persoalan yang kompleks akan diselesaikan dengan lebih serius dan orang yang sedang mengahadapinya harus mampu menganalisis unsur-unsur yang terkait.
Untuk itu, diperlukan kerendahan hati untuk belajar dari pengalaman orang lain yang barangkali pernah berhadapan dengan persoalan yang serupa. Perlu diperhatikan, bahwa sejak dini setiap orang harus dididik memilah keputusan.
Penutup
Dalam mengambil keputusan pribadi maupun bersama, perlu diperhatikan aspek objektif dan subjektif pilihan-pilihan. Aspek objektif menyangkut semua informasi, keterangan, fakta, alasan pro dan kontra, situasi, dan pengertian. Maka, dibutuhkan akal sehat, pikiran, dan penalaran yang matang.
Sedangkan aspek subjektif didominasi kepekaan hati, perasaan, gerak batin yang muncul sewaktu seseorang menyerahkan pemikiran kepada Tuhan. Agar keduanya seimbang, seseorang mesti menggali informasi yang lengkap, berefleksi, belajar, sharing kepada orang lain, berani memutuskan, dan mempertanggungjawabkan pilihan yang telah diambil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H