Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahagianya Tanpa Rokok di Masa Pandemi Ini!

19 Februari 2021   16:17 Diperbarui: 19 Februari 2021   16:20 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/3042901/berapa-uang-yang-bisa-dihemat-dari-berhenti-merokok

Dari sisi ekonomis. Untuk memiliki sebatang atau sebungkus atau seslop atau sekardus rokok, tidak bisa tidak perokok harus mengeluarkan uang. Entah itu rokok yang terkenal maupun tidak, murah maupun mahal, butuh uang! Menurut penelitian Badan Pusat Statistik pada 2020 yang lalu, biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok jauh lebih tinggi dibanding biaya untuk bahan pokok dan kesehatan.

Pembeli rokok yang paling tinggi datang dari kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, seperti nelayan (70,4%) dan petani-buruh (46,2%) [kompas.com]. Seandainya uang yang digunakan untuk rokok ditabung atau digunakan untuk beli bahan pangan dan kesehatan, barangkali keluarga akan sejahtera. Terlebih di masa pandemi Covid ini, nutrisi dan gizi sungguh urgen demi menambah imunitas tubuh agar kuat terhadap serangan virus. Jika penggunaan uang dialihfungsikan kepada hal yang lebih bermanfaat, sehat, dan pro life tentu akan jauh lebih berguna dan tidak menjadi sia-sia.

Dari sisi ekologis. Asap yang dihasilkan dari pembakaran rokok tentu akan mencemari udara. Padahal, udara yang dihirup bukan hanya untuk si perokok. Masih ada orang yang tidak merokok butuh udara yang segar.

Selain itu, abu rokok pun bisa mengotori lingkungan. Kalau abu rokok ditampung di asbak, lingkungan sedikit terjaga. Masalahnya, begitu banyak perokok yang asal buang saja abu rokoknya. Tidak peduli. "Toh itu akan diuraikan di tanah!" Inilah kalimat yang sering dijadikan sebagai pembelaan diri.

Puntung rokok juga bisa menjadi sampah yang sulit terurai, terutama filternya. Filter rokok terbuat dari plastik yang disebut selulosa asetat yang didekomposisi selama kurang lebih 10 tahun. Lama yah? Padahal kita sedang berusaha untuk menjaga kesehatan lingkungan di masa pandemi ini, agar udara dan lingkungan memberi kesegaran dan kesehatan pula kepada kita. Lantas, mengapa kita kotori, yah?

Dari sisi kesehatan. Poin ini mungkin menjadi nukleus tulisan ini. Salah satu korban keganasan Covid 19 adalah para perokok. Mengapa?

1. Rokok dapat memicu perkembangbiakan sel inang Covid.

2. Asap rokok dapat mengganggu sistem dan alat pernapasan yakni paru-paru. Daya tahan tubuh pun akan terganggu dan turun. Maka, bibit virus Covid 19 akan mudah menggerogoti paru-paru. Terutama, bagi para pecandu rokok, bisa dibayangkan bagaimana paru-parunya sudah tidak stabil lagi.

3. Selain bagi paru-paru, rokok juga dapat mengganggu kinerja jantung, meningkatkan diabetes dalam tubuh, hipertensi, stroke, dan penyakit kormobid lainnya. Hal ini akan sangat berbahaya. Ketika seseorang telah terinfeksi Covid 19 dan punya sakit penyerta (kormobid), kondisinya akan parah dan risiko kematian tinggi. (uraian 1, 2, dan 3 diambil dari kompas.com)

4. Ketika merokok, tangan akan menyentuh bibir. Mustahil terjadi bahwa setiap kali mau hisap rokok, si perokok harus cuci tangan. Apalagi, kalau ia merokok di tengah perkumpulan atau sebelumnya telah menyentuh barang publik yang tak tahu apakah steril atau tidak. Perpindahan virus ke bibir akan lebih cepat.

5. Tetap tidak diperbolehkan merokok sisha. Artinya, aktivitas merokok dilakukan secara bergantian dalam kelompok. Hal ini akan meningkatkan potensi penyebaran Covid menjadi sangat cepat. Apalagi, kalau dalam kelompok itu ada yang batuk dan bersin. Padahal anggota kelompok yang lain tidak pakai masker atau APD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun