Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sang Immanuel Telah Hadir untuk Semua

25 Desember 2020   10:00 Diperbarui: 25 Desember 2020   10:28 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gua dan pohon natal di Pastoran Hayam Wuruk Medan/dokpri

Menunggu merupakan suatu kegiatan yang sangat membosankan. Apalagi, ketika kita diminta untuk menunggu dalam waktu yang cukup lama. Kadang, ada keputusasaan ketika yang ditunggu tak kunjung datang. Terlebih lagi, yang kita tunggu adalah orang atau benda atau kesempatan yang amat berharga dan penting. Bisa-bisa, karena saking bosan menunggu, akhirnya harapan pupus dan kandas.

Sudah sejak lama, bangsa Israel berada dalam proses penantian, penantian akan seorang Mesias. Mereka menggantungkan harapan pada Yahweh ketika berada di padang gurun hingga tanah pembuangan di Babilonia. Para nabi menyerukan bahwa akan tiba saatnya dari tengah-tengah Israel akan lahir seorang Mesias. Siapa? Yesaya menyebutnya sebagai "Immanuel", artinya Allah yang menyertai. Dan nubuat ini kelak akan terpenuhi dalam diri Yesus Kristus, Putra Allah yang dikandung dan dilahirkan Maria; Ia yang diperanakkan Yusuf (Mat 1:18-25).

Memahami Allah dari Thomas Aquinas: Transenden + Imanen

Seorang filsuf dan teolog Gereja, Thomas Aquinas menyebutkan bahwa Allah itu sekaligus transenden (trans+sedere=berada di seberang) dan sekaligus imanen (im+manere=tinggal di dalam). Allah yang transenden adalah Allah yang berada di luar jangkauan manusia, tidak dapat diraba atau disentuh. Allah sungguh berbeda dari manusia dan segala ciptaan-Nya. Bagi Thomas, inilah sifat keilahian Allah, tak ada duanya. Ini pun telah ditulislan Yesaya dalam kitabnya, "Dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?" (40:18).

Itu satu pandangan Thomas. Selain transenden, Allah memiliki sifat imanen. Jika Allah transenden saja, kita dapat mengerti bahwa Ia akan selalu lepas dari dunia ini dan tak dapat dimengerti dan dikenal. Allah tidak memisahkan diri secara total dari dunia. Transendensi Allah diimbangi dengan imanensi-Nya. 

Oleh karena salah satu cara, Allah sungguh bisa dimengerti. Ia dekat dengan dunia, bisa dirasakan karena Ia sendiri "tinggal di dalam" ciptaan-Nya sendiri. Keadaan ini dirumuskan sebagai panenteisme, yakni Allah hadir dan berada dalam segala-galanya. Tapi, bukan menjadi segala-galanya adalah Tuhan (panteisme). Di sinilah bukti bahwa Allah itu imanen. "Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, dan kita ada" (Kis 17:28).

Imanensi, Inkarnasi, dan Immanuel

Imanensi Allah sungguh terbukti sejak dari sejarah kehidupan bangsa Israel. Ia selalu menuntun bangsa pilihan-Nya melewati jurang kehidupan. Ia hadir dalam peristiwa alam. Ia hadir lewat sabda-Nya kepada para nabi. Ia memberikan kemenangan atas perang melawan musuh. Allah menunjukkan kesetiaan-Nya, sekalipun bangsa pilihan-Nya selalu mencari tuhan lain yang tidak mau menghukum kalau mereka berdosa. Bahkan, Allah sendiri menjanjikan seorang penolong, yakni Putera-Nya sendiri agar semakin nyatalah kehadiran-Nya di dunia.

Jean Gallot berkata, "He is concretely God's presence on earth". Kehadiran Allah dimengerti lewat inkarnasi (in+caro=menjadi daging/manusia). Allah menyuruh Putera-Nya Yesus Kristus, mengalami kehidupan manusia, agar orang semakin memahami dinamisme kehadiran Allah dalam diri Yesus. . 

 Dengan inkarnasi, Yesus Kristus mengalami kenosis (pengosongan diri); meninggalkan takhta-Nya bersama Allah di surga, menjadi manusia, mengalami kehidupan persis seperti manusia (minus dosa apa pun), dan pada akhirnya kembali kepada Allah Bapa di surga. Yesus Kristus taat kepada perintah Bapa. Satu alasannya, yakni supaya manusia diperdamaikan dan kembali bersatu dengan Allah. Yesus hadir di seluruh bumi serta menyentuh semua ciptaan. 

