“2 Mei 2016 bukanlah sebuah perang, melainkan ekspresi serta bukti cinta kita terhadap kampus. Jika negosiasi telah gagal total, maka massa aksi yang kreatif dan tidak anarkis adalah jawabannya,” ungkap seorang mahasiswa yang turut meramaikan pesta rakyat tersebut.
Lautan mahasiswa UGM kini tengah menyatakan cintanya. Berbagai nyanyian yel-yel serta panggilan agar ibu rektor mau menemui mereka pun dikumandangkan di halaman Balairung. Namun, sang rektor yang menjadi objek pernyataan cinta mereka belum juga terlihat mau menemui mereka. Bahkan, sang ibunda tercinta masih menganggap bahwa aksi tersebut adalah sebuah simulasi.
Jadi, harus menanti berapa purnama agar rektor mau menemui mahasiswanya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H