Terdapat sedikit perbedaan antara strategi dan metode dakwah. Strategi dakwah menyangkut perencanaan dakwah, seperti rasionalitas dan spiritualitas. Sedangkan metode dakwah berkaitan dengan pemilihan cara untuk menyampaikan dakwah dengan tepat, sebagaimana yang disebutkan dalam Quran surah An-Nahl ayat 25, yang artinya; 'bilhikmah walmau'idzatil hasanah'. Sementara teknik dakwah merupakan proses penggunaan seluruh rangkaian metode dakwah.
Objek paling utama yang menjadi sasaran dakwah adalah manusia. Merujuk kepada kenyataan bahwa nabi pertama, yakni Nabi Adam merupakan seorang muslim. Begitu pula nabi lainnya. Mereka semua beragama yang satu, meskipun syariatnya berbeda. Dikatakan dalam sebuah hadits, yang artinya; 'Para nabi bagaikan saudara seayah, agama mereka satu yakni agama Islam, dan ibu-ibu (syariat) mereka berbeda-beda' (HR. Bukhari dan Muslim).
Indikator keberhasilan dakwah sangat beragam. Diantaranya dapat dilihat melalui bagaimana cara pendakwah menggunakan teknologi dan melakukan pendekatan dengan komunikan. Keberhasilan dakwah juga dapat dilihat melalui strategi dan metode dakwah yang digunakan. Namun, hal yang paling penting untuk  menentukan keberhasilan dakwah adalah pengembangan bahasa retorika yang digunakan dalam dakwah. Berkaitan dengan itu, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengembanagkan bahasa retorika, yaitu penggunaan bahasa baku, landasan teori dan data, serta landasan riset atau penelitian terkait isu yang diangkat dalam dakwah.
Selain berbagai hal yang telah disebutkan, ruang lingkup dakwah juga meliputi hubungan dakwah dengan ilmu-ilmu lainnya yang sejenis, seperti antropologi, sosiologi, psikologi, politik, ilmu retorika, ilmu komunikasi, dan berbagai ilmu lainnya.