Siapa yang tidak mengenal Bekasi? Terutama karena ulah netizen di jadag maya dengan berbagai kreativitasnya membuat meme tentang Bekasi beberapa waktu lalu.
Sebagai warga yang  berdomisili dan bekerja di Bekasi sekitar 19 tahun, tentu menanggapi hal itu dengan positif saja. Walau sesungguhnya, tidak sedikit teman-teman dari luar Bekasi saat bertemu melampiaskan candanya tentang sebutan "Planet Bekasi".
Tapi jujur, saya pribadi melihat kemajuan Kabupaten Bekasi sangat pesat. Bahkan dalam beberapa hal, Kabupaten Bekasi jauh unggul dari kabupaten lainnya. Memang, harus diakui bahwa di sana sini tentu tidak luput dari kekurangan, dan perlu pembenahan. Seperti kata pepatah, "tidak ada gading yang tak retak".
Rekan pembaca, sebentar lagi Kabupaten Bekasi akan merayakan HUT ke-69, tepatnya 15 Agustus 2019. Menjelang usia tujuh dekade, Kabupaten Bekasi patut berbangga.
Banyak kemajuan yang telah dicapai. Pembangunan demi pembangunan telah mewarnai kehidupan warganya. Begitu pula dengan terpaan gelombang perubahan yang membentuknya makin tangguh, khususnya ketika menghadapi era disrupsi yang makin kuat menerjang.
Di balik kemajuan Kabupaten Bekasi, tentu ada orang-orang yang visioner, berjuang melahirkan Kabupaten Bekasi yang patut kita kenang.
Mari sejenak merekonstruksi sejarah, agar kita mengenang dan menghargai perjuangan tokoh-tokoh seperti R. Soepardi, KH. Noer Alie, Namin, Aminudin, dan Marzuki Urmaini.
Mereka adalah  pendiri "Panitia Amanat Rakyat Bekasi" yang mendorong  mengadakan rapat akbar di alun-alun Bekasi kala itu. Bersama ribuan warga, telah berhasil merumuskan tuntutan "Resolusi 17 Januari"  tahun 1950. Salah satu dari tuntutannya, mengubah Kabupaten Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi.
Tuntutan tersebut akhirnya mendapat persetujuan dengan terbitnya Undang-Undang No. 14 Tahun 1950 yang ditetapkan 8 Agustus 1950 tentang Pembentukan Kabupaten-Kabupaten di Propinsi Jawa Barat.
Kemudian disusul dengan keluarnya PP Nomor 32 Tahun 1950 tentang berlakunya Undang-Undang No.14 Tahun 1950. Saat itulah Kabupaten Bekasi resmi terbentuk, tepatnya 15 Agustus 1950.
Jadi, generasi kini harus melanjutkan visi dan perjuangan tersebut. Bagaimana caranya agar Kabupaten Bekasi makin maju, warganya merasakan keadilan dan kesejahteraan. Sehingga apa yang telah diawali dengan baik oleh para pendiri Kabupaten Bekasi, dapat dilanjutkan dengan baik pula oleh pemerintah dan warga.
Kini 69 tahun berlalu. Semua dapat menyaksikan tentang kemajuan Kabupaten Bekasi. Dari berbagai sumber yang penulis himpun, ada banyak kemajuan dan keunggulan dari Kabupaten Bekasi yang dapat dirasakan.
Pertama, kemajuan industri yang sangat pesat yang mampu membuka lapangan kerja yang luas. Tidak tanggung, Kabupaten Bekasi ternyata memiliki sebuah kota industri terbesar di Asia Tenggara, yaitu Cikarang. Di kawasan ini, setidaknya terdapat tujuh kawasan industri. Kawasan industri yang dimaksud adalah MM2100, Delta Silicon I, EJIP, BIIE, Jababeka I, Jababeka II, dan Delta Silicon II.
Hebatnya, kawasan industri Cikarang ini telah menjadi salah satu pusat industri nasional yang nilai ekspornya bersaing dengan Batam. Wajar saja, karena di kawasan ini terdapat sekitar 2.125 unit pabrik dari 25 negara.
Kedua, Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kawasan destinasi investasi yang dianggap paling prosfektif. Selama tahun 2017 angka investasi Kabupaten Bekasi memang sangat fantastis, mencapai Rp. 52,843 triliun. Angka tersebut terdiri dari Rp. 26.443 triliun dari sektor PMA dan Rp. 26.400 triliun dari penanaman modal dalam negeri.Â
Ketiga, pembangunan infrasruktur sangat pesat. Meningkatnya investasi, tentu tidak boleh abai dengan kemajuan infrastruktur. Berdasarkan data BPS, hingga tahun 2017 panjang jalan di Kabupaten Bekasi sudah mencapai 1.001,48 km. Diantaranya 28,95 km jalan negara, 31,53 km jalan provinsi, dan 941 jalan kabupaten.
