Mohon tunggu...
Tia Esti Pebriyanti
Tia Esti Pebriyanti Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar

Hallo, saya Tia Esti Pebriyanti. Saya mahasiswa KIMIA UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Mulai membuat akun ini, saya ingin belajar menulis selain laporan praktikum.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bumi Semakin Panas. Lantas, Apa yang Harus Kita Lakukan? Interaksi Kimia Hijau dengan Pemanasan Global

7 Mei 2024   14:00 Diperbarui: 7 Mei 2024   16:57 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : jakartanotebook.com

Pada tahun 2023, tercatat sebagai tahun dengan suhu terpanas sepanjang sejarah. Saat itu, tercatat suhu bumi meningkat sekitar 1,5°C. Peningkatan suhu tersebut melebihi periode suhu dalam 100 tahun terakhir. Tepatnya, peningkatan suhu ini terjadi dimulai paruh kedua tahun 2023. Dari peningkatan suhu yang terjadi menyebabkan fenomena kekeringan hingga kebakaran. Lantas, hal apa yang menyebabkan peningkatan suhu bumi?

Sumber : sinotif.com
Sumber : sinotif.com
Global Warming atau yang lebih dikenal dengan pemanasan global merupakan salah satu penyebab dari peningkatan suhu bumi akhir-akhir ini. Pemasana global adalah fenomena peningkatan temperatur dari rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Berdasarkan peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR) menyatakan bahwa pemanasan global merupakan fenomena terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (gelombang panas atau inframerah) yang dipancarkan ke bumi oleh gas-gas rumah kaca.

Gas rumah kaca merupakan salah satu faktor manusia yang menyebabkan pemanasan global ini terjadi. Aktivitas manusia terutama dalam penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca dalam atmosfer. Gas-gas seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), belerang dioksida (SO2), Nitrogen Oksida (NO2), dan Klorofluorokarbon (CFC) yang memungkinkan cahaya matahari untuk masuk ke atmosfer dan menyebabkan panas pada permukaan bumi. Masuknya cahaya matahari ke permukaan bumi dan akan dipantulkan kembali keluar atmosfer bumi melalui lapisan ozon terjadi secara tidak sempurna. Hal itulah yang menyebabkan suhu bumi mengalami peningkatan dan dapat disebut dengan efek rumah kaca.

Sumber : jakartanotebook.com
Sumber : jakartanotebook.com

Dari faktor manusia yang menyebabkan pemanasan global, ternyata memiliki dampak serius pada alam. Kondisi alam dapat menjadi faktor pendukung peningkatan suhu bumi yang akhir-akhir ini sedang terjadi, salah satunya adalah perubahan iklim. Perubahan iklim yang tengah terjadi yaitu fenomena El Nino. El Nino adalah fenomena alam saat suhu permukaan air yang lebih hangat di Samudera Pasifik Timur melepaskan panas ke atmosfer. El Nino ini dimulai pada bulan juni 2023 yang membuat cuaca khususnya di wilayah Indonesia menjadi lebih terik dan kering. Berdasarkan pernyataan dari Researcher Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan bahwa El Nino yang terjadi pada tahun 2023 memiliki perilaku yang menyerupai dengan El Nino kuat pada tahun 2015 – 2016 dan 1997 – 1998. El Nino pada tahun 2015 diprediksi tidak akan melebih suhu 1,5°C pemanasan rata-rata perbulannya. Namun, El Nino 2015 berlangsung kuat dengan suhu pemanasan hingga mencapai 3°C dengan durasi terpanjang yaitu selama 18 bulan. Pada saat itu, bumi mencapai rekor terpanasnya dengan dampak yang luar biasa seperti kebakaran hutan yang mencapai 2,6 juta ha dan angka kematian akibat paparan asap yang mencapai 100 ribu jiwa.

Terjadinya peningkatan suhu bumi pada tahun 2023 dapat memungkinkan di tahun 2024 ini suhu bumi akan lebih hangat. Hal tersebut dinyatakan oleh Dr Husfather bahwa sebagian dari rekor panas permukaan laut lepas ke atmosfer meskipun ketidakstabilan El Nino saat ini membuat sulit untuk dipastikan. Seperti yang disampaikan oleh Badan Meteorologi Inggris, tahun 2024 akan melampaui ambang batas kenaikan suhu sebesar 1,5°C sepanjang tahun kalender untuk pertama kalinya. Walaupun El Nino menjadi faktor pendukung terjadinya peningkatan suhu bumi, aktivitas manusia yang menjadi penyebab utama peningkatan suhu bumi seperti meningkatnya produksi emisi karbon dari penggunaan bahan bakar fosil perlu segera diubah sebelum suhu bumi terus meningkat dalam kurun beberapa dekade mendatang.

Upaya yang dapat dilakukan manusia dalam menekankan pemanasan global dan perubahan iklim adalah kimia hijau atau yang sering dikenal dengan Green Chemistry. Kimia hijau atau Green Chemistry merupakan rancangan produk dan proses kimia untuk mengurangi atau meniadakan zat dan limbah berbahaya yang berdampak bagi lingkungan. Istilah kimia hijau atau Green Chemistry ini dikenalkan pertama kali oleh Paul Anastas dan John C. Warner pada tahun 1988 dalam bukunya yag berjudulkan Green Chemistry : Theory and Practice. Prinsip kimia hijau atau Green Chemstry didasarkan pada pengurangan emisi karbon dengan mengurangi energi yang dibutuhkan untuk memproduksi bahan kimia dengan merancang proses yang lebih efektif dan efisien yang menghasilkan limbah dalam jumlah sedikit.

Dalam buku Anastas dan Warner, terdapat 12 prinsip yang diterapkan dalam kimia hijau atau Green Chemistry, diantaranya yaitu :

  •  Pencegahan : Pencegahan limbah tindakannya lebih diutamakan dibandingkan perlakuan terhadap air limbah
  • Atom ekonomi : Metoda sintesa perlu dirancang untuk memaksimalkan pemanfaatan semua materi yang digunakan dalam proses hingga menghasilkan suatu produk
  • Menerapkan sintesisi kimia yang minim kadar bahaya : Kegiatan pembuatan zat kimia diusahakan menerapkan metode yang dirancang untuk memanfaatkan dan menghasilkan zat-zat dengan toksisistas rendah
  • Mendesain zat kimia yang aman untuk meminimalisirkan kandungan toksisitas
  • Menggunakan pelarut dan zat pendamping yang aman
  • Memanfaatkan energi secara efisien
  • Menggunakan bahan baku terbarukan
  • Mengurangi bahan turunan kimia seperti zat pencegah, pelindung, atau penghancur
  • Menggunakan katalis untuk efektivitas
  • Mendesain bahan kimia dan produk yang mudah terdegradasi setelah dipakai
  • Menganalisis secara langsung untuk mencegah polusi
  • Mencegah potensi kecelakaan, termasuk pelepasan zat berbahaya, ledakan, dan kebakaran

Dari kedua belas prinsip tersebut, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diambil dari laman website United States Enviromental Protectio Agency (EPA) berikut adalah contoh penerapan tindakan kimia hijau yang berhubungan dengan pemanasan global.

  • Meminimalkan Limbah Beracun

Limbah beracun adalah salah satu faktor yang menyebabkan pemanasan global. Menerapkan prinsip kimia hijau, salah satu upaya untuk meminimalkan limbah beracun adalah dengan mengolah limbah kimia sebelum dilepas ke lingkungan.

  • Menekan Polusi Udara

Polusi udara dapat ditekan dengan prinsip kimia hijau seperti pemanfaatan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

  • Mengurangi Bahan Kimia Turunan Penghasil Limbah

Penggunaan bahan kimia turunan akan menghasilkan limbah berupa pelarut atau reagen. Berdasarkan American Chemical Society, limbah regaen dapat membunuh makluk hidup dalam ekosistem perairan yang berkonstribusi untuk menyaring karbon dioksida (CO2), contohnya limbah hidrogen peroksida.

  • Menggunakan Energi Terbarukan

Penggunaan energi terbarukan bertujuan untuk mengurangi produksi limbah dan emisi karbon dari proses-proses kimia yang beragam. Contoh penggunaan energi terbarukan yaitu tenaga sel surya yang memanfaatkan cahaya matahari.

  • Memaksimalkan Daur Ulang dan Pemakaian Kembali

Tindakan daur ulang ini bertujuan untuk mengurangi limbah yang dilepas ke lingkungan. Tidak hanya itu, tindakan daur ulang ini bertujuan untuk menghemat penggunaan sumber daya alam yang berharga dari hasil proses produksi baru.

Berdasarkan The Essential Chemistry Industry, salah satu contoh upaya untuk memaksimalkan tindakan daur ulang di industri kimia yaitu pembuatan kloroetena atau vinil klorida yang merupakan bahan utama PVC.

Berdasarkan Royal Society OF Chemistry, untuk saat ini para ahli kimia sedang berusaha untuk menemukan inovasi baru untuk mengurangi ketergantungan manusia terhadap bahan bakar fosil. Upaya yang dilakukan yaitu menemukan bahan bakar yang lebih bersih atau bahan bakar yang mengandung rendah sulfur.


Dengan demikian, prinsip kimia hijau atau Green Chemistry perlu dimaksimalkan dalam penerapannya untuk menghindari terjadinya pemanasan global yang berkepanjangan di tahun sekarang atau bahkan di tahun yang akan mendatang. Penerapan kimia hijau sama saja kita menghargai ciptaan Allah SWT yaitu, bumi yang perlu kita jaga demi keberlangsungan hidup. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun