Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mulai dari Diri Sendiri, dari Sekarang!

6 Februari 2024   18:24 Diperbarui: 6 Februari 2024   18:26 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minyak goreng bekas (limbah organik) - Dokpri 

Tetangga kami mulai kebingungan. Pasalnya, wastafel di rumah mereka mulai tergenang air dan terlihat sudah ada air yang menetes di lantai dapur.

Selidik punya selidik, ternyata anggota keluarga tetangga sering membuang minyak bekas gorengan ke dalam wastafel. Padahal membuang minyak ke dalam wastafel, tidak disarankan. Cepat atau lambat, hal itu akan menimbulkan masalah di kemudian hari.

Bisa dibilang kalau minyak yang dibuang ke dalam wastafel, lambat laun dapat menyebabkan penebalan, pembekuan, dan pengendapan pada lapisan pipa. Hal inilah yang dapat menyebabkan air tidak mengalir dengan lancar, atau yang berujung mampet.

Intinya, kelalaian pembuangan limbah domestik seperti ini, justru dapat menimbulkan masalah, bahkan tidak jarang harus mengeluarkan biaya tambahan yang lumayan besar untuk menyelesaikannya.

Oleh karena itu, sudah saatnya setiap orang meningkatkan kesadaran diri untuk tidak membuang minyak goreng bekas ke dalam wastafel.

Melalui pengalaman tetangga tersebut, keluarga kami pun benar-benar memperhatikan pembuangan limbah domestik semacam ini. Misalnya, sebelum mencuci peralatan masak dan perlengkapan makan di wastafel, kami terlebih dahulu memisahkan dan menampung minyak goreng bekas dan sisa-sisa makanan.

Beruntungnya, sekarang minyak goreng bekas yang kami tampung itu, ternyata ada yang mau membeli. Katanya, untuk didaur ulang. Selain kami telah turut menjaga lingkungan, ternyata kebiasaan itu dapat menghasilkan uang. Uangnya pun dapat digunakan kembali untuk membeli minyak goreng baru.

Itu hanyalah salah satu upaya untuk menangani limbah domestik. Sesungguhnya ada banyak upaya lain yang dapat digunakan untuk mengamankan limbah domestik.

Ngomong-ngomong, sudah pernah mendengar istilah limbah domestik?

Limbah domestik itu merupakan limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga melalui berbagai aktivitas yang dilakukan setiap harinya.

Misalnya, limbah domestik tersebut berasal dari aktivitas memasak dan mencuci peralatan masak. Dari aktivitas tersebut, ada beberapa limbah domestik yang dapat dihasilkan, contohnya sisa makanan, kemasan makanan, dan sisa minyak goreng seperti yang sudah disampaikan di awal.

Ada juga limbah yang dihasilkan dari aktivitas di kamar mandi, baik itu ketika mandi dan mencuci pakaian. Adapun limbah domestik yang dihasilkan dari berbagai aktivitas di kamar mandi seperti tisu, kemasan sampo dan sabun, pembuangan deterjen cucian, dan yang lainnya.

Atau bisa juga limbah domestik yang berasal dari barang yang sudah usang atau yang sudah lama tidak terpakai lagi.

Bisa kita bayangkan!

Bahwa limbah domestik tersebut bukan saja berasal dari satu rumah atau rumah kita, tetapi ratusan juta hingga miliaran rumah di muka bumi ini.

Bila tidak ditangani secara serius, maka limbah domestik bukan saja menimbulkan masalah bagi sebuah keluarga, tetapi bisa menjadi masalah bagi masyarakat luas, masalah bangsa dan bumi.

Sebenarnya, apa saja masalah yang dapat ditimbulkan oleh ketidakseriusan menangani limbah domestik?

Pertama, pencemaran lingkungan. Masalah seperti ini sesungguhnya sudah sering sekali kita dengar. Limbah domestik jika tidak ditangani dengan baik, tentu akan dapat menimbulkan berbagai pencemaran lingkungan. Baik itu pencemaran tanah, air, maupun udara.

Pada akhirnya, pencemaran lingkungan yang demikian tentunya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius bagi umat manusia serta semakin tingginya kerusakan lingkungan.

Kedua, merusak ekosistem. Bisa dibilang pembuangan limbah yang tidak terkontrol, ternyata dapat merusak berbagai ekosistem. Hal itu akan mengancam keberlanjutan hidup hewan dan tumbuhan di muka bumi.

Kalau kita baca dari berbagai media, ada banyak temuan ikan di laut yang mati karena memakan sampah plastik, hewan laut yang terlilit jaring, ada juga terperangkap pada bekas botol mineral, dan yang lainnya.

Saya sangat yakin kalau limbah laut itu, tidak lepas dari limbah domestik atau sampah rumah tangga.

Ketiga, penumpukan sampah. Tentunya sampah yang terbuang secara sembarangan bukan saja dapat menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan, tetapi juga dapat merusak pemandangan kita.

Itu hanyalah beberapa dampak yang ditimbulkan oleh limbah domestik. Masih ada banyak masalah karena keberadaan limbah domestik tersebut.

Tempat sampah di depan rumah (Dokpri)
Tempat sampah di depan rumah (Dokpri)

Sekarang, masalah yang barang kali kita anggap remeh dan sepele itu, suatu saat akan menjadi masalah besar.

Bisa dibilang bahwa masalah limbah domestik ini ibarat bom waktu bagi kehidupan manusia. Limbah domestik tersebut dapat berkontribusi untuk menghancurkan kehidupan kita, kehidupan anak cucu, dan masa depan bumi.

Nah, sekarang apa yang harus kita lakukan?

Jangan menuntut orang lain untuk melakukan upaya menjaga lingkungan dengan baik. Tetapi mulailah dari diri sendiri dan dari keluarga.

Berharap saja dengan tindakan kita akan menularkannya kepada tetangga kita atau orang lain. Jika semakin banyak melakukan hal demikian, bukankah akan semakin tertangani masalah limbah domestik?

Sekali lagi, "mulai saja dulu"!

Saya sendiri dan keluarga sudah mencoba melakukan beberapa hal untuk meminimalkan pembuangan limbah domestik.

Mau tahu apa saja yang sudah saya lakukan?

Pertama, selama puluhan tahun saya mencoba konsisten untuk menggunakan botol isi ulang ketika berangkat ke tempat pekerjaan atau ketika sedang bepergian. Setidaknya saya sudah berupaya untuk menghindari penggunaan botol minum sekali pakai.

Kedua, ketika berbelanja, saya meminimalkan penggunaan plastik belanja dari minimarket dengan membawa tas belanjaan sendiri dari rumah.

Ketiga, membuang sampah pada tempatnya, bahkan memulai untuk memilah sampah yang organik dan non-organik. Hal ini untuk memudahkan bagi pemulung yang berkeliling setiap pagi di perumahan. Sebab dari sampah tersebut ada barang-barang yang mungkin masih layak digunakan orang lain atau untuk di daur ulang.

Keempat, mendukung penugasan anak yang sedang membuat eco-enzym, yakni dengan memanfaatkan sisa-sisa buah atau sayur yang tidak layak dimakan lagi. Hasil eco-enzym tersebut setidaknya bisa digunakan untuk tanaman bunga di sekitar teras rumah.

Kelima, mempertimbangkan barang-barang bekas untuk langsung dibuang, mengingat dari barang-barang bekas tersebut masih ada yang masih bisa digunakan. Atau mencoba belajar berkreasi dari barang-barang bekas.

Itulah sebagian tindakan yang saya lakukan untuk meminimalkan risiko limbah domestik, guna mendukung lingkungan. Walau ada beberapa yang belum konsisten tetapi saya terus belajar dan mencoba.

Bagaimana dengan Anda?

Semoga juga memiliki kebiasaan untuk menyelamatkan lingkungan dan kehidupan dengan memperhatikan secara serius tentang limbah domestik.

Selain hal-hal di atas, sesungguhnya ada cara yang lebih hebat lagi dalam penanganan limbah domestik. Tentu membutuhkan upaya dan kreativitas yang lebih ekstra.

Mau tahu yang saya maksudkan?

Barangkali ada yang memiliki potensi atau kemauan serius untuk mengubah limbah domestik menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT).

Hal itu perlu dipertimbangkan mengingat semakin maraknya ajakan untuk lebih bijak menggunakan energi fosil karena memang persediaannya semakin terbatas.

Karena itu, ada baiknya mencoba untuk melakukan berbagai inovasi seperti pengolahan limbah domestik menjadi energi, bisa saja dengan menciptakan pembangkit listrik tenaga sampah.

Atau bisa juga dengan cara pemanfaatan limbah domestik yang berupa limbah organik menjadi bio-energi, caranya melalui proses pengomposan atau upaya untuk memproduksi biogas. Energi ini nantinya tentu sangat bermanfaat untuk mendapatkan sumber energi yang lebih bersih.

Dengan demikian, sampah pun teratasi, energi baru pun terciptakan. Bagaimana, berani mencoba?

Akhir kata, mari memulai dari diri sendiri, dari sekarang. Mari Menjaga Lingkungan dari Limbah Domestik 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun