Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Abai Prokes, Positivity Rate Covid-19 di Indonesia Tinggi

12 Januari 2021   11:00 Diperbarui: 12 Januari 2021   11:46 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tengah viral: Kasus Covid 19 di Indonesia yang terdata per 11 Januari 2021 sudah berada di angka 836.718 orang. Naik dari hari sebelumnya, 10 Januari 2021, sebanyak 9.640 orang dengan laporan totalnya 828.026 kasus (kompas.tv). 

Bersamaan dengan kasus yang semakin melonjak, bahkan dikatakan "rekor" (dan di hari berikutnya "rekor baru"), semakin tinggi pulalah laporan positivity rate Covid 19 di Indonesia. Per 11 Januari 2021, positivity rate Covid tercatat sebanyak 31,1%. Angka ini adalah akumulasi 0,8% terhadap 30,3% positivity rate pada 10 Januari 2021 (kompas.com).

Positivity Rate Covid 19 Merupakan perbandingan antara jumlah kasus positif Covid 19 dengan jumlah tes yang dilakukan. Angka perbandingan menunjukkan seberapa besar orang terinfeksi virus Corona dalam sebuah populasi. Standar positivity rate Covid dari WHO seharusnya kurang dari 5%. Sementara di Indonesia,  positivity rate sudah berada di angka 31,1%. Maka, "sungguh mengerikan!" ujar Windhu Purnomo (ahli Epidemologi Universitas Airlangga).

Pak Windhu memaparkan setidaknya ada 2 alasan mengapa persenan positivity rate Covid 19 begitu tinggi (hari ke hari) di Indonesia. Pertama, pergerakan manusia. Yang saya mengerti adalah mobilitas seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Bukan gerakan fisiknya. Kalau seseorang tidak bergerak, tentu ia sudah meninggal. Jadi bukan ini. 

Akhir-akhir ini, begitu banyak orang yang cukup abai dengan aturan perjalanan. Pemerintah sudah punya aturan main dan ketentutan untuk berhilir mudik. Tapi, yang terjadi? Ada dua spekulasi: apakah masyarakat yang lebih mencintai hilir mudik kesana-kemari, atau penjagaan ketat dari pemerintah atau tim penjaga kurang ketat? 

Kita tidak tahu apakah setiap orang itu memang "sehat" (bebas dari bibit Covid 19) atau justru menjadi inang tanpa terlihat sakit (OTG). Ketika ia bepergian ke suatu tempat dan menetap sementara di situ, virus yang dibawa inangnya ini akan tinggal di tempat itu, bisa lewat benda-benda yang disentuh pun lewat udara sekitar. Apalagi, kalau ia berbicara tanpa mengenakan masker. 

Kedua, sudah makin banyak orang yang abaikan prokes. Entah kalimat apa yang bisa diutarakan untuk menggambarkan keadaan ini. Apakah orang  tersebut sudah sangat bosan menggunakan masker? Bisa jadi! Banyak yang sudah sesak nafas. 

Apakah orang tersebut optimis bahwa vaksin yang akan diterimanya akan lebih ampuh menangkal Covid 19? Bisa jadi! Apalagi ia terdaftar sebagai penerima vaksin (gratis) gelombang pertama. Apakah orang tersebut menganggap bahwa kalau terinfeksi Covid, ada kok rumah sakit. Apakah orang tersebut berpikir bahwa Covid itu takut padanya? Bisa jadi juga! Pokoknya, sampai sekarang saya belum bisa buat kesimpulan yang akuntabel.

Memang, kalau abai dengan prokes dan yakin diri bisa terhindar dari Covid 19, kita keliru besar. Sampai saat ini, belum ada laporan bahwa ada orang yang kebal dengan Covid 19. Orang yang telah divaksin saja punya potensi untuk terpapar oleh virus ini. Kita tidak akan bisa tahu kapan kita akan terpapar. 

Yang paling bijak dan tepat adalah 3M dan 3T seperti diutarakan oleh covid19.go.id. Menggunakan masker, mencuci tangan (pakai sabun), dan menjaga jarak adalah tiga langkah memutus rantai penyebaran Covid 19. Baru-baru ini, viral istilah 3T yakni tracing (pelacakan), testing (pemeriksaan dini), dan treatment (perawatan). Inilah 'vaksin' ampuh yang bisa menghindarkan diri kita dari ketularan dan menularkan Covid 19.

Positivity rate Covid 19 kiranya tengah berbicara kepada bangsa ini. Persenan angka 31,1 adalah tinggi. Waspada dan displin adalah tanggapan kita. Waspadalah untuk kemungkinan yang tak kita ketahui, displinlah untuk tetap setia melakukan 3M dan 3T. Jangan lagi abaikan prokes ini. Sayangi nyawa Anda dan orang sekitar. Mari bergandeng tangan mematahkan rekor yang mencekam ini. 

Angka positivity covid 19 yang tinggi bukanlah rekor prestasi, tetapi kemalangan bersama. Satu orang yang peduli dan displin menjalankan prokes tidak akan bisa mengimbangi ribuan orang yang abai. Untuk itu, sudah saatnya semua saling mengingatkan untuk setia dan tegas terhadap prokes. Peduli prokes, peduli nyawa. Ini adalah PR kita bersama. Untuk itu, mari kita lebih memviralkan pelaksanaan prokes yang sudah urgen daripada berita provokatif dan pesimistik. 

Selamatkan Indonesia dari Covid 19.

Salam Indonesia sehat!

Pace e Bene!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun