Teknik flatlay tak jauh beda dengan teknik foto lain. Kesulitannya sama, keseruannya juga sama. Pada prinsipnya foto flatlay itu membidik obyek yang ditempatkan (direbahkan) dan ditata sedemikian rupa pada bidang datar (flat) dengan sudut pengambilan kamera dari atas secara tegak lurus 90% ke bawah. Flat lay merupakan foto minimalis, dalam arti hanya membutuhkan backdrop namun kaya akan komposisi foto dengan adanya elemen-elemen dekoratif dalam frame. Ada yang mengatakan flatlay adalah salah satu angle dalam fotografi namun ada juga yang mengatakan flatlay bukanlah angle melainkan style dari angle bird eye view (BEV).
Obyek dalam flatlay bisa makanan, kosmetik, elektronik, peralatan travelling, ootd dan lain sebagainya. Meski termasuk dalam sub genre dari still life, kita bisa menambahkan dan menjadikan manusia sebagai obyek flatlay.
Awalnya trend flatlay diperuntukkan memotret obyek agar berkesan rapi dan bersih dengan lighting merata. Namun pada perkembangannya, bisa dikreasikan lebih bebas lagi. Yang harus kita perhatikan sebaiknya tetap menerapkan unsur-unsur dasarnya. Di bawah ini beberapa tips memotret flatlay.
1. Tema dan Format
Hal pertama yang kita lakukan adalah memikirkan tema atau konsep apa yang akan kita buat. Penentuan tema ini penting untuk membuat foto flatlay kita terlihat indah dipandang dengan obyek-obyek yang tak terlalu bertabrakan, dan seolah 'saltum' atau 'salah kostum'.
Misalnya ingin memotret dengan konsep gelap untuk benda yang berkesan manly. Siapkan property yang berhubungan dengan itu. Jangan tiba-tiba diberi bunga plastik berwarna pink. Salah? Tidak. Tak ada yang salah dalam seni. Hanya sedikit kurang nyambung.
Dan yang paling sering terjadi pada foto konsep makanan. Ketika kita memotret makanan terutama tradisional, menambahkan obyek yang kurang sesuai sehingga terkesan asal letak tentu akan mengganggu penampilan keseluruhan foto bukan. Contohnya memotret gudheg Jogja, lebih baik di sekitarnya kita tebar barang-barang tradisional. Tidak memiliki? Minim, letakkanlah props yang berbau makanan. Paling mudah adalah menebarkan bumbu dan bahan dasar seperti bawang, sayuran, dan sebagainya. Penambahan bunga artificial tidak salah, namun yang harus kita ingat, peletakannya sudah sesuai atau belum, warnanya tidak mencuri perhatian mengalahkan si hero atau bentuknya malah mengganggu keseluruhan dari foto kita. Â
Ingin memotret yang colorful untuk kue? Pilih pernik warna-warni cerah. Jika kita akan membuat foto produk atau foto-foto untuk kepentingan bisnis, penonjolan POI adalah yang utama.
Bosan dengan konsep mainstream? Kita bisa meng-create personal konsep sendiri. Mungkin sesuatu yang berkesan deep dan soulful dengan menata elemen secara bertumpuk dan tampak messy.
Selain tema, format foto juga memberi peranan penting. Apakah kita membutuhkan format landscape atau square. Saat kita sudah memotret dan mengedit begitu cantiknya, ternyata setelah kita upload di sosial media ternyata terpotong sehingga mengurangi esensi si foto itu sendiri.
2. Background
Pilih background atau latar yang sesuai tema. Latar, alas atau background disarankan yang polos, simple, terutama jika kita ingin menampilkan foto flatlay yang 'heboh'. Bisa juga BG yang minim corak. Pemilihan BG seperti ini akan menghindari ketaknyamanan penikmat foto dan POI bisa langsung terbaca (menonjol).
Misalnya, BG solid satu warna seperti putih, kuning, pink ataupun warna pastel. Bisa juga warna hitam, motif kayu, marmer, lantai dan lainnya. Ingin menggunakan kain? Bisa banget. Seperti yang sedang trend, penggunaan kain sprei ala ala dan sweater untuk tema foto sarapan atau yang berbau musim dingin, itu juga bagus. Background yang ini akan memberikan vibes hangat dan nyaman pada foto flatlay kita.
Untuk tema travelling, dengan property kamera, kacamata, topi, peta dan teman-temannya, BG berwarna hitam, coklat kayu dan putih sepertinya yang paling sesuai. Kesan gagah dan semangat akan langsung terpancar.
3. Pencahayaan
Semua foto membutuhkan pencahayaan, termasuk teknik fotografi flat lay. Umumnya, cahaya yang lembut paling cocok untuk jenis fotografi ini. Yang menggunakan natural light bisa memotret di teras, pinggir jendela atau dekat pintu. Untuk mendapatkan cahaya yang lembut bisa diakali dengan diffuser. Diffuser sederhana bisa kita ciptakan dari kain jaring, kain sifon, botol bening untuk menyebarkan cahaya serta membuat jatuhnya sinar tidak keras (hars). Dan untuk pencahayaan yang merata, gunakan reflektor di sisi seberangnya. Namun jika menghendaki pencahayaan dramatik, cukup beri cahaya di satu sisi.
Tak ingin foto flatlay kita benar-benar flat? Berikan sentuhan shadow. Shadow akan membuat foto makin berdimensi. Banyak gobo/cookie unik diperjualbelikan. Tapi jika ingin membuat shadow dengan cara paling mudah, bisa gunakan tanaman yang diletakkan menghalangi sumber cahaya. Pun aplikasi edit juga menyediakan shadow instan yang bisa kita pilih sesuai kebutuhan. Di bawah ini contoh BTS sederhana dengan shadow apa adanya dari tanaman.
4. Komposisi
Seperti dijelaskan di awal tulisan, foto flatlay tak jauh beda dengan foto lain. Begitu pula komposisinya. Komposisi yang paling sering digunakan dalam foto flatlay adalah Rule of Third, Dead Center, Framing, Fill the Frame, Negative Space, Rules of Odds, Golden Triangles bahkan Leading Lines pun bisa kita ciptakan pada foto flatlay kita.
Ketika kita memotret flat lay pasti tujuan kita ingin menampilkan seluruh obyek dalam frame secara jelas. Apapun komposisi yang kita pilih, bagaimanapun kita tetap harus menonjolkan si hero. Caranya bisa dengan membuatnya lebih terang di antara obyek pendamping, pemilihan warna POI yang lebih eye catching, layering (memberi tambahan alas misalnya untuk piring, di bawahnya kita letakkan piring lebih lebar, napkin, cutting board, dsb). Atau bisa dengan memberi proporsi lebih banyak untuk obyek utamanya.
Jangan takut ataupun ragu dalam menata property dalam flatlay. Karena keraguan hanya akan membuat styling menjadi tampak tidak luwes atau kaku. Teknik flatlay sebenarnya memberikan kebebasan seluasnya pada fotografer, dengan memperbolehkan macam-macam property masuk dalam frame. Yang tidak boleh adalah penambahan benda-benda secara random atau yang tak berkaitan satu sama lain. Yang tidak boleh juga, terlalu 'serakah' memaksakan semua barang harus masuk dalam frame. Jika sekiranya kurang bagus, singkirkan saja. Flatlay dengan komposisi sederhanapun bisa stunning.
Kita juga tidak dilarang memberikan sentuhan foreground untuk makin memperkuat cerita dalam foto kita. Bunga atau dedaunan kecil yang tampak menyembul malu-malu bisa menjadi foreground yang manis. Seperti foto flatlay di bawah ini. Saya gunakan bunga kecil-kecil sebagai foreground. Lap dan piring lebih lebar untuk menonjolkan POI. Sebagai penyeimbang, ada piring yang lebih kecil dan dengan proporsi sedikit di sisi kanan. Bunga di sekitarnya saya letakkan acak agar tampak lebih luwes.
Flatlay jagung yang saya potret dengan fill the frame di bawah ini akan tampak terasa flat jika tidak saya mainkan lightingnya. Saya memotret di dekat pintu menggunakan available lighting dari sisi sebelah kiri tanpa reflektor. Sisi terang adalah cahaya matahari yang melalui pintu, sisi gelap adalah ruangan sekitar lokasi foto. Langkah pertama, tata jagung secara acak, agar lebih estetik, buka kulit jagung sedemikian rupa, tambahkan beberapa biji jagung. Gunakan imajinasi. Lihat hasilnya jika dirasa kurang pas, pindahkan letaknya sampai menurut kita pas. Dan dengan memberi sentuhan shadow, membuat foto ini lebih terasa tidak terlalu flat.
