Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Mau Cari Pengetahuan dan Keterampilan Saja, Buat Apa Sekolah?

24 April 2018   20:59 Diperbarui: 24 April 2018   21:13 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah diskusi kecil dengan rekan, seorang guru, kami sepakat jikalau sekolah tidak hanya hadir untuk transfer kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (ketrampilan). Jika sekolah hadir hanya untuk itu saja, maka sekolah tersebut telah mengambil jalan yang keliru. Apalagi di era kekinian yang sudah semakin canggih dengan perangkat teknologi informasi.

Bukankah tanpa sekolah, urusan transfer pengetahuan dan ketrampilan telah bisa diperoleh dari berbagai media pembelajaran di internet? Tanpa ke sekolah pun, seorang anak bisa saja mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang begitu luas dan tanpa batas.

Melalui internet, seseorang bisa bertemu dan belajar dengan siapa saja. Bahkan bisa belajar dengan seorang master, doktor dan profesor terhebat di dunia.

Apalagi saat ini sudah banyak media pembelajaran yang sudah bisa diakses dan dinikmati oleh semua pengguna internet. Bahkan ada pula yang menawarkan kelas online.

Tapi perlu diingat, bahwa ada satu proses yang tidak mungkin di peroleh dari internet tersebut. Transfer karakter. Jadi, sejatinya sekolah harus harus hadir untuk melakukan transfer karakter melalui guru sebagai role model.

Sebab dengan keteladanlah proses penanaman nilai-nilai dan prinsip-prinsip kehidupan, mengajarkan iman dan ketaqwaan pada Tuhan, rasa cinta kasih dan persaudaraan dengan sesama, persatuan dan kesatuan, sikap saling menghargai dan gotong royong, hingga rasa keadilan, jauh lebih efektif.

Dengan pendidikan karakter pula, seorang anak akan diharapkan dapat memahami dan menjalani setiap pilihan dan keputusan yang benar, baik, penting dan berguna dalam menjalani kehidupan dan menuju masa depannya.

Apalagi melihat keadaan sekarang ini di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan kita tinggal, semakin marak tindakan yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Mudahnya anak sekarang terjerumus dengan berbagai pergaulan. Maka sesungguhnya pendidikan karakter harus menjadi garda depan untuk menjaga sikap dan tindakan seorang anak didik. Baik di rumah dan di sekolah.

Dalam tulisan ini, bukan berarti saya tidak mendukung pengembangan pengetahuan dan ketrampilan di sekolah. Tapi pengetahuan dan ketrampilan yang hebat tanpa karakter, apakah gunanya? Dan apakah yang akan terjadi pada anak kelak?

Untuk itu pihak sekolah dan guru, harus lebih serius dengan pendidikan karakter sebagai bagian pendudung dari setiap pengetahuan dan ketrampilan yang ditawarkan. 

Pertanyaannya siapkah kita para guru menjadi role model? 

Kalau Ki Hajar Dewantara mengajarkan dengan slogannya "Ing Ngarso Sung Tulodo". Jadilah kita guru menjadi teladan yang berintegritas. Sesuai apa yang diomongkan dengan yang dilakukan.

Dengan demikian, kita berharap anak didik pun akan mengikuti jejak gurunya. Sehingga generasi yang terlahir adalah generasi yang berkarakter.

Salam pendidikan berkarakter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun