Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panggilan Bermisi di Tengah Covid-19

5 Desember 2020   09:20 Diperbarui: 5 Desember 2020   09:20 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengantar

Lazimnya, setiap 18 Oktober selalu digelar minggu misi dalam Gereja Katolik dan tahun ini minggu misi sudah berusia 94 tahun. Tema menarik yang diangkat Paus Fransiskus adalah "Inilah aku, utuslah aku" (Yes 6:8). Tema ini muncul dari perhatian Paus Fransiskus bahwasanya kesadaran dan kematangan diri untuk bermisi dan menyampaikan ajaran kebaikan sudah mulai tergerus oleh kemajuan teknologi yang "membutakan" hati nurani dan suara hati manusia. Umat manusia mulai terbiasa dan terlatih membangun tembok egoisitas dan proteksi diri yang kokoh, sehingga sense terhadap yang lain semakin menipis.

Keprihatinan Bapa Paus kiranya hendak mengingatkan siapa saja untuk tidak berprinsip "No man is an island". Syair John Donne tersebut jika dipikirkan dan ditelaah secara mendalam akan menghantar siapa saja kepada paham Adam Smith yakni manusia adalah homo homini socius, manusia adalah makhluk sosial.

Misi Berbagi Kasih

Pada 03 Oktober 2020 yang lalu, Paus Fransiskus telah mengeluarkan ensikliknya yang ketiga, yakni Fratelli Tutti (Semua adalah Saudara). Melalui ensiklik ini, Paus mengajak setiap orang untuk merefleksikan sudah sejauh mana ia berkualitas dalam persaudaraan dan persahabatan sosial. Kembali, Paus Fransiskus memantik kualitas sosialitas setiap orang dengan seruannya: "Kita menyadari bahwa kita berada dalam perahu yang sama. Kita semua rapuh dan tak tahu arah, tetapi pada waktu yang sama penting dan perlu, kita semua dipanggil untuk mendayung bersama. Kita masing-masing perlu saling menghibur".

Pada tahun ini, dunia tengah dilanda wabah pandemi Covid 19. Segala sektor kehidupan manusia "dipaksa" untuk jeda. Banyak usaha dan perusahaan yang harus tutup karena rasa takut dan cemas dari konsumen. Beberapa negara akhirnya mengalami resesi, termasuk Indonesia sendiri. Sektor ekonomi memberikan dampak yang kuat bagi kehidupan setiap orang. Yang menderita semakin menderita, sementara yang makmur pun mulai mengalami penderitaan.

Untuk itu, Bapa Suci mengajak semua umat manusia, tidak hanyak umat Katolik, untuk membuka hati berbagi kasih dan persaudaraan sosial. Sudah saatnya setiap orang peka dan mau membuka mata hati untuk memahami keperluan orang lain. Siapa saja pasti tercekam dan tak tahu arah karena rasa takut. Kesakitan dan kematian membuat manusia mengalami kerentanan kemanusiaan. Namun, pada saat ini, setiap orang diingatkan untuk tugas misi berbagi kasih, melangkahkan diri keluar dari egoisitas, melayani siapa saja yang membutuhkan, dan memberi diri kepada orang lain.

 

Berpikir Global, Bertindak Lokal

Misi bukanlah program semata. Harus ada mobilitas yang jelas dengan target dan capaiannya tersendiri. Keprihatinan dunia, yakni Covid 19 menjadi keprihatinan bersama. Dampak yang dihasilkan oleh Covid 19 telah dirasakan oleh seluruh dunia, termasuk Indonesia sendiri.

Sekiranya, rakyat Indonesia sudah menyaksikan sendiri usaha-usaha dan kerja keras pemerintah dalam memutus rantai penyebaran Covid 19. Aturan demi aturan, kebijakan demi kebijakan, larangan, imbauan, dan sanksi keras sudah dibuat sedemikian rupa. Seruan untuk setia memakai masker, menjaga jarak (social distancing), mencuci tangan, dan menghindari kerumunan terus dikumandangkan dan ditampilkan dalam pamphlet publik. Namun, setiap hari, Satgas Penanganan Covid 19 mengumumkan peningkatan kasus Covid 19.

Sekali lagi, seluruh warga negara Indonesia perlu meningkatkan kesadaran untuk berpartisipasi aktif bekerja sama dengan pemerintah dalam misi memutuskan rantai penyebaran Covid 19. Sembari menjadi pelaksana dan penggerak pemutusan rantai penyebaran Covid 19, misi berbagi perhatian, rezeki, pengetahuan, kasih, dan dukungan juga sangat perlu.

Membuka hati untuk diutus sebagai misioner di sekitaran tempat tinggal masing-masing menjadi syarat utama. Kita semua tengah merasakan dampak Covid 19. Kita semua harus bergandeng tangan, bahu-membahu, tolong-menolong, dan peka dalam berbagi apa yang bisa dibagikan. Seperti kata Paus Fransiskus, semua adalah saudara. Retaslah batas-batas suku, agama, dan kepentingan pribadi dan antargolongan agar siapa saja dipandang sebagai saudara. Kita semua berada dalam perahu yang sama. Bertindaklah dalam konteks lokal sebagai pancaran keprihatinan global. Pada akhirnya, setiap orang akan terbuka untuk diutus bermisi dalam konteks Covid 19. Selamat bermisi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun