Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

KPP Itu Penting dan Perlu Sebelum Menerima (Sakramen) Perkawinan

5 Februari 2021   16:27 Diperbarui: 5 Februari 2021   23:06 4294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Manusia telah diciptakan menurut citra Allah, yang sendiri adalah cinta. Oleh karena Allah telah menciptakannya sebagai pria dan wanita, maka cinta di antara mereka menjadi gambar dari cinta yang tak tergoyangkan dan absoulut, yang dengannya Allah mencintai manusia (Katekismus Gereja Katolik 1604)"

Allah menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan satu untuk yang lain (Kejadian 2:18) dalam ikatan cinta ilahi. Perempuan dibentuk dari tulang rusuk laki-laki dan Allah memberikan perempuan itu kepada laki-laki sebagai penolong yang sepadan dan sederajat dengannya. Selanjutnya, akan tiba waktunya baik laki-laki maupun perempuan akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu. Kesatuan cinta mereka sifatnya tidak terceraikan sebab mereka bukan lagi dua, melainkan telah menjadi satu di dalam Allah yang mengikat mereka (bdk. Mat 19:6). Demikianlah terjadi perkawinan/pernikahan antara mempelai laki-laki dan perempuan.

Akan tetapi, pengalaman yang jahat bisa mempengaruhi ikatan suci tersebut. Kesatuan di antara keduanya diancam oleh perselisihan, nafsu, ketidaksetiaan, kecemburuan, konflik, ketidakpedulian, rasa bosan, dan berujung pada perceraian. Hal ini bisa disebabkan oleh kedangkalan cinta, pengetahuan akan nilai luhur perkawinan, dan barangkali ada pedoman yang mengizinkan untuk sebuah perceraian.

Dalam Gereja Katolik sendiri, tidak diizinkan ada perceraian perkawinan. Hal ini didasarkan pada sabda Yesus sendiri: "Apa yang dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Mat 19:6)". 

Perkawinan juga dipandang sebagai sebuah sakramen (Latin: sacramentum: hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi; tanda keselamatan Allah yang diberikan kepada manusia). Maka, konsekuensi logisnya adalah perkawinan itu bersifat kudus dan ilahi karena datang dari Allah sendiri. Untuk itu, perlu dijaga dengan sikap hormat. 

Maka, sebelum berlangsung sebuah perkawinan, pihak Gereja akan lebih dahulu mempersiapkan para calon mempelai dengan katekese dan pendalaman iman seputar sakramen perkawinan. Yang disampaikan kepada mereka adalah betapa luhurnya sakramen perkawinan dalam gereja Katolik. Itu harus dihayati dan dihidupi. 

Kursus Persiapan Perkawinan (KPP)

Kursus persiapan perkawinan merupakan masa bagi calon mempelai untuk membekali diri dengan nilai-nilai luhur perkawinan dalam gereja dan masyarakat. Tujuan umum KPP ada tiga, yakni membekali para muda-mudi dalam membangun rumah tangga keluarga Katolik; menambah wawasan para calon mengenai perkawinan dan hidup berkeluarga secara teologis, psikologis, moral, seksualitas, kesehatan, ekonomi, dan gender; dan memberikan pegangan bagi para calon untuk mengambil tindakan dan mengatur hidupnya sesuai asas moral kristiani. KPP juga mempersiapkan para calon untuk masyarakat umum, agar keluarga yang baru dibentuk hidup dengan baik dan memasyarakat (sumber).

Para calon juga harus mengerti bahwa perkawinan di gereja Katolik pun ada hukumnya. Untuk itu, mereka harus tahu apa yang digariskan secara hukum gereja dapat dilakukan dan apa yang harus dihindari agar perkawinan dapat berlangsung secara sah dan tidak terhalang. 

KPP juga membantu para calon untuk berpikir secara matang betul untuk siap akan suka-duka di masa depan. Faktual, bahwa kehidupan berkeluarga tidak akan selamanya manis dan mulus, akan ada ujian, cobaan, gesekan konflik, duka, kesedihan. Untuk itu, mereka yang tengah mempersiapkan diri, harus membuka hati dan pikiran untuk itu. Apalagi, calon istri atau suami yang hendak dipilihnya akan menjadi pendampingnya seumur hidup: hanya maut yang bisa memisahkan.

Lewat KPP para calon diharapkan semakin mengerti dan menghayati bahwa perkawinan yang akan diikat mereka dengan janji di hadapan Allah harus berbuah lewat keturunan dan karunia-karunia lainnya. Mereka akan menjadi pengasuh dan pemelihara keluarga dan keturunan. Kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga diupayakan sedemikian, agar tidak ada peluang bagi sebuah perceraian.

Selama KPP juga, para calon diarahkan untuk saling menerima kelemahan dan keunggulan pasangannya. Ini perlu agar tidak ada penyesalan di akhir.

Selain penyampaian materi dari tim kursus, dibuka kesempatan dan peluang bagi para peserta kursus mengajukan pertanyaan seputar kursus. Juga, para peserta dapat berkonsultasi kepada tim.

Setelah kedua-duanya telah menyelesaikan kursus persiapan perkawinan dan dipandang mampu mempertanggungjawabkan niat untuk mengikat janji, mereka akan mendapat sertifikat dan melangkah ke tahap penyelidikan kanonik, tahap yang lebih serius dan ketat lagi.

Itulah alasan mengapa KPP itu penting dan perlu. Hingga saat ini, Gereja Katolik tetap mengadakan KPP sebelum pasangan mengikrarkan janji pernikahan mereka.

Akhir Kata

Maka, sebelum berani berdiri di hadapan Gereja dan umat Allah untuk mengikat janji cinta kasih seumur hidup, terlebih dahulu harus ada pembelajaran dan ujian yang sungguh-sungguh. Cinta kedua pasangan harus betul-betul diuji dan diarahkan agar semakin solid dan kuat, tak tegoyahkan. Cinta itu akan menjadi teman seumur hidup. Cinta itu harus hidup dalam keluarga dan bertahan, tidak mudah padam dan patah apalagi terceraikan.

Perkawinan itu bukan main-main, perkawinan itu bukan uji coba, perkawinan itu bukan soal nikmat, dan perkawinan itu bukan soal telah mendapatkan orang yang diidolakan. Tapi, perkawinan itu luhur dan suci, sebagai bentuk cinta Allah kepada manusia, harus dijaga dan dipelihara sekalipun tidak selalu mulus dan manis. Maka, perkawinan itu harus dipersiapkan sematang-matangnya. KPP akan membantu mereka yang sudah punya komitmen untuk membentuk bahtera keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun