Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

SLC sebagai Pelibatan Keluarga dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian

24 Maret 2018   20:31 Diperbarui: 25 Maret 2018   19:49 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan itu saja, SLC ini bisa menjadi sebuah kesempatan bagi setiap orangtua untuk memberikan perhatian khusus pada proses perkembangan akademik anak. Tidak hanya melulu melihat hasil akhir dari nilai rapot saja.

Disamping itu, SLC memberi kesempatan bagi orangtua untuk membangun dan menjaga komunikasi dengan anak. Serta sinergi antara orangtua dan sekolah (guru) untuk memberikan pembelajaran yang terbaik bagi anak.

Dalam sebuah tulisan yang pernah saya baca di Sahabat Keluarga ada empat cara menjaga sinergi orangtua dan guru. Pertama, guru harus menjadikan orangtua sebagai mitra dalam mendidik anak. Kedua, sampaikan concern orang tua mengenai anak kepada guru. Ketiga, orangtua harus menghargai saran dari guru. Dan keempat, orangtua juga berperan aktif tentang anak jika ada yang tidak terpantau guru, hal yang wajar mengingat guru memiliki banyak murid yang perlu diperhatikan.

Setidaknya melalui SLC, sinergi sekolah (guru) tersebut bisa tetap terjalin.

Pentingnya Pelibatan Keluarga dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian

Menurut hemat saya, hal-hal yang saya maksudkan dan saya sampaikan di atas adalah hal penting atau pintu masuk dalam sebuah proses pelibatan keluarga (orangtua) dalam penyelenggaraan pendidikan di era kekinian.

Mengingat peluang dan tantangan pendidikan anak yang semakin kompleks, maka pendidikan pun bukan semata-mata tugas sekolah (guru), tetapi perlu keterlibatan orangtua. Mengingat bahwa waktu anak sesungguhnya lebih banyak di rumah.

Apalagi di era kekinian, bahwa pendidikan formal dan nonformal semakin terintegrasi dengan teknologi informasi. Gawai dan internet menjadi dua hal penting yang akan banyak digunakan oleh anak. Bahkan gawai dan internet pun sekarang ini semakin murah dan mudah saja diperoleh. Artinya potensi anak untuk menggunakannya dari hari ke hari akan semakin meningkat.

Sementara kita ketahui bahwa penggunaan gawai dan internet menjadi sesuatu yang bisa menguntungkan sekaligus merugikan anak. Atau, ada yang bisa memanfaatkannya secara positif, tapi tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk hal negatif. Fakta tentang ini, pembaca sendiri sudah dapat mengamatinya di masyarakat.

Maka dari itu, peran orangtua bukan sebatas memberikan fasilitas. Tapi pengawasan pun jauh lebih penting dilakukan. Sehingga anak pun bisa selalu mendapat bimbingan dan tuntutan dari orang yang tepat. Itulah sesungguhnya mengapa pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan menjadi begitu penting. Jadi tidak sepenuhnya urusan pendidikan diserahkan kepada pihak sekolah.

Bahkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.30 tahun 2017 pasal 2 jelas diatur tentang tujuan pelibatan keluarga tersebut, yakni: (a). meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan; (b). mendorong penguatan pendidikan karakter anak; (c). meningkatkan kepedulian keluarga terhadap pendidikan anak; (d). membangun sinergitas antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat; dan (e). mewujudkan lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan.

Sementara berbicara tentang bentuk pelibatan keluarga pada satuan pendidikan sangat jelas diatur dalam pasal 6. Salah satunya, menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Dan masih banyak lagi diatur di pasal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun