Mohon tunggu...
Tiaa
Tiaa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Merupakan mahasiswa program studi bahasa dan sastra Inggris

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Lanskap Baru Dalam Bersastra Melalui Stand Up Comedy

7 Desember 2024   10:35 Diperbarui: 7 Desember 2024   11:34 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by raditya Fadilla/NOWJAKARTA

Dalam menyampaikan lelucon, seorang komika biasanya kerap menggunakan wordplay atau sebuah permainan kata. Saat inilah unsur kesastraan digunakan, yakni penggunaan majas. Majas dalam stand up comedy sangat dibutuhkan untuk memberi kesan melebih-lebihkan cerita untuk menambah kelucuan dalam sebuah punchline.

Majas yang digunakan sangat beragam, misalnya majas metafora, hiperbola, aptronim, dan alegri. Contoh lelucon stand up comedy yang menggunakan majas aptronim:

"Dia tuh kena sakit paru-paru, yaa gara-gara sering kemasukan jarum" ( jarum yang dimaksud disini adalah rokok bermerek Djarum)

4. Satire dan sarkasme

Satire dan sarkasme merupakan sebuah teknik bersastra. Satire merupakan seni menirukan seseorang atau sesuatu dengan cara yang konyol untuk mendiskreditkan orang/sesuatu yang dibicarakan. Sedangkan sarkasme adalah suatu gaya bahasa yang dimaksudkan untuk menyindir atau menyinggung seseorang atau sesuatu (Mulyanto, 2017). Model komedi seperti ini sering dibawakan oleh komika, sebagai contoh yaitu di kanal youtube Deddy Corbuzier yang mempunyai konten bernama "Somasi".

Dalam stand up comedy, kedua hal ini sangat sering digunakan. Terutama saat memberi kritik kepada pemerintah dan sistem hukum negara. Sedangkan dalam bersastra, kedu hal ini biasanya digunakan dalam penulisan teks anekdot.

5. Pembangunan karakter

Seperti layaknya dalam sastra, karakterisasi dalam stand up comedy bertujuan untuk membangun persona kepada audiens. Jika seorang komika memiliki karakter tertent, maka akan lebih mudah untuknya dalam penyampaian materi. Karakter yang khas dan melekat mebuat seorang komika lebih mudah dikenal dan dikenang. Contoh komika yang memiliki karakterisasi kuat adalah Coki Pardede yang lekat dengan dark comedy nya.

Stand-up comedy, meskipun lebih dikenal sebagai bentuk hiburan, memiliki potensi besar sebagai cara baru bersastra karena ia menggabungkan berbagai teknik sastra dalam format yang dibungkus menjadi dekat dengan kehidupan sehari-hari. Mulai dari narasi yang dilakukan secara monoolog hingga pembangunan karakter yang melekat dengan seni sastra. Dengan demikian stand up comedy dapat dikatakan sebagai media dalam mengekspresikan sastra modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun