Media warta berita telah menyuguhkan usaha yang telah dibuat pemerintah menangani kasus yang kian hari kian mencekam ini. Mulai dari lockdown, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), denda bagi yang tidak taat protokol kesehatan, WFHÂ (Work From Home) dan yang lagi trend WFDÂ (Work From Destination), Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), mengontrol peribadatan yang memuat umat yang banyak, hingga mendatang vaksin dari luar negeri. Kita bisa menilai apakah usaha itu sudah efisien dan efektif atau masih belum. Kalau sudah mengapa? Kalau belum, apa kendalanya?
Terkait dengan rekor yang mencekam ini (menurut data kasus per 7 Januari 2021), pemerintah kembali ingin melakukan kembali PSBB yang lebih ketat terutama sekitaran Jawa dan Bali pada 11-15 Januari 2021 mendatang. Turut bersuara Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian dengan menerbitkan instruksi pembatasan kegiatan masyarakat yang lebih ketat, antara lain membatasi kapasitas tempat kerja hingga 75%; kegiatan belajar daring; pengaturan jam operasional, kapasitas, dan prokes yang ketat pada sektor esensial kebutuhan pokok masyarakat; pembatasan pusat perbelanjaan; prokes ketat bagi kegiatan konstruksi; pembatasan kapasitas hingga 50% di tempat ibadah; fasilitas umum dan kegiatan sosbud dihentikan sementara; dan kapasitas dan jam operasional moda transportasi diatur.
Usaha Bersama Mendukung Program Pemerintah dan Mereduksi Rekor Covid di Indonesia
Untuk saat ini, siapa pun tak berkutik berhadapan dengan Covid 19, bahkan para ilmuwan hebat sekalipun. Kita senang, bahwa vaksin sudah ditemukan dan akan disuntikkan. Memang, kita mendengar dari sana-sini problematika yang masih banyak didiskusikan tentang vaksin tersebut, seperti kehalalannya, efektivitasnya, keamanannya, dan jumlahnya yang relatif sedikit.Â
Seharusnya, yang kebagian vaksin itu bersyukur bisa mendapat peluang di gelombang pertama, tanpa harus menunggu-nunggu lagi. Dan, demi kelancarannya, setiap orang seharusnya saling dukung dan memberikan edukasi yang baik tentang vaksinasi, bukan sebaliknya. Juga, jangan terbuai dengan vaksin yang sudah ada, karena masih terbatas jumlahnya. Untuk itu, 'vaksin' yang utama saat ini adalah taati prokes secara optimal.
Rekor lonjakan kasus Covid 19 semakin tinggi karena semakin kendornya displin diri menaati prokes. Telah terjadi di banyak tempat bahwa banyak orang yang lupa dan tidak peduli (apatis) menggunakan masker. Ada alasan yang cukup menohok ketika ditanya mengapa tidak pakai masker, "Saya merasa sesak pakai masker!" Memang tepat, siapa pun sudah bosan dan merasa sesak dengan masker setiap saat di hidung. Tapi, mau tak mau, protokol ini harus ditaati demi diri sendiri dan orang lain. Kalau orang lain masih sanggup menahan sesaknya demi tujuan mulia (keselamatan bersama), masak kita acuhkan prokes ini?
Usaha berikut adalah kontrol jarak aman komunikasi minimal 1 meter. Ketentuan ini pun telah dilanggar banyak orang. Di tempat umum tampak tak ada lagi jarak duduk dari satu orang ke orang lain.Â
Di pasar tak ada lagi jarak kontak dari satu orang ke orang lain. Di tempat tertentu, sudah ada dilaksanakan pesta dengan jumlah orang yang banyak dan rata-rata tidak menggunakan masker. Untuk itu, kita perlu menyadarkan diri kembali untuk sebisa mungkin tidak masuk dalam kerumunan banyak orang tanpa jarak aman. Atau setidak-tidaknya tidak menjadi 'dalang' perkumpulan itu.Â
Meminimalisir bepergian. Bepergian ke luar tidak salah dan dilarang, asalkan dengan alasan yang sungguh tepat dan bijak. Belakangan ini, Paus Fransiskus menyatakan kesedihan hatinya yang mendalam ketika mengetahui banyak wisatawan yang bersenang-senang dan berhura-hura. Padahal, situasi dunia masih mencekam dengan potensi di sana-sini virus korona bisa menular. Untuk itu, demi keselamatan dan keamanan diri dan keluarga, kita mengurangi kegiatan bepergian keluar rumah kalau tidak ada urusannya dengan kebutuhan pokok keluarga, sampai situasi benar-benar bisa diatasi. Kalau pun karena satu alasan harus keluar, jangan lupa masker dan APD.
Menjaga stamina tubuh dan istirahat yang cukup. Selain prokes di atas, kita perlu menjaga stamina dan istirahat yang cukup agar imunitas tubuh terjaga. Tubuh yang imunnya lemah, akan rentan terpapar Covid 19.
Tetap saling mengingatkan dan menegur atas pelanggaran prokes. Dalam Fratelli Tutti, Paus Fransiskus berkata:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!