Rutinitas menulis tentu tidak jauh berbeda dengan rutinitas lainnya, ada kalanya sampai pada titik jenuh. Pikiran susah diajak kompromi untuk menelurkan gagasan.Sementara tangan pun mulai tidak lincah lagi menari-nari untuk merangkai kata demi kata.
Beberapa hari belakangan, hal itulah yang kualami. Bukan berarti sama sekali tidak menulis. Sebab di media sosial dan blog pribadi pun aku masih menulis. Tapi rasanya jauh lebih berat dari biasanya.
Kalau sudah bertemu dengan monster menulis yang demikian, biasanya hanya tiga hal yang berikut yang bisa dilakukan. Pertama, tetap mencoba menulis dengan resep lama tapi rasanya hambar. Kedua, tetap menulis dengan resep lama tapi dengan kreasi baru. Ketiga, belajar resep baru, sehingga ada menu baru yang disuguhkan agar menulis tidak membosankan.
Hal pertama, tentu bukanlah pilihanku. Tapi biar gak mandek menulis, biasanya hal kedua dan ketiga yang aku jajaki. Bila perlu diajak berkoalisi sekalian, haha.... kayak partai politik aja.
Pertanyaannya, bagaimana mewujudkan alternatif kedua dan ketiga tersebut dalam menulis?
Berikut lima hal yang biasanya kulakukan agar tidak mandek dan hambar menulis. Sekali lagi, ini ala saya loh! Bisa saja cocok dengan pembaca, bisa juga tidak.
Pertama, melakukan evaluasi untuk mencari akar masalah.
Perlu diingat, mencari akar masalah mandek dan hambar menulis, jauh lebih efektif daripada mencari solusinya. Sebab kalau sudah menemukan permasalahannya, tentu akan jauh lebih mudah mencari solusi dan mengatasinya. Artinya jangan coba-coba mencari solusi tanpa tahu akar masalahnya. Bisa-bisa solusinya "jaka sembung" alias gak nyambung dengan permasalahannya.
Kedua, membaca tulisan orang lain.
Dari berbagai tulisan orang lain, sebenarnya bukan saja kita sedang mendapat informasi dan pengetahuan tentang konten dari tulisan itu sendiri. Tapi lebih dari itu. Selalu saja ada yang bisa dipetik sebagai pelajaran dalam mengolah kata-kata, cara menyajikannya agar lebih menarik dan bagaimana kita sebagai konsumen berselera dibuatnya.
Ketiga, memperbanyak membaca buku dan literasi.
Mengunjungi perpustakaan dan toko buku adalah cara cespleng bagiku. Biasanya kunjungan itu akan membuat pikiranku berbunga-bunga karena dia akan menemukan jodohnya di sana yaitu gagasan. Mereka pun akan memadu "kasih" dan kemudian melahirkan karya.
Keempat, keluar dari rumah dan mengamati sekeliling.
Ini tentu bukan mengatakan bahwa di rumah tidak ada gagasan, tapi di luar sana 1001 hal yang bisa diamati dan dijadikan sebagai ide menarik dan unik dalam tulisan-tulisan berikutnya.
Kelima, belajar mengubah rutinitas menjadi kreativitas.
Menurut saya tidak selamanya rutinitas jelek, tanpa rutinitas tidak ada kata konsisten dan disiplin. Hanya untuk membuat karya terbaik dan terunik perlu sesuatu di luar rutinitas yaitu kreativitas. Untuk itu, mari mengasah kreativitas agar tidak terjebak pada rutinitas yang membosankan.
Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H