Sesungguhnya kecerdasan finansial seseorang bukan ditentukan seberapa besar uang yang dihasilkan, tapi seberapa bijak ia mengelola keuangannya.
Dalam sebuah buku saku berjudul "The Money Motivator" yang pernah saya baca, "Berapapun penghasilan Anda tak ada artinya jika Anda tidak menyisihkannya. Apa gunanya memiliki gaji tinggi tapi membelanjakaannya sampai habis. Seseorang yang gajinya 50% lebih rendah dari Anda tapi mampu menabung 20% gajinya, tetaplah lebih unggul dari Anda."
Buku yang ditulis oleh Paul Hanna tersebut sedang mengisyaratkan bahwa kualitas seseorang sangat ditentukan oleh sikap dan kemampuannya dalam mengelola keuangannya, senada dengan yang saya utarakan pada pembuka tulisan ini.
Saya sendiri bukanlah sosok yang sempurna dan mampu mengelola keuangan dengan baik. Tapi dalam beberapa tujuan keuangan yang pernah saya tetapkan, setidaknya beberapa kali berhasil meraihnya dengan cara menabung.
Misalnya ketika masih duduk di bangku SMA. Pengalaman yang tak mungkin terlupakan. Sekitar 26 tahun yang lalu, saya pernah meniatkan untuk traveling ke Jakarta dan Jawa Tengah. Pada masa itu, perjalan antar pulau merupakan sesuatu yang mewah bagi kami yang berasal dari daerah (Sumatera Utara). Tapi dengan menabung, saya bisa mengajak ibu dan seorang adik untuk menikmati perjalan tersebut.
Demikian halnya ketika ingin membeli  rumah tahun 2006 yang lalu. Tanpa menabung, mana mungkin saya memiliki uang untuk DP rumah tersebut. Terlebih karena penghasilan sebagai guru baru yang masih terbatas. Tapi dengan sikap dan kemampuan mengelola keuangan dengan baik, tujuan tersebut pun bisa tercapai.
Dua hal itu adalah contoh dari komitmenku menabung. Baik ketika belum menikah dan sesudahnya. Dan perlu teman pembaca ketahui, bahwa ayahku adalah teladan dan inspiratorku dalam menabung.
Bagiku, beliau adalah sosok yang berhasil mengedukasi kami (anak-anaknya) untuk selalu menyisihkan uang jajan, dan ditabung. Hal itu sudah ditanamkan sejak kecil hingga kami memiliki kesadaran menabung.
Bukan itu saja, bahkan hingga akhir hidupnya, beliau pun tetap berhasil menunjukkan komitmennya untuk selalu menyisihkan uangnya. Itu adalah salah satu wujud cintanya kepada istrinya (ibuku) dalam bentuk warisan tabungan di sebuah bank. Bahkan hingga saat ini, ibuku masih tetap bisa menikmati masa tuanya dari tabungan yang ada di bank tersebut.
Sebenarnya, mengapa kita harus menabung? Mengapa bank masih tetap menjadi pilihan primadona bagi kita untuk menabung? Bagaimana kita membangun kesadaran agar tetap disiplin dalam menabung? Tentu tiga pertanyaan tersebut sangat penting, agar kita selalu berkomitmen dalam menabung.
Pertama, menabung itu sesungguhnya merupakan tindakan yang didasari sikap yang benar melihat masa depan. Orang yang menabung bukan berarti orang yang memiliki uang yang berlebih. Tapi orang yang memiliki ruang bijak yang lebih dalam dirinya dibandingkan dengan orang lain yang tidak mau menabung. Mereka dengan rela menyisihkan uangnya diawal bukan diakhir.
Orang yang menabung adalah orang yang sedang menginvestasikan ketenangan dan keamanan secara finansial di masa yang akan datang. Bandingkan dengan orang yang hidupnya tidak menabung, ketika kesulitan hadir di depan, kira-kira apa yang dilakukan? Anda sendiri pasti bisa menjawabnya.
Kedua, alangkah baiknya menjadikan bank sebagai pilihan kita untuk menabung. Tentu alasannya rasional. Dengan menabung, maka dana kita lebih terkontrol daripada menempatkan sejumlah uang di bawah kasur atau di rumah. Kita tidak perlu lagi kuatir dengan maling atau perampok yang sedang mengincar uang kita. Tidak kuatir dengan berbagai kejadian lain seperti rumah kebakaran dan kebanjiran. Seperti pengalaman yang sudah-sudah, ada saja kejadian yang menimpa orang yang menyimpan uang di dalam rumah. Ketika rumah terbakar dan banjir,maka uang mereka pun hangus dan hancur.
Dengan menabung di bank, kita tidak perlu lagi kuatir kalau bank tersebut bangkrut. Uang kita pasti dijamin aman. Soalnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), lembaga pemerintah, telah mengatur regulasi yang berhubungan dengan hal itu.Â
Sebenarnya, apa sih LPS itu? apa fungsinya? Apa saja yang dijamin LPS tersebut? Selengkapnya, silahkan pelajari bagian infografis berikut!
Nah, siapkah kita tetap konsisten menabung dan tetap percaya pada bank sebagai pilihan tempat kita menabung?
Ingat, orang yang bijak finansial tentu bisa terlihat dari kemampuan mengelola keuangannya, atau lihat saja dari buku rekeningnya, haha.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H