Mohon tunggu...
Tia Bekti
Tia Bekti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

Penggemar tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pupuk Generasi Numerik dan Njawani: Mahasiswi UM Mengembangkan Media Remiyangan (Remi Wayang Itung-itungan)

25 September 2023   11:26 Diperbarui: 8 November 2023   08:17 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blitar-Mahasiswi UM yang tergabung dalam tim PPM UM (Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Malang) menciptakan inovasi Remiyangan (Remi Wayang Itung-itungan) selama pertengahan 2023. Media Remiyangan diciptakan dengan mengadopsi kartu remi yang menggabungkan aspek teknologi, numerasi, dan budaya Jawa.

"Kegiatan bermain seolah-olah menjadi kebutuhan pokok bagi anak SD sehingga kami berupaya menggabungkan bermain dengan belajar," jelas Rofi' selaku ketua tim. Pihaknya mengaku bermain adalah proses dalam belajar. Ini menjadi alasan yang mendasari dipilihnya kartu remi selain sudah dikenal dan sering dimainkan oleh siswa. Konsep bermain sambil belajar ini juga diungkapkan oleh Bapak Ridoulef selaku kepala SD Negeri Pasirharjo 01 Blitar yang menjelaskan bahwa belajarnya anak SD adalah bermain. Dengan begitu, anak-anak dapat memahami isi pelajaran dengan baik.

Penggabungan ketiga aspek dalam Remiyangan sejalan dengan pendapat Mendikbud pada laman Direktorat Guru Pendidikan Dasar tanggal 3 Juli 2021 bahwa terdapat empat konsep merdeka belajar guna menyongsong target 15 tahun ke depan, dua di antaranya, teknologi dan budaya. Teknologi diusung melalui QR Code berisi soal numerasi yang terletak pada bagian belakang kartu yang berupa audio visual. Selain soal, aspek numerasi diterapkan dalam icon kartu yang semula spade, heart, diamond, dan club diubah menjadi bangun datar segi empat, yakni persegi, jajar genjang, belah ketupat, dan trapesium. Sementara itu, aspek budaya tergambar pada bagian depan kartu yang memuat tokoh pewayangan (Punakawan: Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong; serta Pandawa: Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa). Selain itu, soal yang dapat diakses melalui QR Code berisi numerasi yang menggunakan Bahasa krama.

Pemilihan materi numerasi dilatarbelakangi oleh kemampuan numerik siswa yang masih rendah. Dikutip dari CNN pada 13 April 2022, Bapak Nadiem menyebutkan bahwa angka literasi dan numerasi oleh siswa sekolah dasar hingga menengah masih menjadi kekhawatiran, terlebih pasca pandemi Covid-19. Sebanyak 50% siswa belum mencapai kompetensi minimum literasi dan 66,7% siswa belum mencapai kompetensi minimum numerasi.

Seperti halnya numerasi, pemilihan materi budaya Jawa dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa untuk berbahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa. Tim mengaku siswa terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sehingga belum begitu mengenal unggah-ungguh basa, terutama basa krama meski berasal dari keluarga Jawa. Bahasa Jawa memiliki tingkatan yang berbeda sesuai konteks lawan bicara. "Dalam bahasa Jawa, orang Jawa yang tidak mencerminkan Jawa-nya atau tidak mengenal budaya Jawa berarti tidak njawani," ujar Rofi'. Selain itu, melestarikan budaya juga semakin digiatkan dalam Kurikulum Merdeka Belajar yang tercatat dalam elemen dan sub elemen di tiap dimensi Profil Pelajar Pancasila.

Media pembelajaran Remiyangan direncanakan diterapkan di kelas IV SD Negeri Pasirharjo 01. Pemilihan sekolah ini dikarenakan adanya penemuan dari tim bahwa masih rendahnya angka numerasi dan cakap budaya jawa (njawani) di SD ini. Namun, tidak menutup kemungkinan Remiyangan dapat daplikasikan di sekolah dasar lainnya. Sementara itu, waktu pelaksanaan diagendakan dalam kisaran akhir Agustus -- awal September 2023 atau setelah pengembangan produk selesai.

Tim merasa pembuatan produk berjalan dengan lancar. Semua pihak termasuk pihak kampus dan sekolah mampu bekerja sama dengan baik. "Proses pembuatan Remiyangan kami lakukan secara mandiri menggunakan aplikasi Canva, Adobe Photoshop, dan PicsArt. Kendala masih belum banyak karena koordinasi tim sangat baik," ujar Kania selaku anggota tim PPM UM yang memegang kendali proses desain. "Mungkin ada beberapa yang perlu dibenahi, jadi harus melalui proses penyesuaian dengan mitra dan validasi kembali," tambah Rofi'.

Tim dari mahasiswa PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) ini mengaku bahwa melalui kegiatan ini, mereka diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang diberikan selama bangku perkuliahan. Selain mengembangkan media pembelajaran, mahasiswa juga terlibat langsung dalam observasi, kolaborasi dengan pihak sekolah, dan terjun langsung dalam pembelajaran. "Di samping berinovasi, kami bisa belajar untuk persiapan tugas akhir nanti," tambah Elok selaku anggota tim.

Segenap tim PPM UM berharap penerapan media Remiyangan berjalan dengan lancar. Melalui kolaborasi yang baik dari berbagai pihak, Remiyangan diharapkan dapat diaplikasikan dengan tepat kepada mitra sasaran. Dengan demikian, Remiyangan akan memberikan dampak positif dalam meningkatkan generasi numerik dan njawani kepada siswa sekolah dasar.

info lebih lanjut melalui instagram: @remiyangan.ppmum

Referensi:

https://gurudikdas.kemdikbud.go.id/news/Ini-Target-Merdeka-Belajar-15-Tahun-ke-Depan

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220412204816-20-783957/nadiem-ungkap-50-persen-peserta-didik-tak-penuhi-standar-literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun