Sebagai bahan informasi, ikan nila yang hidup di air tawar ini ternyata salah satu pangan lokal yang yang memiliki nutrisi tinggi. Perlu Anda ketahui bahwa dalam 100 gram ikan nila, ternyata memiliki kandungan protein sekitar 26 gram protein dan hanya 128 kalori.
Selain itu, ikan ini merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh. Tentunya karena ikan nila tersebut kaya akan niacin, vitamin B12, fosfor, selenium, dan kalium.
Selengkapnya, dalam 100 gram ikan nila tersebut ternyata mengandung 128 kalori, 26 gram protein, 3 gram lemak, 24% vitamin B3 (dari rekomendasi harian), 31% Vitamin B12 (dari rekomendasi harian), 20% Fosfor (dari rekomendasi harian), 78% Selenium (dari rekomendasi harian), 20% Kalium (dari rekomendasi harian).
Karena kandungan protein, vitamin, mineral tergolong tinggi dan sekaligus rendah lemak, maka ikan nila itu sangat baik dikonsumsi orang yang sedang sakit atau lanjut usia (lansia) yang memiliki risiko penyakit jantung, kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi.
Bagi Anda yang tidak suka makan ikan karena alasan bau amis, maka ikan nila bisa menjadi pilihan. Ikan nila termasuk ikan air tawar yang tidak terlalu bau amis, mudah untuk diolah dan memiliki cita rasa yang gurih.
Saya dan keluarga pun tidak sabar menyantap hidangan tersebut. Apalagi dengan kondisi lapar berat. Rasanya, "maknyus!" meminjam jargon yang sering digunakan  oleh Bondan Winarno. Saya dan keluarga pun sangat menikmati.
Setelah selesai menikmati hidangan, perut kenyang, kami pun menyusuri jalanan dan melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Sipiso-piso.
Antara Pangan Lokal  dan Tempat Wisata, Ternyata Sepaket
Dengan pengalaman ini, saya semakin menyadari, bahwa ternyata pangan lokal dan tempat wisata itu ternyata sepaket adanya.
Kalau pemerintah saat ini sedang menggalakkan 10 destinasi wisata "Bali Baru", maka sebagai masyarakat kita harus turut menggalakkan dan melakukan promosi untuk berbagai jenis pangan lokal. Sebab dengan dukungan tersebut dapat mengangkat ekonomi masyarakat setempat.
Kita tahu, pangan lokal telah memiliki sejarah yang panjang di negeri ini. Sebelum maraknya impor pangan, sejak dulu masyarakat Indonesia telah banyak bergantung pada produksi pangan lokal. Bukan saja sebagai sumber makanan, tetapi juga sebagai sumber penghasilan masyarakat.