Bahkan berdasarkan "pyramid of learning" (anonim) bahwa apa yang dilakukan seseorang jauh lebih diingat daripada sekedar apa yang dibaca, didengar, dilihat, dilihat dan didengar, dikatakan dan dituliskan.
Kalau pemanfaatan "brain memory" tentu kita sedang berinvestasi pada otak saja, sementara dengan pemanfaatan "muscle memory" kita sedang membangun orientasi pada tindakan, membentuk budaya disiplin, intrapreneuring, tata nilai, kinerja dan yang lainnya.
Rhenald dalam bukunya ternyata menganalogikan hal tersebut dengan kereta Jabodetabek dan kereta api Shinkansen. Kalau "brain memory" tersebut diibaratkan sebagai kereta Jabodetabek yang mengandalkan lokomotif di kepalanya, maka "muscle memory" tersebut diibaratkan kereta api Shinkansen.
Nah, dengan pelibatan siswa dalam pembelajaran, tentu saja bukan hanya mengembangkan "brain memory" siswa, tetapi "muscle memory"nya juga.
Kedua. Pentingnya pelibatan siswa dalam proses pembelajaran tentu tidak terlepas dari proses membangun percaya diri, melatih daya analisa dan kritisi, menumbuhkan semangat mencoba dan belajar dari berbagai kegagalan yang sedang dihadapinya.
Pembelajaran dengan Pelibatan Siswa di Kelas
Sekitar empat  minggu lamanya (dari pertengahan Februari hingga pertengahan Maret 2019), saya mendampingi siswa mengerjakan sebuah penugasan di dalam kelas. Tugas yang dimaksud adalah membuat sebuah buku kecil berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua mereka.
Menugaskan siswa melakukan wawancara dan membuatnya menjadi sebuah buku kecil, sesungguhnya bukan saja melatih dan mengasah kemampuan menulis mereka. Tetapi, menjadi kesempatan membangun relasi dan komunikasi antara orangtua-anak serta sebagai sarana membagi pengalaman hidup orangtua kepada anaknya.
Tentu ada banyak pengalaman orangtua di masa lalu yang berharga dan dapat dijadikan sebagai pelajaran hidup bagi sang anak, guna merajut dan mempersiapkan masa depan mereka.
Kalau dikaitkan dengan topik pelajaran yang sedang berjalan, yakni tentang topik "Mobilitas Sosial" maka diharapkan siswa dapat memahami hakikat dari mobilitas sosial, faktor pendorong dan penghambat terjadinya mobilitas sosial, serta saluran mobilitas sosial yang menjadi kesempatan bagi orangtua mereka ketika mengalami perpindahan posisi dalam masyarakat.
Dengan wawancara tersebut, maka mereka tidak saja belajar tentang "Mobilitas Sosial" di ranah teori, tetapi praktika.