Nubuat Yesaya tentang datangnya seorang Immanuel dalam Perjanjian Lama, terwujud dalam Yesus Kristus. Ialah Immanuel yang diwartakan oleh penginjil Matius (1:23). Kelahiran Yesus sungguh campur tangan Allah lewat Roh Kudus. Peran Maria dan Yusuf dalam kelahiran Yesus tidak lepas dari rencana Allah, sebab Ia yang menentukan sendiri. Malaikat berkata kepada Yusuf dalam mimpinya atas nama Allah, "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Immanuel". Mengapa Yusuf? Sebab ia memiliki keraguan untuk memperisteri Maria yang mengandung sebelum menikah dengan Yusuf. Tapi, Allah meyakinkan Yusuf, bahwa itu semua adalah bagian dari rencana Allah.

Yesus Kristus, Sang Immanuel (Allah yang menyertai), lahir di dunia seperti manusia lazimnya. Lewat kelahiran-Nya yang ditunggu-tunggu, tinggallah Allah di dalam manusia. Allah bekerja lewat dan dalam diri Yesus Putera-Nya. Ia ingin agar manusia tidak jauh dari kasih Allah yang setia dan tulus. 

Sang Immanuel sungguh telah tiba. Ia telah hadir lewat perayaan Natal. Ia hadir untuk semua: manusia dan seluruh ciptaan. Ia menebus semua: manusia dan ciptaan. Ia memperdamaikan semua: manusia dan ciptaan, dengan Allah sendiri. Maka, karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus berlaku universal.

Refleksi atas Natal 2020

Pada 24 malam lalu, saya merayakan natal di sebuah rumah jompo. 70% yang hadir adalah orang tua dan selebihnya suster dan umat biasa. Sepanjang perayaan Ekaristi, hati saya sungguh sedih. Biasanya, gereja dipenuhi oleh umat. Saking padatnya, tenda akan dipasang di luar gereja. Tapi, kali ini jumlah umat yang hadir sungguh amat dibatasi, mengingat tempat kami misa dominan adalah orang tua. 

Biasanya, anak-anak berlarian kesana-kemari sembari menyalakan kembang api sehabis Misa. Tawa dan aksi lucu anak-anak itu yang amat menghibur. Tapi, kali ini kosong. Malahan, selesai perayaan Ekaristi, semua mesti secepatnya pulang. Tidak ada ramah-tamah, tidak ada selfie ria di depan gua dan pohon natal. Tidak ada anak-anak dan tidak ada salam-menyalam. Sedih dan sepi.

Namun, saya sungguh bersyukur, natal tetap bisa dirayakan bersama dengan sedikit umat. Berbeda dengan Paska yang lalu, dimana umat sama sekali tidak bisa ikut kegiatan apa pun. Semua mengikuti malam dan Hari Raya Paska secara virtual. Natal tidak bisa dikalahkan oleh Covid. Sang Immanuel tetap hadir dan lahir di masa sulit ini. Demikian kalimat yang saya kutip dari Bapak Menteri Agama, Yaqut Cholil Qumas. 

Yesus Kristus, Sang Immanuel yang telah lama dinantikan hadir untuk semua. Penantian panjang akhirnya terpenuhi, ibarat bangsa Israel yang menantikan janji keselamatan dari seorang Mesias. "Immanuel" namanya. Tuhan menyertai kita.

Seraya memeriahkan kelahiran Sang Immanuel, kita menaruh harapan bahwa pembebasan dari belenggu Covid akan segera  berlalu. Immanuel sejati sungguh akan menunjukkan jalan yang terbaik. Ia akan memulihkan keadaan sulit ini menjadi kebahagiaan dan optimisme. Lebih lagi, sesuai dengan namanya, "Immanuel", Allah menyertai kita. Ia tidak akan meninggalkan kita. Asalkan kita percaya, mau bertobat, mau diarahkan, mau bersatu, dan terlebih meninggalkan segala kemunafikan (Titus 2:11-14), yakinlah semua akan cepat pulih. Halleluya. 

Sang Immanuel tinggal di hati kita masing-masing dan beranilah kita berseru: "Allah menyertai kita" sampai akhir zaman.

Selamat Natal.

Horas

Mejuah-juah.

Njuah-juah.

Ya'ahowu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun