Mohon tunggu...
Tian Arief
Tian Arief Mohon Tunggu... -

Orang biasa, tinggal di pinggiran Jakarta. Kelahiran Bandung, bekerja di industri media. Pemilik blog Think Global Act Local (http://tianarief.wordpress.com dan http://tianarief.blogspot.com), serta Facebook http://www.facebook.com/tianarief

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kok Usamah bin Ladin?

5 Mei 2011   05:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:04 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_105332" align="alignnone" width="225" caption="Usamah bin Ladin [topnews.in"]"][/caption]Seorang teman bertanya, "Kok di Republika menulis nama Usamah bin Ladin sih?" Maksud pertanyaannya kira-kira, "kenapa tidak menuliskan seperti media pada umumnya, Osama bin Laden?" Aku jawab, justru penulisan yang sebenarnya adalah Usamah bin Ladin, sesuai dengan penulisan dalam huruf Arab, karena bahasa Arab tak mengenal huruf O dan E. Sedangkan media pada umumnya, menuliskan nama pimpinan Al Qaeda (Al Qaidah) yang diklaim AS tewas dalam sebuah penyerbuan itu, sesuai pelafalan lidah pelantun bahasa Inggris, Osama bin Laden. Aku sebenarnya mau "protes" (tapi bingung dialamatkan pada siapa), karena orang atau media di Indonesia itu cenderung perfect dalam menuliskan nama orang, seperti yang diinginkan orang tersebut. Seperti "Barack Obama", presiden Amerika Serikat, atau "George Bush" (mantan presiden AS). Kalau misalnya mau disesuaikan dengan "lidah kita", aku kira bisa saja kan kita menuliskannya sebagai "Barak Obama", atau "Jodj Bus"? Toh, media asing (termasuk media AS), menuliskan nama "Soeharto" dan "Soekarno", dengan "Suharto" dan "Sukarno". Padahal, akurasi merupakan syarat dasar dalam penulisan berita, termasuk akurasi dalam penulisan nama. Entah kenapa, segala yang berasal dari Barat, meski itu tidak akurat, kita cenderung manut saja. Cermin keminderan bangsa kita? Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya. Ah, sudahlah. Ini sekadar curhatan nggak penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun