Mohon tunggu...
Fitria Ananta R
Fitria Ananta R Mohon Tunggu... -

you can't speak? then write it!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cita-cita dari Bumi Cendrawasih

2 Mei 2016   21:41 Diperbarui: 3 Mei 2016   08:04 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini tentu harus menjadi perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah. Program pemerataan pendidikan di Indonesia bukanlah program asing yang dibuat kemarin sore. Namun pada kenyataannya, masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. 

Padahal, daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang memiliki potensi tinggi untuk memajukan Indonesia. Yah, saya pun hanya dapat termenung, seandainya saja mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak sedini mungkin.

Kitorang Pun Rumah Belajar

Kondisi tersebut yang mendorong saya beserta tim untuk membuat sebuah rumah belajar di Pulau Manyaifun. Ditepi laut samping dermaga, berdiri sebuah rumah dengan teras kayu berisikan ratusan buku yang berbaris rapi di rak-rak panjang. 

Itulah rumah belajar Kampung Manyaifun yang kami namakan “Kitorang Pun Rumah Belajar” (Kita Punya Rumah Belajar). Rumah belajar tersebut juga tidak hanya terbuat dari kayu dan semen, tetapi juga bercampur dengan solidaritas dan semangat untuk menyongsong pendidikan yang lebih baik.

rumah-belajar-suva-45-jpg-5727667f177b61d5191b93f3.jpg
rumah-belajar-suva-45-jpg-5727667f177b61d5191b93f3.jpg
Kitorang Pun Rumah Belajar

Berpisah dalam Pandang, Bertemu dalam Doa

Dalam perjalanan pulang menuju Yogyakarta, saya pun membaca surat yang dituliskan oleh adik-adik saat perpisahan sebelumnya. Dalam surat tersebut, mereka mengatakan, “Kakak, kami ingin jadi pintar. Kakak tunggu kami, kami ingin sekolah di Jawa. Jangan lupakan kami ya!

img-1212-jpg-572766b18e7e61ae0ba353ee.jpg
img-1212-jpg-572766b18e7e61ae0ba353ee.jpg
pesan sederhana dengan makna yang besar

Seketika wajah saya pun dibanjiri oleh air mata sedih bercampur haru saat membaca tulisan tersebut (bahkan saat ini pun saya menulis dengan bersimpuh air mata, hehe). Saya hanya dapat berharap agar cita-cita mereka dapat terwujud suatu saat nanti. yaa, walaupun kami terpisah dalam jarak pandang, namun kami akan selalu bertemu dalam doa.

Perlu ditekankan bahwa mereka bukanlah orang Papua yang tinggal di Indonesia, tetapi mereka adalah orang Indonesia yang tinggal di Papua. Karena tidak ada yang dapat memilih dari siapa dan dimana mereka dilahirkan. Namun, anak-anak Manyaifun mengajarkan saya bahwa yang terpenting adalah memilih menjadi siapa dirimu kelak, dan mereka pun telah memilih untuk menjadi generasi yang cerdas.

-Selamat Hari Pendidikan Nasional-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun