ada senang sedih gembira bahagia derita
dilihat dari bawah maka yang nampak hanyalah
untaian benang beraneka warna
dan tusukan jarum keluar masuk menembus kain
jarum takdir yang setiap saat menusuki jiwa
dengan rasa sakit, dengan gembira dan berbagai warna rasa
kita tak pernah melihat lukisan jiwa kita
sampai kita mau naik kelangit
dan melihat lukisan di kain putih jiwa
mungkin Tuhan tengah membuat lukisan yang indah
lukisan yang menyenangkan Tuhan saat melihatnya
mungkin juga menyenangkan orang lain
namun seringkali kita tak pernah mau naik ke langit
tak mampu naik ke langit “MEMBACA RENCANA TUHAN”.
maka bila kita tak mau duduk bersama pemahat
dan lihat hasil kerja sang pemahat dan bertanya apa rencana yang di buatnya
dan kita hanya menjadi kayu yang dipotong, ditusuk dan dipahat
sungguh betapa sakitnya tusukan pisau pahat
dipotong diukir, dicacah, ditusuk
setiap tusukan adalah kesakitan demi kesakitan, terluka dan berdarah-darah
demikianlah tusukan takdir pisau yang memahat jiwa kita
sulit diceritakan betapa sakitnya, tak terkira, tak terbayangkan
namun bila mampu duduk dekat sang pemahat serta melihat cara kerja pemahat serta tahu rencana pemahat
maka sungguh betapa indah kerja sang pemahat
dan juga bila kita tak mampu naik ke langit melihat
lukisan apa yang tengah disulam Tuhan pada jiwa kita
dan kita tak pernah bertanya kepada Tuhan apa rencanaNya
(mungkinkah?...dan bagaimana caranya?)
kita bahkan tak pernah perduli
maka demikianlah: takdir adalah sakitnya menerima tusukan jarum Tuhan