Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bekerja Tanpa Doa, Rasanya Kering!

8 Februari 2021   11:29 Diperbarui: 8 Februari 2021   11:34 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"ORA ET LABORA"

Sering teman dan kenalan chat ke inbox: "Kenapa yah, aku rasanya kering banget! Aku tuh dah sukses, punya usaha sendiri, yahh rezeki lumayanlah! Tapi, sampe sekarang tuh, aku merasa kering dan ada yang kurang, gitu! Apa sih obatnya?"

Saking, seringnya, kadang saya coba copas (copy paste), tanggapan demi tanggapan yang sudah pernah saya temani diskusi kepada orang yang baru mulai membagikan pengalamannya. Kuncinya adalah ora et labora!

Tulisan ini semata-mata bukan mau menonjolkan sisi teologisnya (walau ada muatannya), tetapi mau berbagi pengalaman bahwa memang doa dan kerja atau kerja dan doa itu tidak boleh dipisahkan. Kedua-duanya saling berhubungan. Untuk itulah, saya coba kontraskan tiga frasa di atas: ora et labora.

Tak asing lagi peribahasa bijak dari Latin di atas: "Ora et Labora!" Sejatinya, kalimat ini merupakan seruan dalam bahasa Latin yang berarti: berdoalah dan bekerjalah. Jadi, masih kurang tepat rasanya kalau hanya berdoa dan bekerja; atau berdoa sambil bekerja; atau berdoa lalu bekerja. Kemudian, kedua kata ini setara karena dihubungkan oleh dan; tidak ada yang lebih utama dan kurang.

Kembali ke pertanyaan orang-orang tadi. Setelah saya coba dengarkan pengalaman demi pengalaman yang mereka kisahkan, rasanya ada yang kurang disentuh, yakni doa. Yang paling mereka tekankan adalah kesuksesan, kerja, usaha, hasil, dan kenikmatan hidup yang didapat. Trus, dimana hidup rohaninya, dalam arti rasa syukur atas apa yang telah didapat. Lalu, saya bertanya: "Kamu sampaikankah semua itu kepada Tuhanmu? Dalam arti, bersyukur. Apakah ada intensi yang dilakukan sebagai rasa syukur pada Tuhan Penciptamu?"

Rata-rata teman menjawab, "Itulah masalahnya. Kadang tidak sempat berdoa. Bayangkan saja, pergi kerja mesti pagi benar. Di tempat kerja, harus kerjain banyak hal. Pulang dah malam dan capek. Paling, makan bentar, lalu istirahat. Kadang doanya pas lagi baring ajah." Spontan, saya dapat akar permasalahannya. Mungkin di sini: belum atau kurang memberikan waktu pribadi untuk berserah kepada Sang Pencipta dan Pemberi segalanya. Terlalu sibuk dengan kerja dan setelah pulang kerja, ia istirahat atau rekreasi sejenak. Akhirnya, doa pun terlupakan dan terlalaikan.

Doa Menjadi Kebutuhan Roh

Dalam filsafat, dikatakan bahwa manusia terdiri dari tiga bagian: tubuh, jiwa, dan roh. Tubuh yang dimaksudkan adalah tubuh fisik yang dapat diamati, disentuh, diraba, dan dilihat perkembangannya. Tubuh punya kebutuhan yang dipenuhi lewat asupan makanan dan minuman, nutrisi, vitamin, dan mineral agar bertumbuh dan berkembang dengan normal dan baik. Selain itu, tubuh juga perlu mendapat gerakan atau pekerjaan agar terlatih dan sehat, tidak kaku, elastis, dan memiliki bentuk. 

Sementara jiwa tidak dapat dilihat secara kasat mata. Jiwa itu berhubungan dengan pikiran manusia. Jiwa juga punya kebutuhan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi stres, rasa tertekan, frustrasi, kecemasan, dan sebagainya. Biasanya, kebutuhan jiwa adalah relaksasi, olah perasaan, rekreasi, dan hiburan. Selain itu, perlu diingat bahwa tubuh dan jiwa saling berhubungan. Agar jiwa sehat, tubuh pun harus sehat. Orang yang tubuhnya sedang tidak sehat, jiwanya pun akan terganggu.

