Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Orang Tua dalam Mencerdaskan Buah Hati

11 Juli 2018   13:12 Diperbarui: 11 Juli 2018   18:35 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anakmu cerdas bangat, lincah, kreatif dan energik lagi, apa sih rahasianya?" Perbincangan demikian, sering kita dengar diantara orangtua.

Anak cerdas, tentu menjadi impian dan harapan setiap orangtua. Untuk itu, ada orangtua yang rela mengeluarkan sejumlah uang untuk mengikuti seminar dan konsultasi kepada psikolog tentang strategi membimbing anak agar menjadi pribadi yang cerdas.

Apa sih sesungguhnya cerdas itu?

Kalau merujuk pada KBBI, maka #AnakCerdasItu sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam pikiran. Selanjunya sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat).

Nah, dari pengertian tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa cerdas tidak melulu berhubungan dengan pikiran semata, tapi ada hubungannya dengan pertumbuhan tubuh yang sempurna.

Sementara dari seorang pakar, Howard Gardner, dalam teorinya "multiple intelligences" membagi kecerdasan tersebut menjadi delapan jenis kecerdasan, yakni kecerdasan linguistik, kecerdasan logika, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, kecerdasan kinetik, dan kecerdasan naturalis.

Dengan konsep tersebut, maka sebagai orangtua harus memahami, bahwa kecerdasan anak tidak selalu berhubungan dengan kognitif. Untuk itu, orangtua harus bijak dan mengerti sejak dini, anaknya cerdas dalam hal apa. Sehingga orangtua dapat fokus mengarahkan dan membimbingnya. Sehingga kecerdasan anak tersebut bisa dikembangkan secara maksimal.

Selanjutnya, kalau ditanya bagaimana sih mengembangkan kecerdasan buah hati tersebut?

Untuk hal ini, mungkin setiap orang memiliki cara dan strategi yang berbeda. Pendekatan bagi setiap anak pun pasti berbeda.

Hanya kalau bicara tentang hal-hal yang umum, sebagai orangtua, saya pun memahami dan melakukan cara yang lazim dilakukan orangtua lainnya.

Pertama, memperhatikan asupan makanan yang bergizi. Dengan makanan bergizi, tentu akan berdampak besar pada pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Termasuk dalam hal pertumbuhan pikiran dan tubuh yang sehat dan kuat.

Kedua, memperhatikan pola tidur dan istirahat, agar tubuh tetap bugar dan tidak mudah letih, sehingga tidak menghambat aktivitas belajarnya.

Ketiga, membiasakan berolahraga dan menghirup udara segar di pagi hari. Disamping agar tubuhnya prima dan kuat, maka olahraga akan mengembangkan integrasi dari setiap anggota tubuh.

Keempat, membiasakan anak bermain di luar rumah dan memperkenalkan lingkungan sekitar dan lingkungan alam. Sebab di sana seorang anak akan belajar banyak hal.

Kelima, kembangkan kreativitas berpikir dengan berbagai tantangan yang sesuai dengan perkembangan usianya.

Keenam, orangtua harus memelihara keingintahuan seorang anak. Artinya, jangan pernah menghambat kebiasaan bertanya dari seorang anak.

Ketujuh, orangtua memberi suplemen yang mendukung kecerdasan seperti cerebrofort.

Sebagai orangtua, sesungguhnya banyak cerita menarik dan pengalaman kami dalam membimbing anak agar menjadi pribadi yang cerdas.

Di samping keenam hal yang sudah saya paparkan di atas, setidaknya ada beberapa pengalaman nyata yang kami lakukan untuk mengenali, menggali dan mengembangkan kecerdasan anak kami.

Ketika anak sulung kami masih berumur tiga hingga empat tahun, kami orangtuanya mulai memperkenalkan musik dan gambar, yakni dengan mengikuti les piano dan latihan mewarnai gambar.

dokpri
dokpri
Untuk les musik, setelah belajar setengah tahun, ternyata kami belum melihat perkembangan dan kemauannya yang seriusnya untuk berlatih. Sementara di bidang gambar menggambar, ternyata anak kami menunjukkan ketertarikan dan mulai menunjukkan prestasi.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu, ketika mulai masuk sekolah TK atau tepatnya di usia empat tahun, anak kami pun sudah mulai mengenal bahasa asing (Bahasa Inggris), secara perlahan pula terlatih berkomunikasi secara lisan. Untuk lebih menguji kemampuan dan percaya dirinya kami  mulai mengikutkan pada kompetisi 'story telling'.

Dari pengalaman tersebut, terlihat perkembangan kecerdasannya dalam berkomunikasi. Bahkan, dari pihak sekolah pun mulai melibatkannya di beberapa even yang berhubungan dengan 'speech' dan puisi. 

Dan tugas kami sebagai orangtua berusaha untuk mendukung setiap potensi yang dimilikinya dan #DukungCerdasnya

Sekarang anak kami sudah berusia 12 tahun, dari berbagai potensi yang dikembangkan dan pengalaman yang dijalani, sejauh ini kami dapat simpulkan bahwa anak kami tersebut memiliki kecerdasan dalam hal menggambar dan berkomunikasi (lisan).

Kemudian, sesuai perkembangan usianya, kami pun mulai memperkenalkan kembali bentuk kemampuan komunikasi yang lain, yaitu menulis.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Dengan bimbingan, terlihat anak kami mulai berkembang potensinya. Tepatnya setahun yang lalu, anak kami mulai mengikuti kompetisi menulis, alhasil, tulisannya pun terpilih sebagai salah satu tulisan yang diterbitkan dalam sebuah buku. Senangnya luar biasa.

Hai para orangtua, itu adalah sepenggal cerita kami dalam mengenali dan mengembangkan kecerdasan anak kami. Sebagai orangtua, tentunya kami memiliki tanggung jawab dan peran untuk menggali potensi anak kami. Hanya perlu digarisbawahi, jangan pernah memaksakan kehendak orangtua kepada buah hati kita.

Akhir kata, peran orangtua ternyata sangat besar untuk membangun dan meningkatkan kecerdasan seorang anak. Jangan hanya berharap bahwa sekolahlah yang berperan akan hal itu.

Salam Parenting.

#AnakCerdasItu #DukungCerdasnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun