Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memberdayakan Masyarakat dengan Metode ABCD

14 Januari 2021   00:30 Diperbarui: 14 Januari 2021   00:34 5440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Manusia adalah ciptaan Allah yang paling luhur. Kepada manusia, Allah menganugerahkan rahmat ilahi untuk berpikir, merasa, dan berkehendak (baik). Selain itu, kepada manusia juga, Allah menganugerahkan alam semesta dan segala isinya untuk dikuasai (Kejadian 1:28). 

Kata "kuasai" ditafsirkan bukan sebagai sikap super eksploitasi. Tetapi, kuasa itu harus mengejawantahkan kuasa Allah untuk mengolah, memelihara, dan mengusahakan sumber daya alam dengan cermat dan arif. Untuk itulah, daya intelektual manusia harus bekerja berbarengan dengan perasaan yang peka, agar tidak jatuh pada degradasi moral: "semua harus dipakai sebanyak-banyaknya demi diri sendiri".

Lambat laun, pemahaman manusia semakin berkembang. Proses mengolah alam semesta dimengerti sebagai bekerja. Pekerjaan manusia sejatinya terarah pada keberlangsungan hidup, rahmat ilahi, pengembangan/aktualisasi diri, dan juga pengembangan alam sendiri. Maka, manusia tidak bisa mengusahakan ini semua secara sendiri/pribadi, butuh orang lain dan butuh alam. 

Manusia butuh aset agar progres hidupnya bisa terjamin dan itu semua bisa didapat dari orang lain dan sumber daya alam semesta. Inilah kemudian diolah dan dikembangkan agar semakin menjamin peradaban manusia.

Hanya saja, kadang ada orang yang kurang mampu memetakan aset yang ada di lingkaran hidupnya sendiri. Maka, muncullah peribahasa:

"Itik mati kehausan ketika berenang. Tikus mati dalam lumbung padi. Manusia haus di bawah pancuran air."

Artinya, ada orang yang acap kali mengalami kesulitan dalam hidupnya. Padahal di sekitarnya ada hal yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi itu. Untuk itu, butuh orang lain yang membantu mengarahkannya. Itulah sisi sosial manusia, ada untuk yang lain.

Apa itu Metode ABCD?

Kiranya, alur deskripsi di atas menjadi motivasi dan daya spirit Pastor Markus Manurung, OFMCap dan Yayasan Caritas PSE Keuskupan Agung Medan dalam menganimasi kelompok masyarakat di Kecamatan Pakkat dan Tarabintang, Desa Siantar-Sitanduk, Desa Tarabintang, Mungkur, Simbara, Siambaton Julu, dan Parmonangan. P. Markus dan kawan-kawan mencoba satu metode pengembangan terhadap wilayah dampingan tersebut, yakni metode ABCD. 

Metode ABCD adalah singkatan dari Asset Based Community Development (Pengembangan Komunitas berdasarkan Aset Penting). Metode ini dimaksudkan agar masyarakat setempat pertama sekali mengerti, mendata, dan mengoptimalkan aset-aset penting yang ada di sekitar mereka. Tujuannya adalah sering terjadi bahwa, masyarakat sendiri belum mengenal dan memanfaatkan aset-aset yang ada di desa mereka. Padahal, kalau aset itu dikembangkan, hasilnya akan baik.

Dengan metode ini, Yayasan Caritas PSE juga ingin menggerakkan pembangunan komunitas masyarakat, jadi bukan hanya orang per orangan. Perubahan yang besar akan lebih cepat terealisasi bila dilakukan secara berkelompok.

Aset yang didata adalah aset person, orang-orang yang bisa digerakkan untuk mengolah sumber daya alam dan finansial. Selanjutnya adalah aset institusi, yakni kelompok masyarakat sosial. Ketiga, aset materi yang tentunya terdiri dari tanah, sungai, gunung, air, pohon, akses jalan, listrik, pelayanan, gedung, uang, dokumen, surat berharga, dan arsip lainnya. 

Penerapan Metode ABCD lewat Pemberdayaan Masyarakat

P. Markus mencoba menerapkan metode ABCD kepada kelompok masyarakat di atas dengan kegiatan Reboisasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Peningkatan Ekonomi Rakyat Berbasis Potensi Lokal. Satu hal umum yang dilakukan terhadap dua kegiatan adalah pemetaan aset secara internal dan eksternal. Maka, anggota pengembangan mencoba melakukan observasi, wawancara langsung, diskusi kelompok terpimpin. Ada empat kategori aset (person dan institusi), yaitu aset kunci (aktor/motivator penggerak proyek pengembangan), utama (masyarakat di kecamatan dan desa), pendukung (para pembina atau pendukung), dan biasa (aset pribadi dan institusi sendiri).

Langkah selanjutnya adalah menganalisis tingkat ketertarikan masyarakat setempat dan pengaruh aset itu sendiri. Bobot penerapan metode dengan pemberdayaan masyarakat akan tampak dari kerja sama semua yang terlibat dalam proyek. Analisis seperti ini penting, supaya tahu mensiasati kerja sama yang harus optimal.

Maksud dari pemberdayaan masyarakat adalah membangun jejaring interaksi untuk meningkatkan kapasitas dari semua komunitas, mendukung pembangunan yang kontinu, dan mengupayakan pemantapan kualitas hidup masyarakat. Di dalam proses pemberdayaan ada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan, atau skil kepada masyarakat agar individu di dalamnya kreatif dan lebih berdaya. Lalu, ada juga proses merangsang motivasi individu agar mampu dan berdaya menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya lewat dialog.

Secara aktual, P. Markus dan Yayasan Caritas PSE mencoba menawarkan pola pemberdayaan melalui problem solving (pemecahan masalah), appreciative inquiry (memberikan apresiasi), dan participatory rural approuch (pendekatan pedesaan partisipatif).

Setelah sosialisasi metode dan pola, tim berusaha mendampingin masyarakat untuk peduli hutan di wilayah mereka. Dengan catatan, harus ada kontinuitasnya, bukan hanya sekarang dan besok, tetapi selama-lamanya. Rehabilitasi hutan tidak berhasil di tangan yayasan, tetapi keberhasilan itu ada di tangan masyarakat. Maka, diminta dukungan dari perangkat desa dan pemerintahan agar memperhatikan, mendukung, dan mengontrol proses rehabilitasi ini. Untuk itu, beberapa orang diutus untuk live in (tinggal bersama) masyarakat sembari belajar dan melatih masyarakat.

Dalam meningkatkan perekoniman rakyat berbasis lokal, yayasan bekerja sama dengan beberapa lembaga mencoba mendata potensi-potensi (aset) lokal yang bisa dikembangkan lebih baik lagi. Seperti Pakkat dan Tarabintang aset lokal yang bisa dikembangkan adalah karet. Yayasan Caritas mencoba bekerja sama dengan pabrik pengolahan karet untuk memberikan pelatihan budidaya karet secara profesional. Tutor didatangkan.

Selain karet, ada lagi rotan. Bekerja sama dengan usaha dagang di Pematangsiantar, Caritas mengundang usaha dagang tersebut memberikan pelatihan dalam berbagai skil pemanfaatan rotan. Sementara di enam desa lainnya, glugur cukup potensial untuk dibudidayakan. Caritas kembali mengundang tim dari PT Tani Mas memberikan pelatihan budidaya glugut mulai dari pembibitan hingga perawatan yang tepat.

Kemudahan dan Kendala

Dalam proses memberdayakan masyarakat di wilayah binaan, ada kemudahan yang dirasakan. Pertama, wilayah dampingan merupakan bekas rintisan Caritas PSE. Kedua, ada peninggalan aset Pansos pada 1980-an. Ketiga, jalan dan sarana transportasi lancar. Keempat, daya tarik masyarakat untuk belajar baik. Kelima, peranan lembaga agama sungguh koperatif. Keenam, media komunikasi baik (terutama signal). Ketujuh, kerja sama di antara fasilitator baik. Kedelapan, pemberdayaan masyarakat dilakukan berdasarkan pengalaman mitra yang diajak kerja sama. Kesembilan, adanya komitmen yang tinggi dari staf Caritas PSE sendiri.

Sementara kendala yang dialami berupa pertama, sosialiasi pada tahap awal tidak terlalu bisa dipahami masyarakat. Kedua, ada asumsi bahwa Caritas PSE hanya membagi-bagi uang. Ketiga, masih ada asumsi bahwa pemberdayaan ini adalah jalan kristenisasi. Keempat, skil staf masih terbatas. Kelima, ada kelompok masyarakat yang tidak masuk dalam kelompok pemberdayaan yang memberikan penilaian yang kurang baik. Keenam, dokumen yang dibutuhkan seperti surat-surat penting sulit didapat.

Evaluasi

Kehadiran dari Yayasan Caritas PSE dalam menganimasi rehabilitasi hutan dan perekonomian masyarakat dengan aset lokal dirasakan berhasil. Terjadi pergeseran konsep hidup dari yang tidak bisa menjadi bisa, sehingga mereka berani untuk mengusahakan hal baru di desa pun kecamatan masing-masing. Selain itu, hasil yang didapat dari pelatihan dan pemberdayaan di bidang karet cukup memuaskan. Hutan yang ada di desa dan kecamatan pun semakin dilindungi dengan menanam pohon dan pohon yang ditanam berupa alpokat, petai, jengkol, dan durian. 

Pemerintah pun merasa bahwa kehadiran Yayasan Caritas PSE sungguh positif. Dengan ini, pemerintah berusaha akan mendampingi desa dan kecamatan dalam mendukung program kelompok tani lewat alokasi dana desa. Pemerintah akan mencoba mengadakan pelatihan-pelatihan bekerja sama dengan Caritas PSE. 

Catatan Penutup

Untuk memulai suatu usaha, perlu dilakukan pemetaan aset dan peluang. Pasti akan ada sumber daya alam atau aset yang dapat digunakan sebagai modal. Selanjutnya, perlu latihan dan percobaan setahap demi setahap. Bisa dari media elektronik atau dari orang lain. Kemudian, jalinlah sikap koperatif dengan orang-orang secara langsung pun melalui media elektronik sebagai cara juga untuk promosi. Setelah sekian lama, lakukanlah evaluasi berupa kemudahan, kesulitan, dan solusi pemberdayaan. Inilah catatan yang diperoleh dari Pastor Markus Manurung OFMCap (saudara satu komunitas). Selamat mencoba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun