Untuk mewujudkannya, maka pada tahap pertama siswa secara bersama diajak membayangkan dan memikirkan tentang informasi atau fakta apa yang akan digali dari orangtua mereka berdasarkan materi pelajaran yang sedang mereka pelajari.
Kemudian mereka dibimbing untuk menuangkannya satu persatu dalam bentuk pertanyaan.
Setelah itu, ketika siswa kembali ke rumah, diharapkan mereka akan melalukan wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah disusun di dalam kelas. Dan tidak tertutup kemungkinan, pertanyaan tersebut pun akan terus berkembang ketika orangtua sedang bercerita kepada anak.
Langkah berikutnya, mereka mengolah data tersebut di dalam kelas dan membuatnya dalam sebuah tulisan yang menarik dan menginspirasi.
Tiga minggu berkutat dengan data hasil wawancara, akhirnya para siswa berhasil menuliskannya dalam bentuk buku kecil.
Sebagai guru (pembimbing), saya menyimpulkan bahwa dari proses pembelajaran yang melibatkan siswa ini, ternyata mereka dapat belajar banyak hal. Mulai dari merancang peratanyaan yang baik, melakukan wawancara dan melatih komunikasi yang efektif, menyimpulkan dan mencatatkan setiap hasil wawancara dengan orangtua, hingga proses penulisan di dalam kelas.
Ternyata itulah kekuatan dari pelibatan siswa dalam pembelajaran di kelas. Mereka bukan saja memperkaya "brain memory" mereka, tetapi juga "muscle memory".
Semoga proses pembelajaran demikian, memperkaya pengalaman siswa serta dapat memetik berbagai makna dari kehidupan. Salam.
Sumber Referensi :
G. Hendricks, Howard. (2016). Mengajar untuk Mengubah Hidup. Yogjakarta: Yayasan Gloria
Kasali, Rhenald. (2010). Myelin, Mobilisasi Intangibeles Menjadi Kekuatan Perubahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama