Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Santa Corona: Pendoa dan Woman of The Year di Masa Pandemi Covid 19

22 Desember 2020   12:28 Diperbarui: 22 Desember 2020   12:50 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Corona....Corona....Corona.

Di awal mewabahnya di Indonesia, Maret 2020, Covid menjadi buah bibir yang amat laris. Sangat popular. Segala golongan masyarakat memviralkan si penyakit dan sekaligus takut dengannya. Mewabahnya sungguh amat kencang, bak fast and furious. Sudah banyak korban yang dihinggapi si virus ini. Untuk itu, setiap orang mesti waspada terhadap si pandemi dan tetap menjunjung tinggi protokoler kesehatan dari pemerintah agar bisa lolos dari jangkitannya.

Corona...Corona....Corona.

Sebuah nama yang belum pernah saya dengar. Baru kedengaran setelah si Covid (Corona Virus Disease) muncul. Corona merupakan nama seorang santa (orang kudus dalam Gereja Katolik). Awalnya, saya sedikit geli mendengar nama ini, barangkali karena si Covid yang duluan menghinggapi pikiranku dengan segala pengaruhnya.

Gereja Katolik mencoba mengenalkan si santa itu dalam novena dan doa-doa harian di masa pandemi. Orang di luar Katolik, barangkali akan bertanya-tanya, "Kok Corona menjadi orang kudus? Bagaimana mungkin penyakit menjadi pendoa? Aneh!!" Yah. Pertanyaan seperti ini pernah saya baca di inbox media sosial saya. Lalu, karena kurang mengenal siapa Santa Corona, saya hanya menjelaskan si santa dari kulit luar saja.

Nah, sekarang saya mencoba berbagi, mengapa si santa ini menjadi woman of the year bagi saya sendiri.

Riwayat Hidup Santa Corona

Saya mencoba menggali dan mencari riwayat hidup Santa Corona. Setelah saya berselancar di https://www.hidupkatolik.com/2020/04/14/43945/santa-corona-%E2%80%A0160-orang-kudus-pelindung-pademik/, suatu link untuk e-Hidup, saya menemukan demikian. Pada abad II SM, ada gerakan anti kristen di kota Roma. Kaisar Roma menghukum orang Kristen yang tidak mau menjadi pagan (=penyembah berhala). Seorang prajurit Kristen yang taat pada imannya, yakni Victor tidak mau menjadi pagan dan menolak praktik paganisme. Ia menentang praktik dan ketidakadilan kepada orang Kristen. Sampai akhir hidupnya, ia tidak mau menyangkali imannya. Maka, atas sikap ini, Victor dijatuhi hukuman mati oleh Kaisar Diocletianus.

Banyak orang yang menyaksikan penyiksaan Victor, salah satunya adalah Corona. Ia merupakan isteri seorang prajurit Romawi yang anti kekristenan. Namun, ia sendiri adalah seorang pengikuti Kristus, tanpa diketahui suaminya. Corona menyaksikan penghukuman yang kejam itu terhadap Victor. Tak tahan menyaksikan itu, ia melewati kerumunan orang dan mencoba membantu Victor sambil berseru, "Saya seorang pengikut Kristus!". Dengan isak tangis, Corona menemani Victor dalam doa hingga kematiannya. Setelah itu, ia berdiri dan memaklumkan imannya di hadapan kaum pagan.

Corona pun akhirnya mendapat hukuman dan penyiksaan. Kedua tangan dan kakiknya diikat di pohon palem. Kemudian, empat ujung tali yang mengikat Corona ditarik hingga tubuhnya koyak. Menyambut kematiannya, Corona berseru, "Aku seorang pengikut Kristus, hari ini, esok, dan selamanya. Aku tidak takut mati, apalagi mati di tangan orang berdosa!" Corona pun meninggal di tahun yang sama dengan Victor, yaitu pada 160 SM.

Dalam sumber yang sama, saya menemukan bahwa Corona diangkat oleh Gereja menjadi pelindung pandemi. Ketika ada wabah yang menyerang Roma, keluarga Corona selalu tampil menjadi penolong. Selain itu, ia memiliki karisma khusus untuk menyembuhkan orang yang terkena wabah.  Maka, atas karisma tersebut, Gereja mengangkat Santa Corona menjadi pelindung pandemi. Hal yang sama ditegaskan oleh pihak Vatican.

Nama Santa Corona muncul dalam Doa Harian

Tidak tahu di tempat lain, tetapi di Keuskupan Agung Medan, ada doa khusus selama masa pandemi Covid 19. Dan di akhir bait doa, ada tertulis, "Santa Corona, doakanlah kami". Dengan iman yang sungguh kuat akan kuasa Tuhan, bahwa semuanya bisa berlalu dan dilalui, doa-doa dari Santa Corona juga membantu. Diyakini bahwa, mereka yang sudah menjadi kudus, menjadi pendoa pula bagi orang-orang yang masih berziarah di dunia ini. Untuk itu, adalah salah satu cara yang baik ketika gereja memohonkan doa bersama dari orang kudus demi kebahagiaan umat manusia yang masih hidup.

Doa ini selalu kami ucapkan dalam Misa Harian, sebagai wujud doa permohonan bagi dunia. Agar dengan berdoa penuh keyakinan bersama Santa Corona, dunia semakin cepat pulih dari pandemi ini. Bagi saya pribadi, dengan sering mengucapkan nama Santa Corona, saya dihibur bahwa akan ada secercah sinar kepulihan yang akan diberikan oleh Tuhan. Semakin dekat dengan si santa yang satu ini, saya justru semakin merasakan bahwa semua akan indah pada waktunya. Manusia sudah berusaha dan berjuang untuk memulihkan masa sulit ini. Dan baru-baru ini ada kabar baik tentang vaksin, itu menjadi kabar sukacita. Saya berpikir, bahwa doa bersama Santa Corona perlahan-lahan membuahkan hasil.

Inspirasi dari Sang Woman of This Year

Sebuah inspirasi dan kekaguman lahir dari refleksi atas hidup Santa Corona. Teguh mempertahankan iman meski mendapat gangguan adalah nilai utama dalam keberimanan. Sebagai murid Kristus, Corona telah menampilkan mahkota (sebab Corona berarti mahkota) keperkasaan dan ketangguhan dalam menghadapi penyiksaan.

Selama 2020 ini, terjadi beberapa kali penyiksaan dan penindasan terhadap orang Kristen oleh beberapa orang. Penyiksaan seperti ini, bagi saya ketika telah belajar Sejarah Gereja, bukan menjadi sesuatu yang baru. Peristiwa seperti ini sudah menjadi antrian yang kesekian kali. Namun, satu hal yang patut membahagiakan bagi saya, bahwa meski mendapat gangguan, orang Kristen atau Katolik tetap bertahan dan ada. Iman, harap, dan kasih adalah kuncinya.

Iman yang dibagikan Santa Corona menguatkan saya untuk tetap teguh percaya pada Kristus. Sembari berharap bahwa segala pencobaan dapat dilalui dengan bahagia, saya yakin suatu saat nanti akan ada perdamaian dan kedamaian di bumi ini. Tak peduli berapa lama itu akan terwujud. Dimana orang bebas mengekspresikan keyakinannya kepada Tuhan Pencipta, tanpa mengalami usikan atau gangguan. Yang lebih penting adalah tetap mengasihi orang yang kurang suka atau senang dengan saya. 

Mewujudkan kasih yang tulus dan ikhlas di tengah perbedaan bukan gampang. Kadang emosi tidak stabil. Hanya saja, saya coba berpikir dengan logis dan selalu bermenung atas hidup Santa Corona, terlebih sepanjang 2020 ini. Sungguh, bagi saya inspiratif sekali Santa Corona ini.

Terima kasih Kompasiana yang membuka peluang berbagi dari figur seorang perempuan yang saya kagumi. Kalau masalah cinta ibu, itu sudah ada di hati. Kasih ibu tetap menjadi prioritas yang mengalir dalam darah dan tubuh.

Terima kasih Santa Corona yang telah diangkat Gereja menjadi pelindung pandemi. Dengan ini, saya diajak untuk mengenalmu lebih jauh dan menjadikanmu sebagai woman of this year.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun