Opini: Belajar Bahasa Arab Dapat Meningkatkan Kefasihan Membaca Al-Qur’an
Oleh: Siti Mutiah Pane
Bahasa Arab merupakan frasa yang terdiri dari kata bahasa dan Arab, kata Bahasa berarti sebuah sistem atau lambang dari suatu bunyi yang digunakan untuk meyampaikan perasaan, pikiran, ide, dan lain sebagainya.
Bahasa juga merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi dalam kehidupannya sehari-hari. Sedangkan kata Arab merupakan nama sebuah wilayah yang terdiri dari beberapa negara, diantara negara Arab ialah Arab Saudi, Aljazair, Mesir, Irak, Palestina, Suriah, Yaman, Qatar, dan seterusnya. Maka selintas pendefenisian ini dapat diartikan bahwa Bahasa Arab ialah bahasa yang digunakan oleh orang-orang Arab.
Namun kini popularitas Bahasa Arab semakin mendunia sejak dijadikan bahasa Internasional oleh PBB pada tanggal 18 Desember 1973. Dilansir dengan banyaknya karya-karya ilmiah menggunakan Bahasa Arab, bahkan Al-Qur’an sendiri juga menggunakan bahasa Arab. Melihat situasi ini menuntut umat manusia untuk mempelajari Bahasa Arab.
Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an, dengan demikian kaidah yang berlaku dalam bahasa Arab berlaku juga dalam Al-Qur’an seperti: nahwu, sharaf, balaghah, mantiq. Namun pada kaitan pembacaan Al-Qur’an atau pelafazan huruf akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ilmu nahwu dan sharaf.
Dimana orang yang paham mengenai nahwu dan sharaf tentunya akan meminimalisir kesalahan dalam membaca Al-Qur’an. Karena pengetahuan nahwu sharafnya ini dapat mempermudah dalam mengidentifikasi sebuah fonem atau membedakan bunyi yang satu dengan bunyi yang lain. Karena suatu bunyi dalam bahasa arab dapat menggeser arti yang seharusnya, begitu juga halnya dalam membaca Al-Qur’an.
Contohnya: dalam ilmu sharaf kata نُصِرَ (dia telah menolong) apabila salah dalam melafazkannya dalam hal memanjangkan huruf yang seharusnya pendek menjadi نُوْصِرَ maka akan merubah arti menjadi saling tolong menolong.
Kemudian dalam kesalahan melafazkan dua huruf yang hampir sama pengucapnnya, karena letak atau tempat keluarnya huruf tersebut berdekatan seperti huruf zai dengan dzal atau jim. Kesalahan ini sering terjadi dalam masyarakat awam, tidak jauh seperti orang bersuku batak, sebagian orang ini masih sulit untuk menghilangkan dialek bataknya. Probelem ini menjadi hal yang sangat menarik perhatian penulis juga dalam hal ingin meluruskan membenarkan.
Di wilayah penulis sendiri “Tapanuli”, penulis mengikuti kegiatan tadarus wanita yang usianya sudah lumayan dan dapat dikategorikan dewasa. Penulis mendapati beberapa bacaan yang salah pengucapan, diantaranya kata عَذَبَ dibaca menjadi عَجَبَ, nah disini sekilas didengar kesalahan ini tidak begitu fatal. Namun jika orang yang mengerti kedua kata ini sudah sangat beda jauh artinya, yaitu arti seharusnya menyiksa menjadi mengagumkan.