Kedua foto di bawah ini, dalam satu frame memiliki obyek yang sama dengan ukuran yang hampir sama besar. Namun, POI tetap saya tonjolkan dengan memberi proporsi tampilan lebih banyak daripada yang lain (buku lain saya tampilkan sepotong-sepotong).
Selain flatlay yang cenderung freestyle, saya juga ingin menunjukkan style yang lebih neat (rapi) bertema table situation. Semua props saya tata secara lurus. Pemotretan dilakukan di teras dengan natural lighting yang lebih rata. Untuk kamera yang di pinggir, biasanya akan tampak miring karena distorsi. Untuk mengatasinya, saya ganjal dengan plastisin.
5. Property
Seperti yang sudah tertulis di point pertama, pemilihan property memerlukan sedikit kecermatan. Dan yang perlu saya tekankan di sini, memotret flatlay untuk kepentingan food fotografi harus benar-benar bersih. Karena setelah di foto, makanan tidak mungkin dibuang, kan. Sebisa mungkin pakailah bahan edible sebagai pemanis penampilan terutama untuk yang bersentuhan langsung dengan makanan. Contohnya garnish minuman yang di letakkan di gelas bisa menggunakan mint asli. Garnish makanan yang diletakkan di atas piring, diantara makanan bisa menggunakan selada, parsley, daun seledri, dsb. Satu lagi yang perlu diingat, jangan meletakkan pot kotor berisi tanah di dekat makanan.
6. Editing
Kita memang fotografer, bukan editor. Tetapi memberikan sedikit sentuhan edit di foto akan menyempurnakan hasilnya. Koreksi seadanya, jangan over edit. Menaikkan kontras dan saturasi secara masif hanya akan membuat foto kita kurang nyaman dilihat. Penambahan kontras, sharp (ketajaman), brightness seperlunya saja sesuai kepentingan. Biasanya edit seperti ini untuk flatlay dengan konsep clean dan neat. Atau sesekali membuat tone yang lembut dengan mengurangi kontras sehingga berkesan faded, itu juga bukan hal buruk. Andalkan imajinasi. Karena saya menyukai darkmood, saya lebih suka mengeditnya di lightroom dengan tone moody.
7. Bagi pengguna handphone
Memotret menggunakan hape sedikit beda dengan kamera. Yang sering terjadi adalah distorsi. Misalnya piring atau mangkok tidak tampak bulat sempurna (meleyot), gelas tampak miring. Untuk mengatasi meleyot, jarak kamera dengan obyek harus diperhatikan. Fotolah dengan jarak yang pas. Tentu saja ini sesuai feeling kita. Biasanya jika BG bergaris, maka garis itulah sebagai patokan. Kita tinggal meluruskan angle sesuai garis. Jika garis sudah tampak lurus, baru tekan tombol shutter. Untuk BG polos berbentuk kotak, gunakan sisi luar background.
Sedangkan gelas/mangkok yang tampak miring, solusinya adalah mengganjal. Bisa dengan koin, lipatan kertas, plastisin, dsb. Ganjal satu sisi hingga di layar tampak benar-benar lurus (ditandai dengan permukaan gelas yang bulat sempurna atau bagian badan gelas tidak tampak).
Agar foto tidak blur bisa menggunakan tripod atau bisa juga hanya dengan mengunci auto nya. Biasanya di hape ada kunci AF/AE (di hape saya dengan menyentuh layarnya di obyek yang kita pilih yang tampak di layar).
Demikian sedikit yang bisa saya sampaikan. Memang sebagai fotografer, kita seolah dituntut multi talented. Bisa memotret, bisa seperti editor, bisa styling, bisa bersih-bersih juga.Â
Saya harap keterangan di atas cukup bisa dipahami. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf.
Sharing sederhana ini berdasarkan teori dari berbagai sumber dan hasil pengalaman pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H