Yups.
Pasti membaca judul di atas ada yg merasa girang, tapi ada yang merasa jengkel. (barangkali.., sekali lagi barangkali mas dan mbak bro :D )
Kenapa kok saya bilang keputusan PSSI sudah betul. Ya karena dalam statuta PSSI yang mengatur kekuasaan komite eksekutif pasal 37, (1)i. bahwa kekuasaan komite eksekutif PSSi dapat memutuskan tempat, tanggal dan jumlah tim yang berpartisipasi dalam kompetisi.
Jadi berdasarkan pemahaman statuta tersebut menjadi jelas bahwa PSSI berhak menentukan siapa saja dan berapa saja klub yang tergabung dalam kompetisi. Mau 10 kek, mau 20 kek gak masalah, karena memang mereka diberi kewenangan untuk itu.
Dan juga siapa2 saja yang bisa ikut itu juga kewenangan mereka.
Pasal inilah yang memberikan kekuasaan sepenuhnya pagi pengurus PSSI, namun memberikan ruang celah yang cukup lebar dalam penyalahgunaan kekuasaan. Pengurus bebas dan bisa semaunya mengubah jumlah dan siapa saja yang berhak mengikuti liga, karena tidak ada aturan khusus yang menyebutkan siapa2 saja yang berhak mengikuti kompetisi.
Dalam hal ini, pengurus bisa dengan bebas menunjuk siapa saja yang disukai. Ibaratnya menunjuk peserta dari divisi 3 untuk langsung ikut liga tertinggi juga tidak masalah.
Hal ini juga dilakukan pada era kepengurusan djohar-Bob mar dan era djohar-nyalla. Kedua kepengurusan tersebut dalam menentukan peserta liga sudah betul tapi tidak benar.
LHO.. KENAPA???
Yuk mari kita bahas.
1. Era kepengurusan Djohar-Bob (sebelum persatuan "DEMI MERAH PUTIH" hehehe)
Masih inget kan rame2 tentang reset kompetisi dan rame2 statuta bali yg menginginkan peserta liga 18 klub tapi PSSI memutuskan 24 klub.
Sebagian besar klub yang bernaung di ISL protes. Namun PSSI tetap bergeming. sehingga mengakibatkan perlawanan dari mereka
Hasil verifikasi AFC menyatakan 6 klub lolos yaitu Persibo Bojonegoro, Persik Kediri, PSIS Semarang, Persikota Tangerang, Persis Solo dan Persebaya Surabaya dinilai layak mengikuti kompetisi profesional.
“Dari 34 tim yang sebelumnya dinyatakan ada di level profesional. Setelah diverifikasi, ternyata hanya ada enam klub yang dianggap klub profesional oleh AFC. Ironisnya, keenam klub itu tidak bermain di Superliga musim lalu,” ungkap Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Toni Apriliani.
jadi perlu digarisbawahi bahwa semua klub di ISL tidak ada yg profesional menurut AFC waktu itu. :D hehehe. (gak perlu sawan ah.. )
Lalu kemana hasil verifikasi dari AFC yang menyatakan 6 klub lolos verifikasi dari AFC dimana "Poin badan hukum dan audit (keuangan) bernilai tinggi. Keenam tim itu dinyatakan profesional karena mampu melengkapi 15 poin yang disyaratkan sebagai klub profesional?
Jelas PSSI tidak menggunakan hasil verifikasi AFC dalam menentukan peserta dan jumlah peserta liga, karena 24 klub yang akan berlaga di IPL adalah 18 klub yang bernaung di ISL plus 6 klub yang ada di LPI.
So ini cuma untuk demi "PERSATUAN" dengan merangkul LPI ke dalam PSSI sesuai amanat FIFA waktu itu.
Hal ini lah yang menurut sebagian besar klub ISL menganggap keputusan PSSI tidak BENAR, karena menciderai rasa keadilan, karena klub2 telah berdarah2 untuk dapat ikut di liga tertinggi, tapi ada 6 klub yang secara gratis langsung nangkring di liga tertinggi. apalagi jika dihubungkan dengan statuta bali.. hehehe.. betul tidak..
so.. menurut saya keputusan PSSI saat itu sudah betul tapi tidak benar. Dikatakan tidak benar karena menciderai rasa keadilan bagi sebagian besar klub ISL yang juga merupakan anggota PSSI sehingga mendorong terbentuknya liga tandingan diluar PSSI yang akhirnya mengakibatkan terjadinya perpecahan federasi.
2. Era kepengurusan Djohar-Nyalla (setelah persatuan "DEMI MERAH PUTIH" hehehe)
Entah kenapa sepertinya Djohar tidak belajar dari pengalaman sebelumnya, atau bisa jadi tak punya wewenang karena hanya menjadi ketua boneka saja.
Penentuan peserta liga juga memiliki catatan2 tersendiri.
Dengan tidak menggukanan acuan standar AFC dalam verifikasi peserta liga, jelas kita akan tahu sendiri lah bagaimana perjalanan liga selanjutnya. terutama dalam hal finansial klub yang masih memiliki "catatan tersendiri".
Bagaimana klub dapat sehat dan menjalankan kompetisi dengan benar jika masalah finansial saja menjadi problem utama???
Namun sebagaimana point pertama tadi, menurut statuta PSSI, penentuan jumlah dan peserta liga adalah wewenang PSSI, Dalam hal ini, pengurus bisa dengan bebas menunjuk siapa saja yang disukai. Ibaratnya menunjuk peserta dari divisi 3 untuk langsung ikut liga tertinggi juga tidak masalah.
Jadi dalam hal ini PSSI sudah betul.