Ketika anak sakit, suasana di rumah pasti berubah. Semua anggota keluarga pasti bersedih. Tawa dan canda mulai sirna. Semua tertuju pada anak yang sedang sakit.
Sebagai orang tua yang telah dikarunia anak, mungkin pernah mengalami masa-masa sulit ketika anak sedang sakit. Sungguh tidak menyenangkan bukan?
Ada orang tua yang sampai merasakan kuatir, tidak bersemangat melakukan pekerjaan dan aktivitas, hingga menggerogoti anggaran belanja keluarga karena pembengkakan dana tak terduga untuk biaya pengobatan.
Memang penyakit selalu datang tak terduga. Bahkan ketika kondisi keuangan sedang tidak siap.
Adakalanya penyakit tidak bisa ditolak, tapi sesungguhnya banyak penyakit yang bisa dicegah. Makanya kita pasti pernah mendengar ungkapan "lebih baik mencegah daripada mengobati".
Ungkapan tersebut bukan sesuatu yang mengada-ada. Sikap bijaksanalah yang sebaiknya dikedepankan setiap orang tua, agar tetap menjaga pola hidup sehat serta kebersihan diri dan lingkungan sekitar, demi mencegah munculnya penyakit.
Kalau sudah bicara tentang penyakit dan kesehatan, tentu kita harus semakin banyak belajar dari berbagai literasi, bertanya dari orang yang ahli di bidangnya, serta menggali pengalaman dari berbagai orang.
Apalagi di era digital seperti sekarang, sesungguhnya sumber informasi dan pengetahuan semakin terbuka. Sudah sangat mudah mencari informasi dan pengetahuan seputar penyakit dan kesehatan di media internet. Tapi tetap saja harus kritis serta berusaha mencarinya dari sumber yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
Beberapa hari lalu ketika browsing, secara tidak sengaja penulis menemukan informasi dan pengetahuan penting tentang kesehatan dari sebuah talkshow yang ada di media sosial. Tepatnya dari media sosial dari Kantor Berita Radio (KBR). Topiknya tentang bagaimana Mengenal dan Mencegah Pneumonia pada Anak.
Beruntung sekali saya mendapatkan informasi dan pengetahuan dari media tersebut. Bahkan penulis sendiri baru mengetahui sebuah informasi yang sangat penting. Ternyata di dunia, ada dua anak meninggal setiap menitnya karena pneumonia. Dipastikan dari sejumlah yang meninggal tersebut, 99 % peristiwanya terjadi di negara yang berkembang.
Kemudian, di media KBR tersebut, ada juga disampaikan sebuah hasil riset tentang pneumonia. Bahwa menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 dari Kementerian Kesehatan RI, pneumonia adalah penyebab kematian tertinggi kedua pada anak usia di bawah lima tahun di negeri kita ini. Mirisnya, faktor penyebabnya adalah karena perilaku orangtua dan kesehatan lingkungan.
Talkshow yang dipersembahkan oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik yakni partner dari Save The Children ternyata sangat informatif dan sarat manfaat bagi yang mendengarkannya. Dua narasumber yang diwawancarai pada acara tesebut, yakni Selina Patta Sumbung - Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner of Save The Children dan Dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A - Ikatan Dokter Anak Indonesia mengupas tuntas tentang apa itu pneumonia? cara mengenalinya dan pencegahannya.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan pneumonia?
Menurut dr. Madeleine, pneumonia merupakan penyakit peradangan yang terjadi karena infeksi virus, bakteri dan jamur. Tapi umumnya adalah karena infeksi virus dan bakteri. Mungkin bagi kaum awam istilah tersebut jarang didengar. Kaum awam umumnya menggunakan sebutan radang paru untuk istilah pneumonia tersebut.
Selanjutnya, akibat dari infeksi pada radang paru dapat berakibat pada kantong udara dalam paru-paru atau alveoli dipenuhi oleh nanah dan cairan, sehingga kemampuan menyerap oksigen pun berkurang. Hal itu membuat penyebaran oksigen terganggu, sehingga sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dengan baik.
Nah, untuk kaum awam bagaimana mengenali pneumonia tersebut?
Memang bagi sebagian besar masyarakat, ada sebuah tantangan yang dihadapi di masyarakat berkaitan dengan penyakit pneumonia tersebut. Ternyata banyak dari masyarakat yang tidak mampu mendeteksi secara dini serta melakukan pencegahan terhadap penyakit tersebut.
Untuk lebih jelasnya, gejala dari pneumonia umumnya diawali dengan batuk, pilek dan demam. Bila tidak dilakukan penanganan yang baik, seminggu kemudian dapat berkembang dan menimbulkan sesak. Adapun sesak yang dimaksudkan ditandai dengan napas cepat, sampai menimbulkan tarikan pada dinding dada. Tandas dr. Madeleine.
Tanda-tanda yang demikian sesungguhnya sudah bisa dijadikan sebagai deteksi dini. Jika sudah ada tanda-tanda demikian, orang tua harus segera mungkin membawa anak ke dokter untuk mendapatkan perawatan dan pemberian oksigen. Sebab tanpa pengobatan segera, dapat menyebabkan kematian pada balita.
Menurut guideline WHO, ketika menemukan balita mengalami gejala-gejala seperti yang telah disampaikan terdahulu, apalagi terdapat sesak napas dan frekuensi napasnya lebih dari usianya, maka dokter dapat menegakkan diagnosis sebagai pneumonia.
Artinya dokter dapat memberikan antibiotik. Pemberian antibiotik tersebut dianggap merupakan tindakan yang dipilih untuk menyelamatkan nyawa anak. Sebab, jika terlambat, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi, bahkan menyebabkan kematian.
Ketika orang tua sudah memahami bahwa pneumonia adalah penyakit yang serius dan mematikan, ada baiknya kesadaran orang tua semakin meningkat terhadap pencegahan penyakit tersebut.
Lalu, seperti apakah pencegahan pneumonia?
Selina Patta Sumbung, dalam talkshow yang sama menyampaikan empat hal penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam merawat balita sehingga terhindar dari pneumonia.
Pertama, perlu peningkatan kesadaran (awareness). Orang tua harus menyadari bahwa pneumonia tersebut merupakan pembunuh terbesar kedua bagi anak di bawah usia lima tahun (balita). Bahkan dapat dikatakan bahwa pneumonia masuk pada kategori silent killer.
Kedua, seorang ibu harus benar-benar memerhatikan pemberian ASI eksklusif secara penuh. Selain itu diperlukan pemberian makakanan tambahan yang bergizi.
Ketiga, melakukan pemberian imunisasi secara utuh terhadap bayi sesuai dengan aturan yang yang sudah ditetapkan oleh dinas kesehatan.
Sementara hal yang keempat, semua harus memperhatikan faktor kesehatan lingkungan dan diri serta penggunaan air bersih. Jangan lupa melakukan cuci tangan pada lima waktu kritis berikut. Cuci tanganlah sebelum makan, sehabis buang air besar, sebelum menyusui bayi, sebelum menyiapkan makanan, serta sebelum memberikan makan bayi.
Sekali lagi perlu diingat tentang ungkapan yang sudah saya tulis sebelumnya, "lebih baik mencegah, dari pada mengobati". Apapun katanya, tenaga dan biaya ketika mengobati pneumonia jauh lebih besar daripada sekedar mencegah. Terkadang orang tua baru menyesalinya setelah semuanya terjadi, terlambat sudah.
Pertanyaan terakhirnya, apakah pneumonia tersebut dapat menular kepada orang di sekitar?
Singkatnya, pneumonia tersebut dapat menular. Berdasarkan defenisi awal, kita tahu bahwa salah satu sumber penyebab pneumonia tersebut adalah virus. Sementara virus itu sendiri sifatnya dapat berpindah melalui perantaraan udara. Baik ketika seseorang bernafas, bersin atau batuk. Kemudian penyakit tersebut pun dapat menular kepada orang lain.
Untuk mencegah penularan yang tidak diinginkan tersebut, sebaiknya anggota keluarga selalu menjaga kebersihan diri, lingkungan dan memperkuat stamina tubuh dengan makanan bergizi. Memperbanyak makan buah dan sayuran. Serta menjaga pola hidup sehat, seperti makanan yang masuk ke dalam tubuh, istirahat yang cukup, dan rajin berolah raga.
Akhirnya, kita semua berharap agar lahir kesadaran yang tinggi dari seluruh masyarakat. Sehingga masalah penyakit yang mematikan terbesar pada bayi balita di negeri ini, dapat teratasi.
Salam sehat untuk kita semua.
___________
Sumber Referensi:
Kantor Berita Radio-KBR
Ini Penyebab Utama Kematian Balita di Indonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI