Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan Lomba Artikel dan Karya Jurnalistik serta Foto Pendidikan dan Kebudayaan yang mengambil tema "Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan".
Adapun kurun waktu dari lomba tersebut, diselenggarakan dari Februari hingga Maret 2019. Sementara untuk pengumumamnnya sendiri, dilakukan bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2019.
Saya adalah salah satu peserta yang ikut berkontribusi pada lomba tersebut, tapi karya saya ternyata belum berhasil menggugah hati dewan juri.
Bagiku tidak ada masalah. Bukankah dalam sebuah perlombaan selalu ada pihak yang kalah dan tentunya ada juga yang menang? Untuk itu, saya harus memiliki mental siap kalah dan siap menang.
Kalau menang sejatinya harus bersyukur, kalau kalah harus legowo dan belajar berlapang dada menerima kekalahan tersebut. Sebab kata orang bijak, bahwa kekalahan adalah keberhasilan yang tertunda. Barangkali lomba berikutnya, saya yang akan menjadi pemenang.
Dalam tulisan ini, saya bukan dalam rangka  membahas tentang kekalahan itu, tetapi saya lebih fokus melihat media yang digunakan oleh pemenang lomba.
Dalam sebuah grup WhatsApp yang saya ikuti, yakni grup yang anggotanya terdiri dari mantan finalis lomba menulis artikel yang  pernah diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017 lalu, tidak ketinggalan dalam membahas pengumuman lomba tersebut. Sebab sebagian dari anggota grupnya ternyata  ikut dalam lomba tersebut.
Singkatnya, di grup tersebut, seorang berkomentar "Kompasiana Mendominasi".
Saya kemudian mengamati nama-nama pemenang dan media yang digunakan oleh penulis. Ternyata benar , tiga orang dari enam pemenang lomba untuk kategori artikel/opini guru dan kategori artikel/opuni umum, menggunakan Kompasiana sebagai media menulisnya.
Selengkapnya, pemenang pertama dan kedua kategori artikel/opini guru dan pemenang ketiga untuk kategori artikel/opini umum.