"Apa cita-citamu nak?"
"Mau jadi Youtuber Pa."
Percakapan tersebut adalah percakapan antara aku dan anakku di dalam mobil ketika akan mengantarkannya ke sekolah.
Sebagai orangtua yang berasal dari Generasi X tentu masih merasa janggal dengan jawaban seperti di atas. Walau saya sesungguhnya sudah berada di zaman terkini. Sementara kalau dulu di zamanku, ketika orangtua menanyakan cita-cita kepada anaknya, pasti jawabannya normatif, pengen jadi pilot, dokter atau insinyur.
Sangat berbeda dengan zaman now. Ada banyak jenis pekerjaan baru yang tidak sama seperti zaman dulu.
Dunia memang telah berubah. Perubahannya pun begitu cepat. Paradigma yang kubawa dari zamanku ternyata sudah berbeda dengan paradigma zaman sekarang.
Sesungguhnya, dari sejak dulu Alvin Toffler (futurolog Amerika Serikat) sudah pernah meramalkan situasi itu dalam bukunya yang terkenal dengan The Third Wave.
Dalam buku itu dikatakan bahwa dunia ini dibagi tiga gelombang.
Gelombang pertama merupakan era pertanian. Artinya siapa yang menguasai pertanian akan menguasai dunia. Gelombang kedua era industri. Jadi siapa yang menguasai industri akan menguasai dunia. Sementara sekarang sudah berada pada gelombang ketiga, gelombang informasi. Siapa yang menguasai informasi akan menguasai dunia.
Sepertinya ada benarnya juga. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat bisa jadi indikator dari gelombang ketiga tersebut. Bahkan pebisnis sukses maupun para start up saat ini banyak yang membidik keberuntungan dari bisnis yang terkait dengan tekonologi informasi dan komunikasi.
Bukan itu saja.
Bahkan perusahaan-perusahaan yang berbasis industri pun saat ini mau tak mau harus beradaptasi dengan kenyataan yang ada. Silahkan saja amati perkembangan industri di dunia. Sekarang kita mengenal Revolusi Industri 4.0 yang sangat berbeda dengan industri sebelumnya.
Bedanya, jikalau Revolusi 1.0 yang telah terjadi sejak tahun 1784, identik dengan penggunaan uap. Revolusi Industri 2.0 yang dimulai sejak tahun 1870, identik dengan penggunaan mesin produksi massal yang berbasis tenaga listrik. Revolusi Industri 3.0 yang berawal dari tahun 1969 itu, identik dengan penggunaan mesin otomasi dan telah dimulainya dengan penggunaan teknologi informasi.
Sementara sejak tahun 2011, Revolusi Industri 4.0 telah dimulai. Adapun ciri khas dari revolusi industri ini sudah sangat melekat dengan industri teknologi informasi bahkan sudah terintegrasi dengan internet (internet of things).
Melihat kenyataan tersebut, maka tidak jarang melihat perusahaan industri yang tidak adaptif tertinggal dan punah. Meminjam kalimat singkat Rhenald Kasali dalam bukunya Distruption  bahwa perlu kita sadari bahwa dunia telah berubah dari segala sisi. Artinya perusahaan pun harus berubah.
Bangsa kita pun tidak mau ketinggalan, pemerintah telah mulai meluncurkan strategi Making Indonesia 4.0 untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang sedang terjadi.
Pertanyaannya bagaimana dengan anak-anak kita? Bagaimana menyiapkan mereka menghadapi zaman yang penuh perubahan tersebut?
Sudah saatnya sejak dini anak-anak kita diperkenalkan dengan teknologi yang relevan dengan kemajuan zaman.
Pentingnya Pengenalan Teknologi Indonesia pada Anak Usia Dini
Seperti yang sudah disampaikan terdahulu, bahwa era ini adalah era teknologi informasi yang berbasis digital dan internet.
Sesungguhnya memperkenalkan teknologi informasi bagi anak zaman sekarang bukan sesuatu yang sulit. Mengingat bahwa mereka hadir di tengah-tengah zaman yang sudah banyak menggunakan teknologi informasi. Bahkan diantara mereka ada juga yang disebut sebagai native digital.
Sekarang yang menjadi permasalahnya, bagaimana anak memperkaya diri hingga memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang kuat seputar teknologi informasi. Jadi bukan hanya mengenal saja. Selanjutnya, bagaimana agar mereka memanfaatkannya untuk hal-hal yang positif dan berguna demi kehidupan dan masa depannya.
Untuk itu seorang anak harus diberikan pengenalan seputar teknologi informasi sedini mungkin, sehingga mereka kelak siap untuk menghadapi kemajuan zaman yang semakin cepat dan sudah barang tentu mampu bersaing secara global.
Menurut hemat penulis, setidaknya ada beberapa alasan mengapa pengenalan teknologi (khususnya teknologi informasi) penting ditanamkan sejak dini kepada seorang anak?
Pertama, proses perkembangan otak seseorang, 90% terjadi pada 5 tahun pertama hidupnya. Kemudian disusul pada tahapan berikutnya. Artinya, masa balita menjadi sangat penting bagi perkembangan otak.
Proses perkembangan otak sendiri di setiap fase dipengaruhi oleh faktor-faktor penting, yang meliputi; pengalaman sehari-hari, respons yang diterima, asupan nutrisi, aktivitas dan yang tak kalah penting adalah faktor genetis.
Jadi diharapkan masa anak perlu mendapatkan berbagai rangsangan untuk mengembangkan otak lebih maksimal. Demikian halnya dengan pengetahuan tentang teknologi.
Kedua, masa anak lebih mudah untuk melakukan proses imitasi (meniru). Setidaknya dengan melihat orang dewasa yang ada disekitar, maka mereka tidak segan-segan mengikutinya.
Untuk itu penanaman pengetahuan dan ketrampilan seputar teknologi informasi dapat dilakukan orang dewasa yang mereka teladani, yang ada di sekitar mereka, sehingga dengan pengalaman melihat tersebut mereka dapat memiliki ketertarikan dan menjadi modal bagi mereka untuk mengembangkannya di usia yang lebih lanjut.
Ketiga, masa anak jauh lebih mudah membangun kebiasaan. Dengan demikian, membiasakan diri membicarakan dan mengamati hal-hal yang berbau teknologi serta terlibat pada penggunaan teknologi berdasarkan kategori umur mereka, maka akan menanamkan sesuatu yang penting dan bermanfaat pada hidupnya.
Keempat, pada masa kecil lebih mudah menanamkan nilai-nilai religi dan kehidupan. Dengan penanaman nilai-nilai sejak dini, maka akan lebih mudah menerima pengertian tentang mana yang baik dan benar. Sehingga hal itu bisa menjadi modalnya untuk memilih dan memutuskan yang terbaik dalam kehidupannya.
Akhir kata, yuk bekali anak pengetahuan dan ketrampilan teknologi informasi sedini mungkin.
Salam.
Sumber referensi :
https://doktersehat.com/tahapan-perkembangan-otak-anak/
(Tulisan ini telah ditayangkan pertama sekali  di blog pribadi (24/09/2018) di www.thurprosmart.wordpress.com dan nasskah asli artikel ini secara utuh diikutsertakan oleh penulis dalam Lomba Blog Dumet School dan berhasil meraih Juara 6.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H