Selain itu, Kabupaten Bekasi juga terus merasakan pengembangan infrastruktur pendukung lainnya seperti Jalan Tol Jakarta-Cikampek, KRL Jakarta-Bekasi, LRT Jabodetabek, serta kereta cepat Jakarta-Bandung.
Keempat, Kabupaten Bekasi memiliki stadion kebanggaan, Wibawa Mukti. Stadion ini telah dilengkapi fasilitas berstandar FIFA. Misalnya, dalam penggunaan rumput jenis Zoysia Matrella seperti yang dipakai pada Piala Dunia 2018 Rusia.
Masih segar dalam ingatan, bahwa stadion ini juga digunakan untuk perhelatan akbar, Asian Games 2018, Piala Asia U-19 2018, serta beberapa laga persahabatan internasional.
Kabar baiknya lagi bagi warga Kabupaten Bekasi, Stadion Wibawa Mukti Kabupaten Bekasi terpilih sebagai satu dari 6 stadion yang diproyeksikan menjadi tuan rumah Piala Dunia di bawah usia 20 tahun (U-20) pada 2021.
Itulah sebagian dari kemajuan pembangunan Kabupaten Bekasi. Masih banyak lagi prestasi dan hal yang membanggakan yang bisa kita temukan di Kabupaten Bekasi.
Seperti pepatah di atas, bahwa, "tidak ada gading yang tak retak". Kabupaten Bekasi juga memiliki kekurangan yang perlu dibenahi. Salah satunya pembangunan yang kurang merata.
Dari Cikarang Sentris Menuju Bekasi Sentris
Ada pendapat yang mengatakan bahwa "Kemajuan daerah Cikarang dan Tambun cenderung lebih pesat dari wilayah lain di Kabupaten Bekasi. Cikarang maju seiring jumlah industri yang kian bertambah. Sedangkan Tambun makin padat dengan muncul pemukiman baru." (gobekasi.pojoksatu.id)
Dari fakta tersebut, sesungguhnya pembangunan di Kabupaten Bekasi masih tergolong Cikarang Sentris, belum Bekasi Sentris. Untuk itu, Kabupaten Bekasi harus melakukan revitalisasi konsep pembangunan.
Layaknya pemerintahan pusat yang menggeser konsep pembangunan Jawa Sentris menjadi Indonesia Sentris, sebaiknya dijadikan inspirasi untuk pembangunan Kabupaten Bekasi, dari Cikarang Sentris menjadi Bekasi Sentris.
Kita harus mau belajar bagaimana gigih dan strategi pemerintah pusat membangun negeri ini dari pinggiran. Menurut hemat saya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar konsep pembangunan Bekasi Sentris terwujud.
Misalnya, kehadiran pemimpin yang visioner dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Artinya pemimpin harus berani tidak populis, menerobos tradisi, menularkan semangat transformasi dan berpikir jangka panjang (tidak hanya berpikir menyelamatkan periode kepemimpinannya).
Pemimpin harus berupaya membangun sinergi. Baik dari pihak pemangku jabatan pemerintahan, swasta dan masyarakat. Semua harus ditantang untuk memiliki semangat kerjasama dengan mendahulukan kepentingan bersama.
Selanjutnya, melakukan pemetaan terhadap potensi dan keunggulan masing-masing kecamatan atau desa serta masalahan yang dihadapi. Dengan demikian, memudahkan untuk membuat prioritas dan pelaksanaan pembangunan yang relevan.
Untuk urusan pembiayaan pembangunan, ada baiknya dilakukan evaluasi anggaran. Apakah benar-benar anggaran sudah diprioritaskan untuk pembangunan dari pinggiran? Atau barangkali pemerintah dapat melibatkan pihak swasta mendukung konsep Bekasi Sentris melalui dana CSR perusahaan.
Tidak kalah penting, pemerintah  menerima berbagai masukan dari masyarakat yang ada di pinggiran Kabupaten Bekasi. Tentunya di era digital ini bukan perkara yang sulit. Hanya dengan bermodalkan "sedikit repot", akan bermanfaat menampung aspirasi dari masyarakat.
Semoga dengan keseriusan pemangku jabatan melakukan revitalisasi konsep pembangunan Bekasi Sentris, membuat pembangunan semakin merata, masyarakat merasakan keadilan dan sejahtera.
Akhir kata, selamat HUT ke-69 Kabupaten Bekasi, semoga semakin jaya!
___________
Sumber Referensi:
finance.detik.com | gobekasi.pojoksatu.id | metro.sindonews.com | metro.tempo.co | portal.bekasikab.go.id | properti.kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H