Dapat dibayangkan dengan angka prevalensi balita stunting yang demikian, hal itu tentunya akan berpengaruh langsung terhadap masa depan bangsa ini. Bahwa akan terjadi penurunan tingkat produktivitas dari generasi penerus bangsa di masa yang akan datang, serta meningkatnya angka ketergantungan hidup.
Kemudian kalau kita melakukan hitungan umur, sesungguhnya anak-anak yang lahir tahun ini akan berumur sekitar 27 tahun di 2045. Saat itu Indonesia telah memasuki sebuah era penting, yaitu era Indonesia Emas (memperingati 100 tahun kemerdekaan bangsa kita). Artinya anak-anak yang lahir sekarang, pada tahun tersebut telah memasuki masa kerja atau bahkan sudah ada yang memiliki peran strategis baik di pemerintahan atau swasta.
Jadi, terbayang bagaimana arti penting generasi yang lahir di masa sekarang, bukan?
Apalagi bangsa kita saat ini sedang gencar-gencarnya mengejar ketertinggalan dan menyejajarkan diri dengan negara-negara maju lainnya. Bukan hanya itu, bangsa kita yang sedang diproyeksikan menjadi negara raksasa ekonomi nomor empat dunia di tahun 2050. Sebagai fakta, silahkan menyaksikan video berikut.
Tetapi perlu disadari bahwa dari proyeksi tersebut, ternyata dapat melenceng dan terganggu jika masih terjadi kegagalan menurunkan angka stunting bagi anak-anak yang lahir di zaman sekarang. Sebab kegagalan menurunkan angka stunting, arti kekagagalan meningkatkan kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk itulah, pemerintah sangat serius melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan bahkan turun langsung melawan masalah stunting tersebut. Pemerintah paham betul bahwa mempersiapkan kesinambungan SDM itu penting untuk kemajuan sebuah bangsa.
Senada halnya yang pernah disampaikan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla bahwa berbicara mengenai stunting (kerdil), bukan hanya membicarakan masalah yang terjadi sekarang, namun upaya pencegahannya dibutuhkan untuk menentukan generasi bangsa Indonesia di masa depan.
Menyelamatkan anak sekarang artinya kita juga sedang menyelamatkan kesinambungan generasi penerus bangsa. Dengan demikian, bonus demografi Indonesia tidak perlu dikhawatirkan akan menjadi beban demografi jika pada masa tersebut generasi bangsanya merdeka dari stunting.
Pada akhirnya, mengutip pernyataan Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, "Kalau sumber daya manusianya juga generasinya lemah, maka bangsa itu akan lemah. Kita perlu menyadari bahwa ketahanan nasional dimulai dari ketahanan keluarga”.