Satu lagi adalah roh. Bagian ini disebut juga ruh. Berbeda dengan jiwa, roh berhubungan dengan hal-hal rohaniah, spiritual, kehidupan, yang memberikan daya bagi tubuh dan jiwa bergerak dan bekerja. Roh tak dapat dilihat, namun juga punya kebutuhan yang tidak boleh diabaikan. Kebutuhan itu adalah doa, meditasi, semedi, dan pelatihan-pelatihan spiritual. Kalau kebutuhan roh tak dipenuhi, maka tubuh dan jiwa akan mengalami gangguan, termasuklah tadi kekeringan batin di tengah kemakmuran tubuh dan jiwa.

Maka, sudah jelas. Manusia terdiri dari tiga bagian. Satu ke bagian yang lain terikat dan berhubungan. Tidak boleh terpisah. Kalau itu terpisah, maka akan ada efeknya, baik fisik, kejiwaan, maupun batin. Mengapa? Sederhana, karena itulah unsur yang sama-sama membentuk manusia dan membuat manusia ada dan mengada di bumi. 

Berdoalah dan Bekerjalah: Kunci Sukses Worklife

Selain usaha dan kerja keras, kesuksesan worklife juga dipengaruhi oleh unsur olah rohani (doa). Orang mengatakan bahwa hidup harian manusia itu dibagi tiga potongan, ibarat pizza; satu bagian kerja, satu bagian sosial, dan satu bagian relaksasi/hiburan. Masing-masing bagian diisi dengan optimal dan maksimal. Ketika kerja, yah kerjalah dengan sungguh-sungguh; ketika bersosial, bersosiallah dengan baik; dan ketika rekreasi, rekreasilah dengan riang dan relaks. Untuk itu, perlu ketajaman memanajemen diri, waktu, dan keinginan agar tidak melompat-lompat; kadang di tengah kerja ingin rekreasi, atau di tengah rekreasi pikiran sibuk dengan kerja, atau di tengah bergaul dengan orang, muncul hasrat mau kerja. 

Lantas, dimanakah potongan doa itu? Doa itu tidak dipotong-potong. Tapi, doanya ada di seluruh lingkaran itu. Kenapa? Yah, doa itu menjadi makanan rohani yang menemani jiwa dan tubuh dalam menjalani ketiga bagian. Roh akan selalu ada menemani tubuh dan jiwa dalam tugas dan pekerjaan apa pun. Maka, roh tidak hanya ada dalam potongan-potongan kecil. 

Dalam kegiatan apa pun yang kita lakukan, roh ada. Entah bekerja, bersosialisasi, dan rekreasi, roh ada di diri kita. Maka, tak salah rasanya kalau sembari bekerja pun roh itu diberikan makanannya. Kan, tidak salah kalau sambil kerja, ada doa yang diucapkan atau dilafaskan. Agar, tubuh dan jiwa tetap memiliki spirit dan daya. Doa tidak hanya diucapkan sebelum atau sesudah bekerja. Tapi, kapan saja.

Berdoalah dan bekerjalah. Jangan hanya berdoa tanpa bekerja, karena itu namanya kesia-sian belaka. Atau jangan juga bekerja tanpa berdoa, karena kita akan merasa kering secara batiniah, ada yang kurang. Tetapi, berdoa dan bekerja dalam satu fase harian. Yah, mungkin ngak sukses-sukse amat, tapi kita bisa enjoy life dan bahagia, serta puas atas capaian yang sudah dilakukan. Kita juga akan terlatih bersyukur atas kemakmuran dan kesulitan atas tugas-tugas dan pekerjaan harian yang kita dapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun