Anak-anak, merupakan kategori umur yang paling mudah merekam lagu atau kata-kata dari sebuah iklan di dalam memorinya. Tidak jarang mereka begitu fasih mengulangi lagu dan kata-kata dari iklan tersebut. Bahkan, adakalanya lagu dan kata-kata tersebut terlontar secara spontan dari mulut mereka ketika sedang bermain dengan teman-temannya.
Kalau begitu, betapa bahayanya ternyata kalau ada iklan yang ditampilkan di televisi yang tidak menanamkan pesan dan nilai-nalai mendidik, apalagi tayangnya iklan tersebut tepat pada saat program acara anak-anak.
Menurut Anda sendiri, apakah standar iklan yang paling baik?
Saya yakin masing-masing kita memiliki kriteria. Dalam hal ini, tentu kita boleh berbeda pendapat dan bebas beropini.
Saya sendiri memiliki pendapat tentang sebuah iklan yang baik. Singkatnya, ketika iklan tersebut mampu memberikan pesan yang positif, mendidik dan bermanfaat bagi masyarakat. Selanjutnya, ada nilai moralitas yang melekat di dalamnya. Itulah iklan yang baik. Sekali lagi, kita boleh saja berbeda pendapat lho!
Jadi bukan semata-mata menonjolkan atau bahkan melebih-lebihkan kualitas sebuah produk. Setuju?
Nah, saat Ramadan seperti ini, tentu kita juga sering melihat iklan bertebaran di media televisi. Dari berbagai iklan tersebut, saya melihat ada sebuah iklan yang berkesan. Mau tahu?Â
Tapi sebelumnya saya mau menyampaikan bahwa pendapat saya ini bebas dari pengaruh pembuat produk. Saya bukan perpanjangan tangan mereka.
Jadi, kalau berbicara tentang iklan yang masuk kategori berkesan selama bulan Ramadan ini adalah iklan sebuah produk minuman yaitu Sirup M*RJ*N. Sengaja disamarkan, walaupun rekan pembaca tetap akan tahu produk yang saya maksudkan.
Alasannya, iklan ini ternyata tidak semata menonjolkan produk, tetapi ada pesan positif dan bermanfaat bagi masyarakat yang ditampilkan. Salah satunya, mengingatkan pada kekayaan negeri kita tentang cerita rakyat.Â
Barangkali kalau cerita rakyat seperti ini tidak ada yang mengangkat kembali, bukan tidak mungkin generasi "zaman now" melupakannya. Jangan-jangan mereka jauh lebih tahu dan senang dengan cerita-cerita rakyat bangsa lain. Sementara kita tahu, bahwa cerita rakyat seperti ini tentu sarat dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
Sekali lagi, selain menampilkan cerita rakyat, iklan ini ternyata sarat dengan nilai moral. Bahwa kebaikan itu ternyata mampu mengalahkan kekuatan jahat. Untuk itu kita harus menerapkan nilai-nilai kebaikan terhadap sesama.
Nah, mau tahu isi lengkap dari iklan tersebut? Â Silahkan terus baca tulisan ini.
Iklan tersebut terdiri atas tiga 3 episode. Tentu iklan demikian akan membuat orang penasaran dan tertarik untuk terus menantikan iklan berikutnya. Selengkapnya begini ceritanya.
Episode pertama, mengisahkan tentang raja memilih Purbasari, anaknya yang bungsu untuk menjadi penggantinya. Semua lingkungan istana pun bersukacita. Tetapi ternyata ada seorang yang tidak menerima keputusan ayahnya yakni kakaknya, Purbararang.
Sang kakak pun kecewa. Kemudian Purbararang mengundang penyihir. Akhirnya ia pun dimanfaatkan penyihir yang mau rebut takhta. Purbararang pun diubah menjadi jahat. Kemudian mengutuk wajah adiknya menjadi jelek, sehingga setiap orang memalingkan wajah ketika melihat Purbasari. Purbasari pun terasing ke hutan.
Pada Episode kedua, Purbasari tidak sendiri di hutan. Ia dikejutkan kehadiran manusia kera, namanya Lutung Kasarung. Saat proses pertemuan dengan Lutung Kasarung, Purbasari sadar kalau kutukan atas dirinya membawa kekuatan. Ia dapat menguasai hutan. Mereka akhirnya berteman dan ketulusan hati membuat mereka berubah seperti semula.
Nah, pada episode ketiga, setelah wajah mereka berubah, mereka kembali ke kerajaan. Kerajaan yang mereka temukan ternyata tidak seperti semula lagi. Kerjaaan telah dikuasai penyihir jahat. Purbasari dan Lutung Kasarung menyatukan kekuatan melawan penyihir jahat. Semua mereka bebaskan dari kutukan. Dengan bersatunya kebaikan, kekuatan jahat bisa dikalahkan. Kerajaan terbebas dan mengembalikan kebaikan hati Purbararang. Mereka kembali seperti semula dan saling berbahagia.
Begitulah kira-kira cerita dalam iklan tersebut. Menyaksikan tiga episode tersebut, sepertinya saya tidak sedang menonton iklan, tetapi menyaksikan sebuah drama singkat. Menghibur dan mengingatkankku pada cerita rakyat yang pernah diceritakan guruku saat masih sekolah dasar.
Walaupun pada momen-momen tertentu, sirup M*RJ*N tersebut tampil, tapi tidak lagi semata-mata mau menampilkannya sebuah produk. Justru seperti telah menyata dengan cerita dalam iklan tersebut.
Tentu iklan ini juga tidak terlepas dari momen Ramadan yang mengajarkan kebaikan dan ketulusan hati. Dengan hal ini tentu bisa menjadi kekuatan untuk menang dari berbagai hawa nafsu selama menjalani puasa.
Berharap iklan yang demikian semakin banyak ketemu di media televisi. Menanamkan nilai dan memperkenalkan kekayaan dari kearifan lokal di negeri ini.
Akhir kata selamat menjalankan ibadah puasa untuk teman-temanku yang merayakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H