Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tanpa Saudara-i, Tak Ada Sibling Rivalry

17 April 2021   13:50 Diperbarui: 17 April 2021   14:35 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umumnya, memiliki saudara-saudari kandung merupakan dambaan setiap orang. Persaudaraan dalam keluarga akan terasa ramai dan seru bila ada abang, kakak, atau adik; tidak lelaki atau tidak perempuan semuanya (anak/keturunan). Namun, tidak demikian yang dirasakan oleh Monika.

Monika, seorang pelajar transisi SMP ke SMA, merupakan puteri sekaligus anak tunggal dari buah cinta kedua orang tuanya; tanpa kakak, abang, atau pun adik kandung. Kehadiran Monika di tengah cinta sang bapak dan ibu saja berlangsung cukup lama. Sejak mengikat janji pernikahan pada 8 Januari 1995, orang tua Monika tak kunjung dikaruniai anak.

Dalam pergulatan batin yang cukup kuat, orang tua Monika tetap bertahan dan berusaha. Perkataan yang kurang 'enak di perasaan' kerap mereka terima. Tetapi, mereka tetap teguh dalam optimisme dan iman.

Pergi konsultasi dengan dokter atau tim kesehatan telah dilakukan. Ragam devosi dan doa juga telah disampaikan. Mohon bimbingan dan berkat dari Pastor juga sudah dilaksanakan. Tapi, hasilnya masih nihil. Anak belum kunjung datang. Lantas, orang tua Monika menyerah?

Tidak. Mereka tetap bertekun melakukan yang terbaik dan akhirnya, pada 11 September 2006, lahirlah Monika ke dunia. Akhirnya, segala doa dan harapan selama 11 tahun terkabulkan. Tuhan sungguh baik dan memperhatikan kesetiaan hamba-Nya.

Kehadiran Monika disambut dengan tangis haru kedua orang tua. Rasa syukur atas karunia Tuhan lewat Monika tak henti-hentinya disampaikan. "Terima kasih Tuhan untuk kebaikan-Mu lewat puteri kami ini. Kami akan menjaganya!" kata orang tua Monika.

Kedua orang tua sungguh mencintai dan menyayangi Monika. Mereka berusaha memberikan yang terbaik kepadanya. Waktu untuk bersama selalu diusahakan dan perhatian seluruhnya tercurah buat Monika. Walau tanpa kakak, abang, atau adik kandung, Monika tetap bisa menikmati kebersamaan itu.

Memang, waktu bersama dengan orang tua cukup bahkan lebih. Namun, Monika tetap merasa ada yang kurang. Ia punya angan memiliki abang atau kakak kandung yang asyik, bisa menjaganya, dan sayang padanya. Ada rasa sepi tanpa saudara-saudari kandung. Ia juga merasa sedikit iri dengan teman-temannya yang punya abang, kakak, atau adik di rumah yang bisa jadi teman di rumah.

Monika pengen punya teman bermain ini atau bermain itu, bepergian ke sana atau ke situ dengan saudara/saudari kandung. Itu wajar dan manusiawi. Tanpa ada abang, kakak, atau adik kandung, Monika tentunya tidak akan pernah berantem atau berkonflik. Dengan siapa? Sekalipun demikian, ia tetap bersyukur walau situasinya demikian. Malahan, perjuangan dan kesetiaan cinta kedua orang tuanya menjadi satu motivasi baginya.

"Jatuh cinta itu mudah. Tapi, yang lebih menantang adalah bagaimana membangun dan menjaga cinta itu" demikian ucapan inspiratif dari sang ibu kepada Monika. Inilah yang mampu menaklukkan rasa putus asa dan tidak percaya diri dalam ikatan cinta antara ibu dan bapak Monika.

Diinspirasi oleh kasih dan perhatian kedua orang tuanya, Monika ingin hidup dan belajar dengan serius. Ia ingin bertumbuh dan berkembang menjadi seorang anak yang bisa membanggakan kedua orang tuanya. Ini menjadi satu ungkapan persembahan hidup dari Monika atas kebaikan Tuhan dalam keluarganya.

Waktunya akan tiba pula, Monika harus berpisah dengan orang tuanya. Ia akan melanjutkan perjalanan studinya ke tanah rantau, demi yang terbaik. Ia ingin menambah pengalaman hidup, agar lebih luas dan variatif. Tentu, baik Monika maupun orang tuanya, sama-sama akan merasakan kesepian dan kesedihan. Akan tetapi, seiring perjalanan waktu semua akan membaik.

Pesan dari Monika untuk mereka yang punya saudara-saudari kandung, "Berbahagialah sebab punya abang, kakak, atau adik. Walau akan ada konflik atau gesekan dalam keluarga, jangan pernah terpecah belah. Jangan sampai ada permusuhan. Akan tetapi, atasilah semuanya dengan pandangan satu darah dan satu orang tua".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun