Mohon tunggu...
Tiada Ilmu
Tiada Ilmu Mohon Tunggu... -

Diam menunggu gerak yg digerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Siklus Hidup dalam Lambang

17 Agustus 2014   22:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:18 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mungkin penjelasan berikut ini membingungkan.

Namun penjelasan ini mungkin akan memperjelas bg yang tertarik.

Maka penjelasan berikut ini:
Hanya benar-benar untuk mereka yang tertarik saja.

sekali lagi hanya mereka yang merasa terpanggil dan tertarik

karena bila tidak (tertarik) hanya membuang waktu untuk membacanya saja.

Semoga yang terpanggil mampu memetik hikmah dalam lambang tanpa kata hanya dalam huruf.

Siklus MN harus diulang terus menerus. Menduplikasi N dalam diri.

M=kesadaran diri N=cahaya/ilmu Allah.

N Selalu menjadi pasangan kesadaran diri mencapai A MiN. Kondisi A MiN menuju H.

H=kesadaran alami.

Keadaan A MN H. Inilah keadaan dan pesan yg disampaikan.

Inilah A Ma Na H. Amanah.

Pesan yg dihantarkan terus menerus. Mengenali A dan mengetahui H. Dengan siklus MN. Sehingga siklus ini akan membuka tabir ilmu pengetahuan dualitas alam semesta L. Dualitas gaib dan nyata server alam semesta dalam kesadaran manusia. LL. Sehingga terangkai pemahaman tentang Siklus cahaya alam A LL H. Memahami sifat Allah. Memahami sedikit Dzat Allah dalam wujud alam semesta. Karena hanya dengan memahami wujud alam sajalah yg mampu kita fahami wujud Dzat Allah. Bagaimanapun kesadaran tak akan mampu mengenali wujud Dzat Allah. Maka yg kita fahami adalah siklus rangkaian simbol atau lambang A L L H. Yaitu tanda-tanda (simbol/lambang) kekuasaan Allah dalam semua wujud ciptaannya.

Maka temukan A M N menuju H. Sehingga mampu memasuki dualitas L. Dalam siklus lambang A LL H.

Siklus M dalam ikatan N. Adalah upaya membaca N. Membaca KN atau KuN. Kehendak ilahi. K=tabir atau hijab ilmuNya. Inilah yg ingin diamati dan dipelajari.
Perjalanan ruhani ini adalah hijrah dari Mekah ke Madinah. Atau simbol MKH ke titik MDNH. Bila diamati di garis lurus mk MKH=MDNH sehingga K=DN. Maka mengungkap tabir ilmu pengetahuan ilahi adalah DN yaitu DiN. Maka siklus kesadaran manusia (M)adalah membuka hijab (K) selapis demi selapis menuju H.

Dari sisi dimensi manusia MKH dalam sisi dimensi atau arah Tuhan Mekah disebut tanah Haram.

Atau simbol HRM. Itulah kesadara H menuju M. Haa Mim. Prosesnya adalah melalui R atau urusanNya.
Maka R adalah inversi K. Atau K adalah inversi R. Jadi ilmuNya adalah R. Hijab yg ingin dibuka adalah R.

Sehingga bila kita ikuti prosesnya akan kita dapati sebagai KRM. Inilah ilmu paradoks. Ilmu dualitas dalam lambang. Konsep dua arah dari sisi manusia dan dr sisi ilahi. Konsep yg disebutkan jauh sebelum Islam. Konsep Hindu tentang ilmu pengetahuan Tuhan yaitu KaRMa=KRM. Konsep dualitas yg sangat membingungkan. Dalam Bagawad Gita konsep pengajaran Filsafat ilmu dan Filsafat Tindakan. Dari sisi ilmu mk entitas B RaHMa memberikan R atau ilmu pengetahuan ini kepada entitas matahari atau disimbolkan dg SuRYA. Dan SuRYA ini memberikan kepada manusia pertama yaitu MaNu=MN. Kalau kita baca simbol ini kita lihat entitas RHM memberikan R atau urusanya kpd SRYA=ARSY Arsy. Dr Arsy yg bisa menerima Adalah MN. Itulah N dan R atau NuR=NR.. dr sisi manusia sendiri anak dr entitas SuRYA adalah KaRNa=KRN. Memahami K dan R menjadi penting dalam siklus MN.

Memaknai lambang, akan melintas batas agama dan keyakinan bila mau melepaskan persepsi.
Mari kita membaca untain Hikmah maha Barata dan juga Bagawad Gita.
Perjalanan M menuju H, dalah kisah MaHa=MH.

M menuju H adalah inti semua kisah anak manusia. Kita bisa memaknai dari banyak sekali sisi dan prosese. Muhasabah. MHSBH. Musawarah=MSWRH. Mutmainah=MTMNH.
Semua adalah dalam proses Hijrah Madinah. MDNH.Semua dalam proses M menuju H. M yang harus membuka Hijab ilmu pengetahuan (K) dan mendapatkan cahaya ilmu=N
sehingga mendapatkan KuN=KN yaitu ilmuNya.
Orang yang mendapatkan ilmu secara langsung tanpa perlu belajar tetapi hanya belajar di alam adalah KRN dalam kisah keluarga Barata disimbolkan dg Karna anak Sang Surya= SRYA=(ARSY) yang dilahirkan tanpa melalui kelahiran normal. Tetapi dilahirkan oleh KuN Ti. Dilahirkan oleh KN T melalui pendengaran (telinga). Maka T (ruang) yang melahirkan R. KuN T melahirkan KaR N. Inilah yang disebut membuka hijab ilmu pengetahuan atau KaRMa=KRM. Siapa yang menjadi saksi atas KR ini yang mewujud dalam cahaya N dialah KR S (saksi) N. Dialah KRi S Na= KRSN. KRSN inilah yang menjadi saksi pelimpahan ilmu. Untuk mampu menerima N dan membuka hijab K, haruslah menjadi saksi. Maka M haruslah mampu menjadi saksi terbukanya hijab (K). Inilah dalam konsep Moksa. Konsep ini dalm islam disempurnakan dengan konsep MiKRaJ. Yaitu Konsep MKR=KRM=Karma dalam J. J adalah keagungan, keteguhan, kekuatan, kekuasaan, kesempurnaan yaitu penggabungan Jannah= J N H, cahaya N dan Kesadaran H.

Seolah lambang ini berbelit-belit, namun lambang ini seperti bermain puzzle, ketika menemukan satu ujung dan hanya perlu menemukan ujung yang lain.

Ketika telah terhubung dan tersambung maka akan mampu mengerti secara lebih detail.

Semisal MKH ke MDNH maka kita menemukan ujung yang sama M dan H sehinggga K adalah proses berpindahnya jiwa D ke cahaya N. Maka D harus membuka hijab K untuk mendapatkan cahaya ilmu N.
MKH bila dilihat dari sisi ilahi adalah HRM. Yaitu bila dari M menuju H maka harus membuka K = M K H. Namun bila dari H untuk menuju M maka melalui R.
Sehingga K itu berbanding terbalik dengan R, atau K adalah inversi dari R. K adalah penutupnya dan R adalah intinya. Maka memahami KR adalah penting bagi M. KRM.

Mengolah lambang demi lambang dengan perlahan maka menuntun ke arah pemahaman yang lebih universal.

Semoga yang terpanggil untuk membaca akan tertarik menggali lambang

memaknai sebelum sesuatu dimaknai

sesuatu sebelum membentuk kata dan membentuk rasa.

Kajian puzzle lambang biasa disebut dalam "anekdot": Otak atik gathuk.

Namun ketika puzzzle yang  ingin digabungkan seluas seluruh alam, maka

sungguh otak atik untuk membuat gathuk ini memerlukan seluruh daya pemikiran

dalam berdiri, duduk, berbaring dan terus menerus memikirkan alam semesta ini

sambil terus memuji keaguangan sang Pencipta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun