Pernah mengagumi atau mengidolakan seseorang? Saya yakin setiap orang pasti memiliki sosok yang dikagumi atau diidolakan. Menurut saya itu manusiawi.
Tentu ada banyak alasan seseorang untuk mengagumi dan mengidolakan orang lain. Barangkali itu karena kepintarannya, kebaikan, keramahan, atau kelebihan lain yang dimiliki.
Bisa saja itu adalah orang tua kita, guru, tokoh publik, artis, pahlawan, dan seterusnya.
Selagi masih dalam tahap wajar, menurut hemat saya itu sah-sah saja.
Mengagumi atau mengidolakan seseorang alangkah baiknya dilakukan untuk tujuan yang postif saja. Misalnya, bisa dengan menjadikan idola tersebut sebagai inspirasi atau role model dalam kehidupan untuk hal-hal tertentu.
Atau barangkali, dapat juga melakukan proses imitasi (meniru) sesuatu dari yang dikagumi atau diidolakan demi pengembangan diri.
Bisa saja meniru penampilan, cara berpikir, cara berkomunikasi, sikap atau karakter, kebiasaan, dan masih banyak lagi. Selagi itu untuk sesuatu yang bernilai, berguna dan membangun diri kita, tentu tidak ada masalah.
Jadi, jangan pernah mengagumi seseorang atau mengidolakannya karena sesuatu yang bersifat negatif atau hal-hal yang tidak membangun diri kita (destruktif). Apalagi harus menirunya.
Saya pribadi juga memiliki sosok yang layak dikagumi.
Saya mengagumi beliau karena cara berpikir dan tulisan-tulisannya yang futuristik sekaligus mampu menginspirasi. Bukunya yang cenderung mengajak pembaca untuk beradaptasi dalam berbagai gelombang perubahan, tentu dapat mendorong untuk menyiasati setiap perubahan sehingga pembaca diajak tidak boleh kalah dalam berkompetisi dan kemajuan diri.
Selain itu, kemampuannya melakukan presentasi yang menarik dan mampu memukau perhatian audiens, tentu menjadi fokus perhatianku, untuk menjadi pembelajaran sebagai seorang pengajar dan pendidik.
Sejak kuliah duapuluh tahun lalu, saya sebenarnya sudah mulai senang membaca buku dan tulisan-tulisan beliau di media massa. Bahkan hingga saat ini, saya tidak pernah ketinggalan untuk membeli dan mengoleksi setiap bukunya yang terbaru.
Selain itu, tidak jarang saya berusaha untuk mengikuti seminar, talkshow, atau launching buku dari beliau.
Bahkan dalam suatu kesempatan, saya pernah mengikuti pelatihan menulis yang diselenggarakan beliau selama dua hari penuh di Rumah Perubahan. Tak dinyana, pelatihan tersebut telah menjadi salah satu titik balik saya dalam urusan tulis menulis.
Memiliki buku-buku karya beliau, tentu menjadi kebanggan tersendiri bagi saya terutama ketika di halaman pertama buku tersebut tertera sepenggal kalimat motivasi dan tanda tangan beliau. Pasti akan berbeda spesialnya dengan buku yang lainnya. Bukan begitu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H